KARAWANG – Ujian nasional baik untuk SD, SMP ataupun SMA/SMK, sudah menjadi hal wajib bagi sekolah mengadakan bimbingan belajar (bimbel), hasil dari ujian nasional siswa, tentunya akan menjadi prestasi sekaligus prestise tersendiri bagi sekolah. Tapi sayang, rupanya dibalik proses transfer ilmu melalui bimbel tersebut masih banyak oknum sekolah yang menjadikannya sebagai ladang pungli. Padahal, biaya bimbingan belajar (bimbel) sangat mahal sehingga tidak sedikit orang tua murid akhirnya malah mengeluh dan mencaci maki dunia pendidikan.
Seperti disesali salah seorang orang tua murid, Tabroni, di Karawang, Jawa Barat. Anaknya yang saat ini mengenyam bangku sekolah di salah satu SMP negeri di daerah lumbung padi ini.
“Ada bimbel buat anak saya di kelas 9 sangat bermanfaat untuk mengejar nilai ujian yang memuaskan, tapi ada sedikit ganjalan dihati, yakni soal biaya bimbel yang lumayan besar bagi orang yang berpenghasilan kecil semacam saya. Pokoknya cukup lumayan mahal, makanya terkadang saya tidak berdaya untuk menolak biayanya,” ungkapnya.
Mengomentari keluhan salah satu orangtua peserta didik di Karawang itu, satu kepala sekolah yang bertugas di SMPN 2 Telukjambe Timur, Nian MPd berdalih upaya bimbel merupakan hasil kesepakatan antara pihak orang tua murid dan komite dan sekolah. “Semua berjalan sesuai aturan yang berlaku, biaya pun telah disepakati, diantara kesepakatan ortu juga kita adakan subsidi silang, antara siswa yang mampu dengan yang tidak mampu. Jika ada keberatan dari orang tua murid dipersilahkan untuk ke sekolah, temui saya, jika benar benar tidak mampu siswa nya akan kita gratiskan biayanya,” tandasnya. (her)