Sejarah Kerajaan Panjalu Ciamis

SEJARAH Prabu Hariang Kencana merupakan bagian dari kekayaan budaya dan cerita rakyat yang telah diwariskan secara turun-temurun. Sebagai sosok yang dikenal dengan kebijaksanaan dan kepemimpinannya. Prabu Hariang Kencana memiliki peran penting dalam membangun kehidupan masyarakat di masanya.

Prabu Hariang Kencana putra dari Hariang Borosngora Raja Panjalu dimakamkan di Situ Lengkong, Panjalu. Prabu Hariang Kencana, yang juga dikenal sebagai Sayid Ali bin Muhammad bin Umar, adalah tokoh penting dalam sejarah Kerajaan Panjalu di Ciamis, Jawa Barat. Berikut adalah sejarah Prabu Hariang Kencana.

Asal Usul dan Keluarga

Hariang Kencana adalah putra dari Prabu Borosngora, raja pertama Kerajaan Panjalu yang memeluk Islam. Lahir di Priangan Timur, Hariang Kencana merupakan salah satu dari enam putra Prabu Borosngora.
Sejak muda, Hariang Kencana dikenal memiliki bakat luar biasa dalam ilmu kadigjayan dan spiritualitas.

Penyebaran Islam

Sebagai seorang ulama dan raja, Hariang Kencana berperan aktif dalam penyebaran agama Islam di wilayah Panjalu dan sekitarnya. Hariang Kencana dikenal sebagai sosok yang memiliki karisma dan kemampuan spiritual yang tinggi, sehingga banyak orang datang untuk meminta nasihat dan bimbingan.
Warisan Budaya Makam Prabu Hariang Kencana terletak di Situ Lengkong Panjalu, yang menjadi tempat ziarah bagi banyak orang hingga saat ini. Cerita mengenai kekuatan supranatural di sekitarnya menambah daya tarik spiritual tempat tersebut.
Konon, keberadaan danau Panjalu sendiri tidak terlepas dari campur tangan kekuatan supranatural Prabu Borosngora saat itu berhasil membawa air zam-zam ke lokasi tersebut.

Kisah Legenda

Dalam mitologi lokal, terdapat kisah tentang Maung Panjalu (Harimau Panjalu) yang dipercaya sebagai penunggu Situ Lengkong. Kisah ini melibatkan seorang putri dari kerajaan Pajajaran yang melahirkan anak kembar di hutan Panumbangan dalam perjalanan pulang ke kerajaannya.

Peninggalan dan Tradisi

Salah satu peninggalan penting dari Prabu Hariang Kencana adalah ritual adat Nyangku, yang merupakan tradisi membersihkan benda pusaka peninggalan para raja Panjalu, termasuk peninggalan Prabu Borosngora. Upacara ini dilaksanakan setiap tahun di Desa Panjalu dan melibatkan prosesi penyucian benda pusaka seperti pedang Zulfikar, keris Pancaworo, dan berbagai senjata lainnya.

Pusaka-pusaka ini diyakini memiliki kekuatan spiritual dan merupakan simbol dari perjuangan dalam menyebarkan agama Islam di wilayah tersebut.(*)

Sumber penulis :Akun FB Mang AR

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

Syarat Dokumen Magang di Partai

KARAWANG – Wakil Ketua II DPRD Karawang, Dian Fahrud Jaman ...