(kisah hijrah nabi dari Mekah ke Madinah)
Oleh: ust. Fatih Izzudin
Penyusun: Redaksi Pemuda Keren
Bismillah
Hijrah menurut Islam berarti memutuskan atau meninggalkan apa yang dibenci Allah menuju apa yang dicintaiNya, atau yang dikenal dengan istilah “hijrah kepada Allah dan RasulNya”. Setiap orang memiliki tingkatan hijrahnya masing-masing. Tergantung kepada seberapa kuat fondasi (niat) atau dorongan untuk berhijrah. Ketika kita berniat untuk berhijrah, selanjutnya akan ada tantangan atau ujian yang akan menimpa kita. Maka penting bagi kita mengambil pelajaran dari hijrahnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengetahui tingkatan hijrah kita.
Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907]
Niat yang salah akan membuat hati seseorang lebih mudah goyah. Maka tak heran banyak yang berjatuhan dan berguguran dalam hijrahnya. Banyak yang sudah hijrah dan berpindah ke lingkungan yang lebih baik, tapi sebagian merasa kesepian. Atau ketika sudah hijrah kemudian ujian menimpanya berupa kemiskinan, hilangnya pekerjaan hingga membuatnya tak tahan dan kembali ke belakang. Ini disebabkan karena fondasi (niat) yang tidak kuat. Fondasi pertama hijrah adalah niat yang betul karena Allah. Adapun jika kita ingin mendapat jodoh yang shalih dan shalihah, itu bonus dari Allah setelah kita bersungguh-sungguh hijrah karena-Nya dan Rasul-Nya.
Hijrah itu tidak mudah. Begitu juga yang dialami oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Kita tarik kembali sejarah mengenai hijrah Rasul dari Mekah ke Madinah untuk kemudian kita bandingkan dengan hijrah kita yang sekarang.
Hijrah Rasul Dari Mekah ke Madinah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah dari Mekah ke Madinah pada tanggal 26 bulan Safar. Perjalannya kurang lebih menghabiskan waktu 2 pekan dan dipersiapkan 2 tahun sebelumnya. Dari sini kita mengambil pelajaran bahwasanya hijrah itu butuh planning. Tidak bisa asal-asalan. Tidak juga terjadi secara instan. Perlu kita ingat bahwa hijrahnya Rasul ke Madinah bukanlah sebuah pelarian, melainkan strategi dari langit yang Allah siapkan kemudian Rasul cerna dengan baik sehingga dilakukanlah proses hijrah tersebut.
Hijrah itu tidak cukup hanya sekedar shalih saja, hanya ingin baik sendiri saja. Tapi kita juga perlu memikirkan yang lainnya. Dibutuhkan kebersamaan dan kebersatuan untuk menghadapi permasalahan umat. Salah satu permasalahan yang dihadapi Rasul pada saat hijrah adalah bagaimana caranya untuk membuka gerbang Madinah. Akhirnya ditunjuklah seorang pemuda untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Pemuda itu awalnya adalah seseorang yang kaya raya, tampan dan dikagumi banyak wanita Quraisy karena kewibawaannya. Ketika iman dan islam sudah berada didadanya, ia tinggalkan semua hura-hura dan masa mudanya untuk hijrah. Menghabiskan waktu, jiwa dan raga bersama Allah dan Rasul-Nya. Ialah Mushaf bin Umair. Cobaan yang datang dari orang terdekatnya tidak lantas membuat hatinya goyah, karena fondasinya yang kuat. Inilah hijrah yang sesungguhnya.
Hijrahnya Rasul itu luarbiasa berat. Usia beliau pada saat hijrah adalah 53 tahun dan Abu Bakar berusia 50 tahun. Seperti yang kita tahu bahwa itu bukan usia yang muda lagi, namun semangat beliau dan sahabatnya itu bagaikan semangat jiwa yang muda.
Perjalanan dari Mekah ke Madinah melewati jalan yang tak biasa dilewati siapapun. Sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan hijrah, rencana ini sudah diketahui terlebih dahulu oleh pasukan Abu Jahal. Kemudian mereka berkumpul didalam Darun Nadwah (tempat orang Quraisy berkumpul mengadakan musyawarah) dan membuat satu strategi untuk menggagalkan hijrah Rasul. Hasil dari keputusannya ada 3, yaitu memenjarakan Rasul, membunuh Rasul dan mengusir Rasul.
