Layang-layang Muna Pertama di Dunia Pembuatannya Terus Dilestarikan

Fakta Jabar.co.id – Pembuatan layang-layang atau Koghati Kolope (sebutam warga setempat) terus dilestariakan Suku Muna di Sulawesi Tenggara.
Hingga sekarang, pembuatan layang-layang dengan bahan utama daun kolope kering (Ubi Hutan) masih bisa ditemui di Kabupaten Muna, karena secara turun temurun cara pembuatannya diwariskan kepada generasi penerusnya.


“Masih banyak yang buat ko layang-layang itu. Bahkan, sering dilombakan dikancah Internasional,” kata Azisam, salah seorang ASN (Aparatur Sipil Negara) di Kabupaten Muna, Jumat (11/2/2022) di Museum Bharugano Wuna di Raha, Kabupaten Muna.


Memiliki reputasi yang sangat mentereng di kancah Internasional, layang-layang Suku Muna memang sudah banyak diakui dunia dan menyabet berbagai penghargaan di festival layang-layang internasional. Hal tersebut juga berkat datangnya peniliti dari Jerman, Wolfgong Bick pada tahun 1997. Antropolog Bick tertarik meneliti keunikan Kaghati Kolope milik Suku Muna.

Penelitian ini mengantarkan Bick ke Goa Sugi Patani di Desa Liangkobori yang merupakan kasawan karst goa pra sejarah. Di sana, ditemukan lukisan tangan manusia pra sejarah yang menggambarkan layang-layang di dinding Goa Sugi Patani. Gambar dengan tinta merah yang merupakan campuran tanah liat dan getah pohon itu diprediksikan berusia 4000 tahun lalu, sehingga mematahkan klaim layang-layang tertua berasal dari negeri Cina.


“Atas penelitian itu, maka tidak ada yang membantah pembuat layang-layang pertama di dunia adalah leluhur kami,” timpal Azisam.


Di tempat yang sama, Ramadhan, pemandu Musium Bharugano Wuna menjelaskan, keunikan Koghati Kolope terlatak cara pembuatan dan penyiapan bahan-bahannya.
Pemilihan dan penempatan daun kolope (daun ubi hutan) tidak sembarangan. Karena, daun kolope berdasarkan seratnya diketahui berjenis kelamin. Penempatannya, terang dia, daun kolope laki-laki ada di atas dandi tengah. Sementara, daun kolope wanita ada di samping kiri-kanan bawah.


“Kalau salah penempatan, dijamin layang-layang itu tak bisa terbang,” ucapnya.


Kemudian, kata dia, bahan lainnya adalah bambu yang dijadikan rangka dan jarum untuk merapatkan daun kolope sehingga membentuk layang-layang.


Setelah itu, untuk pembuatan talinya menggunakan daun nanas yang dijadikan serabut hingga menjadi tali.
“Semua bahannya alami, berasal dari hutan,” ujarnya.


Kelebihan layang-layang Suku Muna, terang dia, karena daun kolope kering kedap air. Sehingga, ketika diterbangkan tidak basah berbeda dengan layang-layang lainnya yang berbahan kertas dan lain.
“Makanya, layang-layang Muna bisa diterbangkan selama 7 hari tanpa diturunkan,” pungkasnya.(red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

Blusukan ke Tempat Bencana Alam di Tegalwaru, Bunda Wardah Salurkan Bantuan untuk Masyarakat

Karawang – Bencana alam menimpa masyarakat di Karawang. Tepatnya di ...