KARAWANG – Berawal dari membaca buku kisah tentang wayang, Iman Rohendi mulai tertarik mempelajari tentang teknik menjadi dalang hingga meraih prestasi
Berawal dari membaca buku yang berisi tentang kisah wayang, Iman Rohendi mulai tertarik untuk mempelajari sebagai dalang. Iman Rohendi, Dalang Wayang Golek Karawang menyampaikan mulai aktif sebagai dalang pada tahun 1989. Kemudian pada tahun 1994 ia pertama kali ikut dalam perlombaan tingkat provinsi. Meski pertama kali mengikuti perlombaan, hasil yang diperoleh berupa piala juara. Setelah mengikuti perlombaan tersebut, ia kembali ikut perlombaan yang sama namun di tingkat kabupaten ketika tahun 2013.
“Saya berkiprah di dunia pedalangan mulai dari tahun 1989 saat itu saya masih menjabat sebagai ASN di dinas pendidikan. Kalau ketertarikan wayang sudah dari kecil karena orangtua saya seorang seniman, meskipun bapak saya polisi tapi beliau juga dalang dan ibu saya pesinden. Awalnya saya tidak tertarik karena saya lebih mendalami seni nasional saat itu, kemudian saya membaca kisah wayang hingga ingin tahu lebih jauh. Saya tidak langsung terjun ke panggung saat itu, kemudian di tahun 1991 saya ikut kursus mendalang sehingga tahun 1994 di ikutsertakan dalam ajang Binojakrama tingkat Jawa Barat. Saat itu saya awal ikut lomba dan mendapatkan juara ke tiga dan di tahun 2013 saya ikut di tingkat kabupaten mendapatkan juara,” ujarnya.
Ia mengaku ketika tahun 1991 hingga 1992 sudah mulai tidak aktif dalam dunia dalang. Kemudian pada tahun 1993 Iman pernah berhenti total sebagai dalang. Hal itu ia lakukan untuk fokus dalam karir sebagai guru. Kemudian ia menjelaskan, minat masyarakat untuk menonton wayang pada saat ini telah mulai berkurang.
“Tahun 2014 ikut lagi di tingkat Jawa Barat mendapatkan juara. Sebenarnya di tahun 1991 sampai 1992 saya sudah kurang aktif di dunia dalang, karena saya fokus di ASN. Saya rasa sangat berbeda jauh, terutama unsur yang membedakan adalah peminat penonton dan peminat seniman yang mendalang. Kalau dulu seni pedalangan begitu diminati oleh semua masyarakat karena hiburan masih jarang hanya hiburan yang bersifat di panggung. Sekarang hiburan sudah semakin banyak dan bahkan sudah bisa di genggam di tangan. Hiburan kesenian daerah termasuk wayang sudah jarang di pertontonkan sehingga generasi muda sekarang kurang begitu mengenal hiburan wayang,” jelasnya.
Pada tahun 2024, ia kembali memperoleh juara utama dalam perlombaan Binojakrama tingkat kabupaten. Setelah itu Iman akan mengikuti perlombaan di tingkat provinsi. Iman akan melakukan proses latihan melalui beberapa pustaka yang dimiliki. Tidak hanya itu ia pun mengandalkan pengalaman yang telah dimiliki.
“Untuk melaju ke tingkat provinsi tahun 2025 kita harus persiapan, pertama latihan karena berbeda kompetisi di kabupaten dengan provinsi. Binojakrama mempunyai aturan khusus, ada 12 aturan yang sudah paten. Dalam waktu satu jam semua alur cerita sudah harus selesai tidak boleh ada yang tertinggal dan dikurangi. Saya akan mempelajari dari beberapa pustaka dan mengingat ulang pengalaman yang sudah ada,” tambahnya
Motivasi Iman mengikuti perlombaan tersebut disebabkan oleh hilangnya ciri khas teknik dalang dari Karawang di generasi muda. Selain itu ajang itu hanya dapat di ikuti oleh dalang dengan usia 26 tahun ke atas. Ketika perlombaan pada tanggal 15 dan 16 Mei lalu, ia menggunakan teknik dalang khas Karawang. Ia mengaku mendapatkan penawaran dari pengurus organisasi dalang untuk mengikuti perlombaan tersebut. Ia mendaftar ketika proses pendaftaran akan di tutup.
“Saya tidak ada rasa takut karena saya mengikuti itu dengan satu tekad. Saya membawakan kisah Rahawana Pejah bercerita tentang kematian seorang Rahwana. Awalnya saya tidak ingin untuk ikut karena saya ingin memberikan dorongan untuk generasi muda tapi karena dalam Binojakrama tidak dapat di ikuti oleh dalang di bawah usia 26 tahun. Motivasi saya ikut, itu karena dulu Karawang mempunyai dalang maestro yang menjadi contoh bagi semua dalang di Provinsi Jawa Barat. Setelah beliau meninggal dunia, sekarang ciri khas dalang dari Karawang sudah hilang. Sekarang dalang muda lebih mencontoh dalang dari Bandung,” tutupnya.(red/cim/fj)