Penilik Disdikpora ; Pahlawan Tanda Jasa Julukan untuk Guru TK

Penilik PAUD Disdikpora Karawang, H. Karsin

Karawang – Pahlawan tanda jasa merupakan julukan untuk tenaga pendidik atau guru. Sebab, perjuangan guru dalam mendidik anak bukan hal mudah. Perlu mempunyai mental, pengetahuan, ketekunan, keikhlasan dan kesabaran.

“Khususnya untuk para guru TK atau sederajatnya. Sudah jelas perjuangan mendidik anak sejak dini. Harus penuh kesabaran dan ke ikhlasan,” demikian diungkapkan Penilik PAUD Disdikpora Karawang, H. Karsin saat sambutan di acara pelepasan TKIT Al Hoeriyah, Kiara Lawang, Karangpawitan. Sabtu, 22 Juni 2024.

Dulu, kata dia, julukan itu teruntuk guru setingkat SD. Karena masih jarang sekolah dini, TK dan sederajat lain. Tidak heran, guru SD kelas 1 atau 2 kerjanya penuh ekstra mengajarkan anak berhitung,menulis dan membaca. Namun saat ini, perkembangan zaman berubah signifikan hingga guru SD tidak lagi mengalami peristiwa dulu.

“Saya guru SD mengalami masa lalu. Tapi sekarang pendidikan sekolah ada TK, ada Paud dan lainnya. Dua tahun anak di didik menulis, membaca dan menghitung. Guru SD tinggal melanjutkan saja. Jadi, pas pahlawan tanda jasa teruntuk guru TK dan sederajat,” ujarnya.

Selain itu, Haji Karsin menyampaikan bangga dan apresiasi, pihak sekolah TKIT Al Hoeriyah serta para orangtua. Meski kegiatan sederhana, tetapi bisa meriah dengan kegiatan seni penampilan siswa.

“Menjadi modal kita, untuk dicontoh oleh TK yang lain. Perkembangan Yayasan Al Hoeriyah begitu pesat. Ibarat kata emas terpendam dalam lumpur. Kita bangga, hasil pembelajaran beda dengan lain. Karakter anak, berkat guru, yayasan, anak anak cerdas, percaya diri, tertanam religi harapkan dengan apresiasi ini bangga. Berkat kerjasama yayasan, guru, orangtua dukungan semua pihak. Intinya, muda–mudahan dilepas ini, naik ke jenjang berikutnya . Ke-depan pemimpin negara dari Kiara Lawang, presiden dari kampung bisa memimpin negara,” katanya.

“Terimakasih orangtua, pentas seni siswa dilatih guru dan orangtua hingga kemajuan pesat,” pungkasnya.

Mengapa Guru Dijuluki Pahlawan Tanpa Tanda Jasa? Ini Alasannya
(sumber : detik Yogyakarta)

Di Indonesia, guru dijuluki sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Julukan ini hampir selalu muncul dalam setiap pembahasan mengenai guru dan pendidikan.

Julukan ini juga muncul dalam penggalan lirik lagu nasional, yakni “Hymne Guru”. Demikian liriknya:

Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Terima kasih tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa

Lantas, mengapa guru dijuluki pahlawan tanpa tanda jasa? Mari simak penjelasan lengkapnya berikut ini.

Mengapa Guru Dijuluki Pahlawan Tanpa Tanda Jasa?

Asal-usul Kata Guru

Kata guru kerap diistilahkan dengan “digugu lan ditiru”. Istilah tersebut merupakan istilah yang muncul dari bahasa Jawa yang berarti guru adalah orang yang patut diikuti nasihatnya. Secara etimologi, kata guru ini berasa dari bahasa Indonesia yang berarti orang yang mengajar, pengajar, pendidik, dan ahli didik.

Sementara itu, dalam bahasa Sansekerta guru berasal dari gabungan dua kata, yaitu Gu dan Ru. Gu memiliki arti kegelapan dan Ru berarti cahaya. Kedua kata tersebut memiliki arti yang berlawanan.

Gabungan kedua kata itu akhirnya membentuk sebuah makna bahwa guru adalah orang yang mampu membawa cahaya dalam kegelapan. Maksudnya, guru ini dianggap sebagai orang yang memiliki pengetahuan akan suatu hal dan memberikannya ke orang lain. Kemudian pengetahuan tersebut digunakan untuk menghempaskan kebodohan yang ada.

Alasan Guru Dijuluki Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Guru dijuluki pahlawan tanpa tanda jasa karena profesi ini memberikan kontribusi besar bagi bangsa sehingga layak disebut pahlawan. Namun, guru tidak pernah memperoleh tanda jasa seperti pahlawan-pahlawan nasional. Bahkan, hingga saat ini masih banyak guru yang tidak mendapatkan imbal jasa yang layak.

Mengutip Anas Basaruddin dalam Secangkir Kopi untuk Sang Guru (2023), julukan guru sebagai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa diperkirakan ada sejak 1970 hingga 1980-an.

Kala itu, menjadi guru merupakan pekerjaan yang luar biasa berat. Guru-guru masa itu dituntut mengajar para siswa di tengah keterbatasan akses, fasilitas, dan jaminan keamanan.

Selain itu, para guru juga dituntut untuk bersekolah hingga jenjang tinggi, memiliki banyak pengetahuan, serta mengorbankan waktu dan tenaga. Akan tetapi, bayaran yang diterima tidak sepadan dengan usahanya. Bahkan, tak jarang guru terpaksa harus menjalani pekerjaan tambahan untuk menambah pendapatannya.

Hal itulah yang menjadi latar belakang guru dijuluki pahlawan tanpa tanda jasa. Basaruddin pun berpendapat, julukan tersebut disematkan untuk menggambarkan bahwa guru merupakan orang yang berjasa untuk negara. Akan tetapi, mereka tidak mendapatkan penghargaan sepadan.

Perlu diingat, guru memiliki jasa yang besar bagi bangsa dan negara. Tidak hanya sebatas di pendidikan formal, tetapi guru juga berjasa untuk perkembangan holistik para siswa.(rls/cim/fj)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

KPU Pastikan Keamanan TPS  Hingga Proses Distribusi Logistik

Karawang – Pemerintah Daerah Karawang mengadakan Rapat Koordinasi Penyelenggaraan Pilkada ...