Karawang – Dibalik kesibukan Kepala Puskesmas Adiarsa Timur dalam penanganan Covid-19 memiliki suatu cerita yang baginya cukup berkesan. Ia adalah drg Veronica. Seorang perempuan yang menjadi ibu dari anak-anaknya. Namun ia menjadi petugas dalam penanganan dan pencegahan Covid-19 di Kota Pangkal Perjuangan. Pihaknya pernah menyaksikan tangisan seorang anak melepas ayahnya untuk dibawa isolasi. Ia selaku perempuan, hatinya tersayat akan hal itu. Seperti sebuah film drama sedih.Namun tugas dia selaku medis harus tetap di jalankan.
Sebagai pimpinan Puskesmas ia mengabaikan lelah yang dirasakan. Sebab, di wilayah Karawang Timur cukup tinggi orang yang terkonfirmasi positif korona. Bahkan sampai September ini setiap hari ada dua dan tiga yang positif. Disitu Veronica bekerja ekstra sampai larut malam.
“Sebagai pimpinan saya punya tanggungjawab. Dikala semua kelelahan, saya turun langsung tes rapid. Saya turun ke masyarakat untuk mengedukasi,” katanya Rabu (23/9/2020).
Vero bercerita saat ada masyarakat yang meminta tetangganya di rapid. Karena mereka khawatir positif korona. Namun saat melakukan tes mereka malah berkerumun tanpa masker melihat dan foto-foto.
“Saya sedikit iseng saja samperin mereka, karena saat itu menggunakan baju hazmat. Kan pada lari semua masuk ke rumahnya. Mereka yang meminta di tes, tapi mereka sendiri tidak mengikuti protokoler kesehatan. Hanya bisa memperhatikan orang lain, dirinya sediri mengabaikan,” ceritanya.
Bahkan, Vero sempat membubarkan massa yang berkerumun cukup banyak tanpa menggunakan masker. Pria yang bertubuh tinggi dan kekar itu langsung bubar setelah dia berikan edukasi dan pemahaman Covid-19.
“Awalnya antara berani dan tidak. Tapi karena ini tugas, saya beranikan diri mendekati pria bertubuh tinggi dan kekar itu lagi asik ketawa-ketawa bersama kelompoknya. Alhamdulillah, mereka jadi paham setelah di edukasi,” katanya.
Vero mengakui ada kesulitan dalam meyakinkan keluarga yang terkonfirmasi positif. Apalagi orang yang cukup berada dalam materi. Rumahnya tingkat. Sehingga memilih isolasi mandiri. Namun oleh dia tetap diberikan edukasi dan pemahaman agar diisolasi di rumah sakit. Agar diperhatikan oleh petugas medis.
“Jika mereka diisolasi di rumah, apakah akan kuat bertahan selama 14 hari. Melihat anak, melihat istri. Begitu juga keluarga lain pun was-was. Setelah isolasi seperti apa meyakinkan jika sudah negatif. Nah, kalau diisolasi di rumah sakit akan ada tes secara berskala oleh petugas medis. Tes swab sampai dua kali. Sehingga jika sudah dinyatakan sembuh bisa pulang. Disitu, saya sering mengedukasi agar mereka mau diisolasi di rumah sakit. Setelah paham mereka mau diisolasi di rumah sakit,” ceritanya.
Pandemi ini bagi Vero suatu tantangan untuk lebih bersadar dan ikhlas dalam melayani masyarakat. Pasalnya petugas medis yang selalu siap siang dan malam. Apalagi di awal ramai Karawang terpapar korona, pihaknya dan tim selalu siap menjemput pasien ke kediaman. Tugas dari pimpinan untuk kesana dan kesini selalu dilaksanakan tanpa mengeluh lelah dan cepak. Karena dikakuinya, ini bagian ibadah.
“Dibalik korona banyak manfaat yang saya dapatkan sebagai pimpina Puskesmas. Dari karakter, loyalitas, kesungguhan kerja dan sebagainya. Pokoknya dibalik ini luar biasa yang saya dapatkan,” ungkapnya.
Sekarang ini yang dia lakukan untuk penanganan dan pencegahan Covid-19 adalah guyub bersama RT, RW, tokoh masyarakat, lingkungan, kelurahan dan semua lini dibawah. Mereka memberikan informasi bila dilingkungan ada yang indikasi korona. Selanjutnya ditindak lanjut oleh Puskesmas.
“Kita selalu melibatkan tokoh masyarakat dalam mengedukasi dan sosialiasi. Masyarakat cukup patuhi 3 M (pakai maker, mencuci tangan dan menjaga jarak). Yang menggunaka baju hazmat, cukup petugas medis saja. Kita bersama melawan covid ini, putus rantai penyebaran. Tidak saling ego, tapi sadar diri untuk kemanusiaan,” pungkasnya.(cim)