Karawang – Upaya BKKBN Provinsi Jawa Barat untuk melakukan percepatan penurunan stunting terus ditingkatkan di tahun 2024.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat, Fazar Santosa menyampaikan pemerintah Provinsi Jawa Barat sedang melakukan upaya untuk dapat mencapai Zero stunting di tahun 2045 mendatang. Langkah ini telah dilakukan dari hulu sampai ke hilir. Pencegahan dilakukan mulai dari calon pengantin, ibu hamil, pasangan yang telah menikah. Tidak hanya sekarang pun telah ada anak yang diawasi oleh kader BKKBN di pelosok desa.
“Tim Pendamping Keluarga setiap hari bekerja melakukan budaya pencegahan. Tugasnya banyak, mengawal kesehatan calon pengantin sebelum menikah, memeriksakan ibu hamil, sampai mencegah rokok di lingkungan keluarga,”ujarnya Jumat (26/1)
Ia memberikan apresiasi terhadap adanya langkah serius dari Komisi IX dari DPR RI yang ikut menyuarakan tentang pencegahan stunting. Ia mempunyai harapan agar program kampanye percepatan penurunan stunting di Jawa Barat dapat segera mencapai Zero stunting.
“Kita harus menyelamatkan generasi emas Indonesia dengan mencegah lahirnya stunting baru,” tambahnya.
Anggota Komisi IX DPR RI, Putih Dari melanjutkan program kampanye tentang percepatan penurunan stunting yang terdapat di Kecamatan Banyusari, Kabupaten Karawang. Ia memberikan himbauan terkait pencegahan Terlalu Muda, Terlalu Tua, Terlalu Banyak, Terlalu Dekat (4T). Ia menambahkan selain makan makanan yang bergizi. Masyarakat harus memperhatikan 4T agar dalam keluarganya tidak lahir stunting baru. Caranya dengan mencegah anak-anak menikah terlalu muda, kemudian menghindari ibu hamil di usia yang terlalu tua, merencanakan jumlah anak agar tidak terlalu banyak, serta menjaga jarak kehamilan agar tidak terlalu dekat.
“Oleh sebab itu, peran keluarga dalam percepatan penurunan stunting ini sangat penting. Kontribusi itu bisa dimulai dengan menerapkan Program Keluarga Berencana di keluarganya,” ungkapnya.
Kemudian untuk program peercepatan penurunan stunting adalah program prioritas negara. Sebab, Indonesia sebagai negara berpenduduk terbesar ke 4 dunia angka stunting masih tinggi diatas rata-rata ketentuan WHO yaitu 14 persen.
“Sampai saat ini masih banyak anak Indonesia yang gagal tumbuh kembang pada usia 0-2 tahun.
Gagal tumbuh akan berpengaruh pada daya saing anak bangsa. Gagal kembang juga akan mempengaruhi IQ atau kecerdasan,” tambahnya
Sekretaris Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Imam Bahanan menyatakan saat ini untuk tahun 2024 sekarang pemerintah Karawang mempunyai target stunting di angka 8 persen. Saat ini TPPS telah meningkatkan program BAAS dengan menyasar seluruh pejabat di tingkat esselon 3. Kemudian telah melakukan intervensi di semua perusahaan untuk menjadi BAAS. Tidak hanya itu telah diluncurkan pula program Desa Bebas Stunting dengan sasaran 1 desa stunting akan ditangani oleh 1 perusahaan.
“Tahun 2024 ini secara umum pemkab krw menargetkan angka stunting di angka 8% dan zero new stunting, artinya diharapkan tidak ada anak stunting baru. Makanya TPPS yg dipimpin bapak Bupati melanjutkan apa yang dilakukan taun lalu, BAAS makin ditingkatkam dengan sasaran semua pejabat esselon 3, level kepala bidang dan sekretaris camat. Juga makin meningkatkan intervensi ke perusahaan2 di kab krw untuk menjadi bapak asuh atau meluncurkan program seperti DEBES ( desa bebas stunting ) 1 perusahaan 1 desa stunting,” pungkasnya.(red/fj)