Strategi yang tak kalah hebat pun dibuat oleh sang Amirul Mukminin, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dibantu oleh sahabatnya, Abu Bakar Ash Shidiq dan Ali bin Abi Thalib. Ali yang pada waktu itu masih berusia 10 tahun diminta untuk berbaring di kamar, menggantikan posisi Rasul. Rencana ini berhasil mengelabui para pasukan Abu Jahal hingga mengantarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar sampai ke gua Tsur. Para pasukan Abu Jahal tidak berhenti sampai disitu. Mereka terus mengejar Rasul ke gua Tsur. Selama 3 hari 3 malam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu bakar menginap di gua Tsur dan selama itu pula para pasukan Abu Jahal tidak menemukan mereka.
Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam surat At-Taubah ayat 40.
إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗ وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita”. Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Ayat ini menjadi cambukan bagi kita yang tidak ada keinginan untuk membantu dakwahnya Rasul. Karena sesungguhnya Allah lah yang membantunya (Muhammad). Mahakuasa Allah dengan segala rahmat-Nya.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar pergi ke Yatsrib (Madinah) didampingi oleh Amir bin Fahirah beserta orang kafir yang digaji untuk menunjukkan jalan. Sementara itu Abu Jahal membuat pengumuman kepada kaum Quraisy “Barangsiapa yang bisa menangkap Muhammad akan diberi 100 ekor kambing. ”
Berjalanlah Rasul dengan Abu Bakar dibelakangnya. Diiringi dzikir, mereka berjalan dengan tenang. Hijrah itu harus banyak berdzikir agar kita tidak mudah mengingat masa lalu. Abu Bakar ditimpa kecemasan. Tiap kali ia menengok ke belakang, khawatir pasukan Abu Jahal akan menyusul mereka.
Ditengah perjalanan, bertemulah Rasul dan Abu Bakar dengan seseorang yang sedang mengerjarnya. Orang kafir yang berhasil sampai mendekati Rasul. Namanya adalah Surakah bin Malik. Akhirnya terjadi kejar-kejaran diantara mereka. Ketika sudah Surakah sudah semakin dekat dengan Rasul, tiba-tiba kudanya terjatuh. Kakinya terjerembab kedalam lumpur. Surakah merasa bingung karena kudanya mengalami banyak kendala. Berkata ia didalam hatinya “Rasul telah menang. Ia terlindungi.”
Surakah menyerah dan berhenti mengejar Rasul. Ia berjanji akan menuruti semua perintah Rasulullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar. Maka diadakanlah perjanjian diantara mereka. Isi perjanjiannya adalah Surakah diminta untuk diam ditempatnya dan menghadang setiap orang yang melalui jalan yang telah dilalui Rasul. Dan Rasul pun memberikan perlindungan untuk Surakah.
Tibalah Rasululllah shallallahu ‘alaihu wa sallam dan Abu Bakar didepan pintu gerbang Yatsrib (Madinah). Penduduk Yatsrib menyambutnya dengan takbir dan semuanya bergembira atas kedatangan Rasul. Kisah ini menjadi motivasi bagi kita bahwasanya anak muda memiliki tugas penting dalam berdakwah. Sebagaimana para pemuda yang telah membuka pintu gerbang Madinah yang menjadi keberlangsungan dan awal mula perkembangan Islam. Mengapa orang kafir membuat tokoh pahlawan fiktif? Karena mereka tidak menemukan orang-orang hebat. Sedangkan didalam Islam banyak sekali kisah-kisah pahlawan sesunggugnya yang kebanyakan adalah pemuda yang luarbiasa. Ikatan mereka kuat dengan Allah. Mereka jujur didalam perjuangan dan pengorbanan hijrahnya. Kuncinya hanya satu, Sami’na wa atho’na.
Betapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendidik anak muda agar militansi (semangat, konsisten & komitmen) terhadap ayat-ayat Allah. Jangan sampai kita memilah-milah atau menolak nya. Karena itu termasuk mental orang kafir. Kita bisa mengambil contoh dari seorang sahabat Rasul yang baru menikah, kemudian pada keesokan harinya ia diminta untuk ikut dalam perang Badar. Ia patuh dan akhirnya syahid. Inilah yang harusnya kita tiru bahwa Rasul mendidik sahabat-sahabatnya untuk tidak fokus dengan urusan dunia, tetapi fokuslah melakukan sesuatu untuk agama Islam.
Kalau hijrah hanya masalah ganti baju, itu mudah. Yang susah itu berkorban jiwa, raga dan harta untuk Islam. Kita ini memiliki transaksi dengan Allah, yaitu lafal Laa ilaa ha illallah. Maka jadikan hidup dan mati kita untuk berada dijalan Allah. (*)
One comment
Pingback: Sudah Kuatkah Hijrah kita? – Pemuda Keren Al-Jihad