KARAWANG – Berawal dari menggeluti bisnis toples hias hingga sukses. Kini Utisah, perempuan berusia 34 tahun mengembangkan usahanya dengan bisnis hijab. Perempuan yang hanya merupakan lulusan SMP ini kembali memanfaatkan tangan dinginnya untuk berbisnis hijab atau kerudung khusus anak-anak.
Rifara, produksi hijab 3 dimensi khusus anak-anak dengan aneka ragam warna dan hiasan lucu tersebut kini sudah memiliki market sampai luar negeri, Malaysia dan Singapura.
Dijumpai awak media di kediamannya, di Perum Karaba Indah, Blok GI No. 2 RT 07/09, Desa Wadas, Kecamatan Teluk Timur, Kabupaten Karawang, perempuan bercadar yang memiliki tiga anak tersebut menuturkan, semenjak bisnis toples hiasnya mulai sepi peminat, ia mengaku harus berpikir keras untuk menciptakan produk baru, agar karyawannya yang masih merupakan ibu-ibu rumah tangga setempat tetap bisa bekerja.
Akhirnya, bisnis kerudung khusus anak-anak menjadi pilihannya. “Kalau bisnis toples hias kan peminatnya hanya ramai saat jelang lebaran saja. Saat itu saya berpikir gimana caranya ibu-ibu di sini tetap bisa bekerja. Akhirnya saya coba-coba produksi dan jualan hijab anak. Alhamdulillah, responnya positif dan peminatnya terus meningkat,” tutur Utisah, saat berbincang, Senin (19/11/2018).
Berawal dari jualan keliling di sekitar komplek perumahannya, Utisah mengaku jika saat itu keuntungan jualan hijab Rp 300 ribu rupiah dijadikannya sebagai modal awal untuk memproduksi hijab anak Rifara lebih banyak.
Berawal sejak Januari 2015, kini produk hijab anak Rifara telah menembus pemesanan order sampai Malaysia dan Singapura.
“Dari modal awal 300 ribu saat itu, Alhamdulillah akhirnya ada yang order dari 5 juta sampai 10 juta. Dan sampai sekarang bisnis hijab anak itu terus kita kembangkan,” kata Utisah.
Dengan keuntungan ratusan juta rupiah setiap bulannya, Utisah mengaku jika saat ini Rifara masih mempekerjakan karyawan yang diambil dari ibu-ibu rumah tangga sekitar tempat tinggalnya. Diantaranya 9 karyawan di bagian produksi, 5 orang staf dan orang di bagian subcon.
“Skema bisnis Rifara sendiri menggunakan sistem distributor. Yaitu dengan sistem pemesanan Platinum untuk tingkat provinsi, serta pemesanan Gold dan Silver untuk tingkat kabupaten. Dalam sebulan kita produksi dari seribu sampau dua ribu buah. Harganya sendiri variatif, dari Rp 60 ribu sampai Rp 90 ribu rupiah,” timpal Utisah.
Kembali dijelaskan Utisah, nama atau merk Rifara sendiri terinspiasi dari gabungan nama singkatan dari ketiga anaknya, yaitu Rizky, Fauzan dan Rafa. Dan menurut Utisah, bisnis hijab anak-anak ini tidak hanya sekedar bisnis untuk sekedar mencari keuntungan. Melainkan lebih kepada “kreativitas” untuk mengajarkan anak-anak agar terbiasa berhijab dari sejak kecil.
“Kita tidak hanya ingin jual jilbab, tapi lebih kepada kreativitas untuk mengajarkan si kecil berhijab sejak dini. Makanya kita terus kembangkan dan ganti-ganti topping produknya dari mulai buah-buahan, kue, angka, huruf, huruf hijaiyah, boneka profesi sampai dengan boneka muslimah,” papar Utisah.
Disinggung bagaimana caranya menjadi distributor Rifara, perempuan pemenang “Inspiring Womanpreneur Competition WPC” yang digelar Womanpreneur Community di Jakarta pada 2014 ini kembali menuturkan, bagi setiap distributor yang order Rp 100 juta mendapatkan diskon 50 persen (Platinum). Orde Rp 50 juta diskon 40 persen (Gold), serta order Rp 6 juta diskon 30 persen (Silver).
“Inovasi selanjutnya kita ingin main di produk gamis anak. Untuk gamis ini sebenarnya kita sudah mulai produksi. Harganya Rp 140 ribu sampai Rp 190 ribu. Tapi karena ini masih baru, untuk produksi dalam jumlah banyak kita masih keteteran. Karena kita masih fokus di hijab sebenarnya,” kata Utisah.
Kembali disinggung apakah yang ada dalam benak pikirannya saat mendengar kata bisnis?, Utisah menjelaskan, baginya bisnis bukan hanya sekedar usaha untuk mendapatkan keuntungan yang tidak akan ada pangkal ujungnya. Sehingga dalam jangka pendek, ia mengaku berkeinginan untuk memberangkatkan karyawannya umroh secara gratis dari hasil bisnis Rifara.
Sementara dalam jangka panjang, Utisah ingin memiliki sekolah tahfidz qur’an gratis khusus bagi anak yatim piatu dan dhuafa. “Ini inspirasi dari pengalaman saya pribadi bersama suami kang. Waktu itu kita sama suami naik angkot, terus kita disamperin anak jalanan. Kita berpikir gimana caranya punya Yayasan atau sekolah tahfidz qur’an gratis untuk mereka semua. Makanya kita juga gak mau di bisnis Rifara ini ada unsur riba,” pungkasnya.(cim)