Karawang – Abah Adang. Sang maestro biola asal Dusun Karang Tengah RT 012 RW 003, Kelurahan Plawad, Kecamatan Karawang Timur. Memiliki perjalanan hidup yang patut di contoh oleh kaum milennial. Abah Adang dari pesulap sampai menjadi maestro biola.
Pria yang berusia 68 tahun tersebut menceritakan kisah hidupnya. Menekuni biola berawal dari satu musibah. Saat itu di usia mudanya ia terjatuh dari pohon kelapa yang menyebabkan kaki kirinya mesti diamputasi.
“Sempat putus harapan. Tapi akhirnya mencoba bangkit dengan menjadi pesulap ke sekolah-sekolah. Sampai akhirnya terbesit dipikirannya tengang biola yang menjadi bagian sejarah,” kata Abah Adang saat diwawancara wartawan, Minggu (4/10/2020).
Saat itu, kata Adang, sebelum bermain sulap ia selalu mengajak anak-anak untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan diiringi gesekan biola yang dia mainkan. Waktu itu tahun 1987.
“Karena keterbatasan ekonomi, saya berproses kreatif dengan membuat biolanya sendiri. Berawal dari situlah saya menjadi pengrajin biola,” kata Adang lagi.
Sejak saat Adang mulai mengajar biola di sejumlah sekolah. Bahkan kediamannya pun kerap menjadi tempat latihan bermain biola terutama binaannya yang tergabung dalam Rampak Viul Karawang.
“Sampai sekarang saya aktif mengajar biola di sejumlah sekolah. Dari tingkatan PAUD sampai SMA,” tambah Adang.
Ia tidak mematok harga jual biola. Tergantung kemampuan anak didiknya. Bagi dia anak didik bukan hanya sekedar belajar, juga memiliki biola untuk mengenakan kepada masyarakat.
“Biasanya biola dianggap sebagai seni musik yang eksklusif dan mewah. Tapi kita rubah pemikiran itu agar biola memasyarakat,” ujarnya.
Kata dia, dalam budaya masyarakat Jawa Barat biola disebut piul, serapan dari kata viool yang berarti biola dalam bahasa Belanda.
“Biola pun dapat mengiringi lagu Sunda tanpa mengubah nada dasarnya yang dalam kesenian Sunda disebut madenda. Selain mengenang sejarah, juga melestarikan budaya rampak piul,” pungkasnya. (cim)