Karawang – Pencak silat sebagai seni bela diri nasional berkembang pesat di Karawang. Hal ini tentunya tak lepas dari para sesepuh silat di Karawang yang tetap konsisten memasyarakatkan silat dan menurunkan ilmunya kepada generasi muda.
Salah satu tokoh silat Karawang adalah Raden Encep Permana (52) yang masih aktif melatih di perguruan pencak silat Bajing Kiring, Cikampek. Ia sendiri telah bergelut dalam dunia silat sejak kecil berguru langsung kepada sang ayah yang mendirikan perguruan tersebut.
“Alhamdulillah silat di Kabupaten Karawang, 52 perguruan hebat semua,” ucapnya, belum lama ini kepada media di Padepokan Cakra Buana, Babakan Ngantai Jatisari.
Ia sendiri melihat hubungan antar perguruan pencak silat di Karawang sangat baik meskipun saling berkompetisi. Menurutnya para pesilar Karawang betul-betul menjiwai ilmu yang didapat dari perguruannya masing-masing. Peminat pencak silat ini tak terbatas usia, mulai dari anak belum sekolah sampai orang dewasa.
“Kedepannya silat harus benar-benar berkembang, besarkan perguruan, makanya harus benar-benar dijiwai,” pesannya.
Tokoh silat lainnya Abu (53) juga tetap konsisten mengembangkan silat di Karawang. Bahkan ia juga saat ini tengah fokus berlatih menghadapi festival gonjring Jawa Barat pada pertengahan November nanti sebagai peserta kategori sepuh.
“Silat sama pencak itu sebetulnya beda, penca itu (dari) Sunda, kalau silat lebih luas, karena gerakannya banyak yang sama, diambil dari alam dan inspirasi penciptaan juga jadi pencak silat,” paparnya.
Pria yang melatih di perguruan Panca Rasa ini menuturkan daya tarik minat anak muda saat ini terhadap pencak silat ini adalah keunikan gerakannya. Pencak sendiri kerap diiringi dengan musik gamelan, selain untuk mempermudah mengingat gerakan, iringan musik ini untuk mengelabui para penjajah pada saat masa pra-kemerdakaan. Dengan demikian oleh penjajah pencak hanya dianggap sebagai tari alih-alih sebagai beladiri.
“Fungsinya juga untuk membudayakan dan melestarikan,” tambahnya.
Selain keunikan, anak muda sekarang berlatih pencak silat juga sebagai ajang pembuktian diri. Di samping itu tidak sedikit pula yang berlatih silat karena terbawa arus pertemanan. Hal ini membuktikan bahwa pencak silat dapar diterima oleh generasi muda dan dapat berkembang.
Abu mengatakan ada 4 upaya yang dapat dilakukan sesepuh pencak silat untuk tetap melestarikannya. Pertama adalah mengenal beladiri ini sedini mungkin kepada masyarakat bahkan juga anak-anak. Memperkanalkan silat kepada anak-anak bisa dimulai dengan hal sederhana, misalnya ia sendiri kerap memutar musik pengiring silat di rumahnya. Masyarakat sekitar nantinya akan penasaran dan mencari tahu tentang musik tersebut hingga akhirnya mengenal silat.
Upaya kedua adalah memperkanalkan silat secara halus kepada anak-anak sehingga mereka bisa merasa senang berlatih silat. Silat sendiri menurut penuturannya mengandung unsur yang komplit seperti unsur seni, olahraga, beladiri dan ritualisme. Yang ketiga para sesepuh mesti bisa membawa pencak silat ke dalam intitusi yang didukung pemerintah.
“Misalnya ke Disparbud, kan bisa jadi wisata pertunjukan, untuk penyambutan tamu misalnya,” ujarnya.
Adapun upaya yang keempat adalah mesti adanya pengorganisasian dalam pencak silat. Hal ini belajar dari beladiri dari negeri seberang dimana dapat berkembang dan mendunia karena manajemen organisasi yang baik.
“Pencak silat jangan dianggap sepele, karena suatu saat kejayaan bangsa kita itu adalah dari pencak silat itu sendiri, anak muda jangan gengsi karena pencak silat saat ini suda dilirik dunia,” pungkasnya.(red)