Karawang – Abrasi di Dusun Muara Desa Ciparagejaya Kecamatan Tempuran mengikis daratan hingga puluhan meter. Alhasil masyarakat cemas. Semakin hari, semakin mengikis daratan akibat terjangan ombak pantai utara Karawang.
Satu Dusun di Ciparagejaya memutar otak agar daratan tidak tenggelam oleh air laut. Berbagai cara dilakukan. Tidak terkecuali penanaman di sekitar bibir pantai. Namun, hasilnya tidak memuaskan. Hampir prustasi, tapi warga tetap bergerak dalam pencegahan abrasi di wilayah itu.
Kecemasan warga setempat mendapatkan solusi setelah Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) turun tangan membantu warga Ciparagejaya. Dengan peredam ombak dan perangkat sedimentasi (Appostrap) atau limbah ban bekas yang dikembangkan mampu meredam terjangan ombak.
PHE ONWJ dan warga setempat sepakat bersama-sama mencegah abrasi dan di pasang seluas 800 meter di bibir pantai Dusun Muara. Ternyata, Appostrap itu efektif dalam pencegahan abrasi hingga terus dikembangkan oleh warga Ciparage.
Kepada wartawan, Satrio Firdauzi Rojak, Ketua Kelompok Kerja Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (KKPMP) Desa Ciparagejaya, mengatakan, limbah ban bekas atau Appostrap mampu menciptakan daratan baru yang selama ini terkikis oleh gelombang laut.
“Kita pasang ban bekas yang dirangkai. Lalu, di pasang di bibir pantai seluas 800 meter. Limbah ban bekas sekitar 1000 dikumpulkan. Ternyata ini efektif dan mampu pencegahan abrasi. Akhirnya Teknologi Appostrap dipatenkan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia mulai diaplikasikan Pantai Muara Ciparage pada tahun 2022 lalu,” katanya, Selasa (20/8/2024).
Lebih lanjut Satrio menjelaskan, alat tersebut dari ban bekas sepeda motor yang di modifikasi dibentuk segitiga atau segiempat. Lalu dipasang dibibir pantai dirangkai dengan gotong royong bersama warga lainya. Terjangan ombak mampu ditahan hingga menciptakan daratan baru dari pasir laut yang dibawa ombak.
Menurut Satrio Firdauzi Rojak, Ketua Kelompok Kerja Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (KKPMP) Desa Ciparagejaya, alat ini mengalami modifikasi yang signifikan menjadi bentuk segitiga untuk meningkatkan efektivitasnya dalam menangkap sedimentasi.
“Keberhasilan ini berkat semua pihak. Dari KKPMP, warga Muara, dan paling penting dari PHE ONWJ yang selalu support kami. Juga para peneliti Appostrap yang kita lakukan hari ini mampu efektif menahan ombak laut,” ujarnya.
Penanggung Jawab Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PHE ONWJ, Iman Teguh menambahkan, tanpa bekerjasama dengan semua pihak tidak akan terwujud. Salah satunya Teknologi Appostrap ini. Appostrap juga dianggap sebagai alternatif yang lebih efektif dibandingkan penanaman mangrove.
“Penanaman mangrove di Ciparage sering mengalami kegagalan. Sebab, bibit yang ditanam langsung berhadapan dengan gelombang besar, sehingga tidak sempat berakar kuat sebelum tergerus. Maka itu, kita pasang Appostrap sebagai peredam ombak terlebih dahulu untuk mencitakan daratan. Jika sudah terbentuk daratan baru dilakukan penanaman pohon,” kata dia.
Dengan demikian, bisa bermanfaat untuk masyarakat di Ciparagejaya dan dilakukan seterusnya oleh masyarakat lain dalam menahan abrasi di wilayah pesisir utara Karawang. “Inovasi Appostrap, Pantai Ciparage tidak hanya mampu menahan laju abrasi, tetapi juga membuka peluang bagi terciptanya ekosistem baru. Inovasi ini menjadi bukti nyata bahwa teknologi yang tepat guna dan bisa bermanfaa untuk masyarakat pesisir Karawang,” pungkasnya.(rosman/fj)