Fakta Jabar Cerdas Mengupas Lugas Mengulas Selalu Menjadi Referensi
Oleh Ade Rama Akbar Alensyah
Corporate Social Responsibility (CSR) telah menjadi salah satu instrumen strategis dalam mewujudkan keadilan sosial dan ekonomi. Jika ditelaah dari konteks masyarakat madani, CSR tidak hanya berperan sebagai alat branding perusahaan, tetapi menjadi manifestasi tanggung jawab moral dan etika untuk menciptakan keseimbangan dalam ekosistem sosial dan ekonomi. Program CSR ini merupakan implementasi nilai-nilai luhur yang tercantum dalam Al-Qur’an dan pandangan para ahli tentang keadilan sosial.
Keadilan Sosial dalam Perspektif Islam
Islam menekankan bahwa keadilan sosial adalah elemen utama dalam kehidupan bermasyarakat. Al-Qur’an menegaskan, “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan serta memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan.” (QS. An-Nahl: 90). Ayat ini menegaskan bahwa keadilan harus menjadi prinsip dasar dalam setiap aktivitas, termasuk dalam bisnis dan ekonomi.
Pendapat ini diperkuat oleh Dr. Yusuf al-Qaradawi, seorang ulama terkemuka, yang menyatakan bahwa keadilan sosial dalam Islam mencakup distribusi kekayaan yang merata, pemberdayaan masyarakat miskin, dan perlindungan hak-hak kaum lemah. Dalam pandangan beliau, CSR dapat menjadi salah satu cara efektif untuk mengimplementasikan nilai-nilai ini.
CSR Sebagai Wujud Keadilan Sosial-Ekonomi
Di era modern, CSR sering kali dianggap sebagai sekadar kewajiban legal perusahaan. Namun, dalam perspektif Islam, CSR seharusnya dipahami sebagai komitmen perusahaan untuk menjadi bagian dari solusi ketimpangan sosial dan ekonomi. Ketika perusahaan mengalokasikan sumber dayanya untuk mendukung pendidikan, kesehatan, pelestarian lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat, perusahaan sebenarnya sedang berperan aktif dalam mewujudkan visi masyarakat madani.
Sebagai contoh, PT Unilever Indonesia melalui program “Unilever Sustainable Living Plan” berhasil mengurangi jejak lingkungan, menciptakan lebih dari 1 juta pekerjaan melalui rantai pasokannya, dan mendukung kesehatan masyarakat dengan akses air bersih. Langkah ini mencerminkan nilai maslahah (kemaslahatan umum) dalam Islam, yang mengedepankan kesejahteraan kolektif.
Perspektif Al-Qur’an dan Para Ahli
Konsep CSR yang bertujuan untuk meminimalkan ketimpangan ekonomi sejalan dengan prinsip zakat dalam Islam. Zakat tidak hanya membersihkan harta, tetapi juga mendistribusikan kekayaan agar kesenjangan sosial dapat diminimalisir. QS. Al-Hasyr: 7 menegaskan, “Agar harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.”
Prinsip ini dapat diterjemahkan dalam konteks modern melalui CSR, di mana perusahaan berperan sebagai aktor redistribusi sumber daya.
Menurut Prof. Amartya Sen, seorang ekonom pemenang Nobel, keadilan sosial bukan hanya tentang membagikan kekayaan, tetapi memastikan bahwa setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang. Pandangan ini sejalan dengan ajaran Islam, yang memandang keadilan bukan hanya pada hasil, tetapi juga pada proses.
Masyarakat Madani sebagai Tujuan Akhir
Integrasi CSR dengan nilai-nilai keadilan sosial-ekonomi adalah langkah penting menuju masyarakat madani. Dalam masyarakat ini, keadilan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh elemen masyarakat, termasuk korporasi. Salah bentuk stimulus dari jawaban tersebut adalah implementasi CSR secara bijak dan bertanggung jawab. Dalam hal ini, CSR merupakan bentuk implementasi amaliah perusahaan dalam menciptakan harmoni sosial untuk mengurangi kemiskinan, dan memastikan pemberdayaan masyarakat secara maksimal.
Dengan demikian, CSR bukan hanya sekadar kewajiban perusahaan, tetapi sebuah amanah besar yang memiliki dimensi moral, spiritual, dan sosial. Dalam hal ini, CSR merupakan manifestasi nyata dari ajaran Islam untuk menciptakan keadilan sosial-ekonomi yang hakiki, sehingga membawa kita lebih dekat pada visi masyarakat madani yang diridhoi Allah.(*)
