Karawang – Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengkampanyekan gerakan panen tiga kali dalam setahun saat kunjungan ke areal pesawahan di Desa Gombongsari, Kecamatan Rawamerta pada Sabtu (13/11/2021) kemarin. Akan tetapi, hal itu mendapat sorotan dari DPRD Karawang.
Pasalnya, gerakan panen tiga kali dalam setahun dan menjadikan Karawang sebagai pilot project program yang sudah di gelindingkan bertahun-tahun merupakan hal yang terlalu ambisius.
“Kementerian Pertanian terlalu ambisius mewujudkan program tersebut tanpa meninjau kesiapan sarana prasarana pengairan dan manajemen kedinasan di setiap wilayah,” kata Anggota DPRD Komisi II Karawang dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Rizka Restu Amalia SH, Senin(15/11/2021).
Sebab menurut Rizka, jika rumusan (tiga kali panen) tidak benar-benar disiapkan Dinas Pertanian dan sistem pengairan oleh PJT penyuplai air dari hulu hingga hilir, rasa-rasanya masih sulit terwujud. “Jangankan bicara panen, memulai masa tanam saja masih “rebutan” jatah aliran air antara golongan air di hulu, tengah maupun hilir,” sesalnya.
“Dulu ada program Salibu (Turiangisasi) mayoritas gagal, kemudian sekarang digaungkan lagi tiga kali panen di Karawang. Saya kira harus betul-betul dievaluasi dan dirumuskan lagi tuh oleh setiap intansi terkait,” lanjut Rizka.
Dewan Dapil IV asal Desa Muarabaru Kecamatan Cilamaya Wetan ini menambahkan, Pemerintah harus fokus pada program petani milenial dan penambahan kelompok-kelompok tani baru. Memberi mereka ruang inovasi di bidang pertanian dan wahana Alat Mesin Pertanian (Alsintan) yang lebih merata. Sehingga, sasaran pemerintah bukan melulu soal produksi, tetapi juga mencari solusi stabilitas harga dan market paska panen yang lebih modern.
“Jangan lupa, bantuan-bantuan alsintan itu harus sesuai dengan kontur tanah Karawang, baik dari pusat maupun daerah. Harus ada pelatihan khusus bagi petani milenial soal teknisi alsintan, fasilitasi anak-anak muda dan kelompok tani itu wujudkan bengkel-bengkel alsintan, sehingga modernisasi pertanian bisa dirasakan manfaatnya baik dari teknologi maupun teori pertaniannya. Kalau begini, orang akan semakin cinta tani dan menghindari dari niat praktek alih fungsi lahan kedepan,” pungkasnya.(red)