Proses Pemanfaatan Eceng Gondok

Proses Pemanfaatan Eceng Gondok

KARAWANG – Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal (FT) Cikampek membina masyarakat untuk menyulap Eceng gondok menjadi sesuatu yang bermanfaat

Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal (FT) Cikampek membina masyarakat untuk menyulap Eceng gondok menjadi sesuatu yang bermanfaat. Cita Insaniah Muhamad, Community Development Officer mengatakan Eceng gondok diolah menjadi biogas yang dapat digunakan oleh pelaku UMKM di Danau Cinta. Proses pengolahan dimulai dari mencacah Eceng gondok, kemudian ditambahkan dengan air dan kotoran sapi. Setelah itu dimasukkan ke dalam bak penampung yang telah disediakan untuk dilakukan fermentasi.

“Jadi untuk biogas dari Eceng gondok prosesnya kita mengambil dari perairan di sekitar kemudian kita cacah menggunakan satu mesin pencacah langsung, nanti ada wastafel untuk memasukkan Eceng gondoknya. Kemudian ada alat namanya zink gard setelah di cacah di dorong dengan air lalu masuk ke dalam bak penampung. Kita tambahkan juga kotoran sapi, setelah itu akan dilakukan fermentasi. Setelah menjadi gas dan uap, uap ini lah yang menjadi sumber energi api untuk memasak. Jadi tenan makanan yang ada di sini juga menggunakan itu,” ujarnya Kamis (29/8).

Ia menjelaskan perbandingan penggunaan kotoran sapi dengan Eceng gondok sebesar satu per tiga. Cita menambahkan dalam satu Minggu membutuhkan sebanyak 20 kilogram Eceng gondok. Tidak hanya menggunakan bahan tambahan kotoran sapi saja, namun ditambahkan pula sisa makanan yang berasal dari pelaku UMKM.

“Kotoran sapi nya itu satu per tiga dari Eceng gondok, kalau untuk kapasitas satu Minggu itu 20 kilogram Eceng gondok. Kita punya bak penampung 60 kilogram. Kita juga memanfaatkan sampah organik seperti makanan sisa, jadi setiap hari pelaku UMKM akan langsung mencacah. Fermentasinya itu selama satu sampai dua hari. Ketika sudah ada stock kotoran sapi di dalamnya, kita hanya memasukkan Eceng gondok saja,” jelasnya.

Ia menerangkan tidak terdapat ukuran dan jenis yang spesifik untuk pengolahan biogas dari Eceng gondok, namun untuk bahan kerajinan yang terbuat dari Eceng gondok terdapat ukuran khusus. Ia melanjutkan masyarakat dan pemerintah diperbolehkan untuk memperluas program ini ke kecamatan yang lain.

“Secara ukuran dan jenisnya tidak ada spesifiknya, karena kita menggunakan bahan baku organik. Kalau konsep dari TJSL ini kita membina suatu kelompok, harapannya dari pembinaan ini teman-teman bisa memperluas. Ketika ada dari pemerintahan dan masyarakat ingin memperluas silahkan saja,” terangnya.

Selain diolah menjadi biogas, bahan baku itu pun dapat diolah menjadi beberapa produk anyaman. Rasam, Pengrajin Eceng gondok mengungkapkan membutuhkan 100 batang untuk membuat produk tempat gelas. Kemudian untuk satu produk tas ukuran besar membutuhkan sebanyak satu kilogram Eceng gondok. Produk tersebut melalui proses pengeringan dengan menggunakan alat selama 2 hingga 3 jam.

“Kita membutuhkan 100 batang Eceng gondok ukuran 5 centimeter untuk produk tempat gelas. Kalau untuk tas kita butuh setengah sampai satu kilogram tergantung ukuran produk yang di inginkan. Pertama kita ambil yang ukuran tingginya sama dari danau, kemudian di jemur dan diambil bagusnya lalu kita anyam. Maksimalnya 10 hari kalau di jemur, tapi kita punya alat untuk mengeringkan jadi hanya 2 samapi 3 jam untuk pengeringan. Tidak sulit menganyamnya. Pemasarannya untuk sekarang hanya di sini saja, kita punya tim marketing yang memasarkannya. Sekitar 50 sampai 250 ribu tergantung ukurannya,” pungkasnya.(red/fj)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

Bank bjb Tawarkan Peluang Investasi Melalui Surat Berharga Perpetual dengan Kupon yang Tinggi

JAKARTA – Dalam dunia investasi, terdapat berbagai peluang menarik untuk ...