KARAWANG – Dinas Lingkungan Hidup dan kebersihan (DLHK) Kabupaten Karawang sedang berjuang melawan sampah.
Rencananya tahun 2020 DLHK bersama pihak swasta akan menanamkan investasi ke alat pengolahan sampah.
Pasalnya alat tersebut bakal mengolah 400 ton sampah basah (sampah baru) dan 200 ton sampah pasif (dari TPA Jalupang) menjadi bahan batu bara kualitas nomor dua.
“Tahun depan sudah bisa digunakan. Saat ini target kami adalah untuk menyelesaikan perjanjian kerja sama. Sementara saat ini kami sedang menyusun kerangka acuan,” kata Kepala DLHK Kabupaten Karawang, H. Wawan Setiawan, kepada media beberapa waktu lalu.
Wawan menjelaskan, dalam sehari DLHK harus putar otak mengangkut 900 ton sampah. Belum selesai sampai di situ, setelah diangkut, sampah tersebut mesti dibuang. Padahal, kapasitas tempat pembuangan sampah Jalupang hampir overload alias tidak memungkinkan menampung sampah masyarakat Karawang.
“Rata-rata dalam satu hari, satu warga Karawang menghasilkan 0,4 sampai 0,7 kilogram sampah. Dikali 2,2 juta warga Karawang total sampah yang mesti ditanggulangi DLHK mencapai 880 sampai 900 ton sehari,” kata Wawan.
DLHK punya armada (pengangkut sampah) 63 truk dibantu armada dari swasta. 45 persen di antaranya tidak optimal. Karena tidak optimal sampah yang idealnya dibuang semua jadi tidak terangkut.
“Kami cuma bisa angkut 370 sampai 400 ton. Ada sisa 500 ton sampah yang tidak terangkut setiap hari,” tambah Wawan.
Ia mengatakan, kekuatan anggaran DLHK sebenarnya mampu untuk merawat dan menambah jumlah armada. “Karena idealnya berdasarkan kajian dari ITB, kami harus punya 125 truk untuk mengangkut semua sampah setiap hari. Kami hanya ada 63, berarti setengahnya,” kata Wawan lagi.
Yang membuat Wawan dilematis adalah bila semua anggaran dibelanjakan ke armada sampah, TPA Jalupang bakal overload. “Tinggi tumpukan sampah di TPA Jalupang sudah 13 meter,” tandasnya.(cim)