Karawang – Badan Penanggulangan Bencana Daerah Karawang meminta masyarakat waspada potensi banjir, longsor, dan puting beliung. Sebab dari prakiraan cuaca BMKG, musim penghujan mencapai puncaknya pada pertengahan Februari 2021.
Sejak 5 November 2020, BPBD telah mengeluarkan peringatan siaga bencana sampai 30 Maret 2021.
Sekretaris BPBD Karawang, Supriatna menuturkan, potensi banjir kemungkinan tidak akan sebesar banjir tahun 2014.
“Kalau lihat kenyataan. Karena biasanya tanda-tanda banjir besar dimulai dari hujan di bulan Desember. Kita lihat Bandung, Bandung dua minggu yang lalu banjir ternyata imbasnya tidak sampai Karawang. Lima bendungan penampung di Jatiluhur, Curug, Walahar, Cirata, dan Saguling masih bisa menahan volume air,” katanya.
Namun, masyarakat diminta tidak menurunkan tingkat kewaspadaan. Sebab, banjir bisa saja terjadi bila curah hujan Purwakarta dan Subang tinggi sehingga volume air tidak bisa ditahan bendungan penampung.
Supriatna menambahkan, Karawang langganan banjir lantaran wilayahnya landai dan dilalui sungai Citarum.
“Di daerah tinggi seperti Bandung, Purwakarta, dan Subang kalau ada hujan besar pasti airnya mengalir melalui Citarum. Dari daerah Selatan ada Bogor Timur, Cariu, Jonggol, itu airnya turun ke Cibeet. Dan muara Cibeet ke Citarum. Yang parah kalau Cibeet dan Citarum tinggi biasanya Karawang banjir,” ujarnya.
BPBD sudah memetakan titik-titik rawan banjir. Seperti Telukjambe Barat, Cilamaya Wetan dan Kulon, Telukjambe Timur, Karawang Barat, Rengasdengklok, Tirtajaya, Jayakerta, Pakisjaya, dan Batujaya.
“Lalu daerah di wilayah Tempuran, Cilebar, dan Cikampek juga berpotensi banjir karena di sana dilalui kali-kali pembuang,” tambahnya.
BPBD sudah menyiapkan 12 perahu mesin, empat perahu tanpa mesin, dan 20 tenda yang bisa menampung 100 pengungsi.
Sementara terkait protokol kesehatan, BPBD mengarahkan kebutuhan logistik ke Dinas Kesehatan dan Satgas.
“Belum ada (arahan) bagaimana caranya menangani pengungsi saat Covid-19. Meski ada arahan untuk jaga jarak termasuk tenda pengungsian yang biasanya satu tenda. (dipakai pengungsi) jadi dua,” pungkasnya.(red)