FAKTAJABAR.CO.ID – Hujan meteor Unicorn Alpha Monocerotids diprediksikan akan mencapai titik puncak pada Kamis (21/11) malam hingga Jumat (22/11) dini hari. Peristiwa ini disebut unicorn alpha monocetids karena hujan meteor yang kerap tampak jelang akhir November ini muncul dari arah rasi bintang monoceros atau unicorn.
Hal ini dikonfirmasi oleh peneliti Pusat Ilmu Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Rhorhom Priyatikanto saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (19/11).
“Saat tengah malam, meteor akan tampak memancar dari arah rasi Monoceros atau unicorn yang bersebelahan dengan rasi Orion atau Waluku,” tuturnya lewat sambungan telepon.
Berikut sejumlah fakta soal hujan meteor unicorn alpha monocerotids.
Rasi Monoceros
Sesuai namanya, hujan meteor ini berasal dari rasi monoceros atau rasi unicorn. Arah rasi Waluku sendiri menurutnya ada di arah timur saat tengah malam. Untuk membantu pengamatan Anda bisa menggunakan bantuan aplikasi Google Sky Map atau StarTracker.
Pada aplikasi Google Sky Maps, pengguna bisa mencari rasi bintang yang diinginkan dan akan diarahkan untuk mencapai rasi tersebut.
Misal masukkan kata “monoceros” untuk mencari rasi bintang yang jadi lokasi hujan meteor ini. Maka akan muncul lingkaran disertai panah. Arah panah menunjukkan ke arah mana pengguna mesti berputar untuk menemukan rasi tersebut.
Berlangsung kurang dari 1 jam
Hujan meteor ini hanya berlangsung kurang dari satu jam. Puncak hujan meteor unicorn alpha monocerotids biasanya hanya bertahan 15 menit hingga 40 menit. Sehingga kerap terlewat oleh pengamat. Padahal hujan meteor lain kerap berlangsung selama berjam-jam.
Namun, peristiwa hujan meteor ini dijelaskan Rhorom berlangsung antara 15-25 November dengan puncak hujan meteor pada 21-22 November. Puncak hujan meteor membuat intensitas meteor yang jatuh lebih tinggi dari waktu-waktu lainnya.
Intensitas hujan meteor rendah
Menurut Rhorom intentsitas hujan meteor ini memang tidak terlalu tinggi. Selain itu hujan meteor ini juga tidak terlalu terang. Sehingga membuat hujan meteor ini tidak begitu dikenal.
Namun, tahun ini diperkirakan intensitas puncak hujan meteor unicorn ini akan setinggi tahun 1995 sebanyak 400 meteor per jam atau 7 meteor per menit.
Intensitas 400 meteor ini diperkirkan terjadi selama 15 menit periode puncak. Dengan catatan kondisi pengamatan optimal, yaitu minus polusi cahaya dan kondisi langit cerah tak berawan.
“Tahun ini, aktivitas alpha mono diperkirakan lebih tinggi dari biasanya. Bisa jadi 400 meteor per jam memancar dari arah monoceros,” jelas Rhorom lagi.
Sumber misterius
Hingga saat ini, sumber dari hujan meteor unicorn ini masih belum diketahui. Biasanya hujan meteor terjadi lantaran jejak ekor komet yang memasuki atmosfer Bumi.
Ekor meteor ini masuk ke atmosfer dan meninggalkan jejak pijar yang membuatnya tampak seperti hujan cahaya. Namun, hingga saat ini belum diketahui komet mana yang menjadi sumber hujan meteor ‘Unicorn’ Alpha Monocerotids ini.
Astronom asal Amerika Serikat bernama Esko Lyytinen dari Finnish Fireball Network dan Peter Jenniskens dari Ames Research Center NASA telah mempelajari fenomena astronomis ini sejak 1995.
“Ledakan ini disebabkan oleh jejak debu dari komet jangka panjang yang tidak diketahui. Debu dilepaskan selama orbit sebelumnya dari komet, ketika itu terakhir di dekat matahari. Beberapa meteoroid membuat orbit pendek dan kembali lebih awal, lainnya membuat orbit yang lebih luas dan akan kembali terlambat,” kata Peter pada Earth Sky.
Kapan hujan meteor ini muncul
Hujan meteor ini sebenarnya terjadi hampir setiap tahun. Namun, berdasarkan catatan American Meteor Society tahun 1925, 1935, 1985, dan 1995, merupakan hujan meteor terbaik, seperti dilansir Forbes.
- 1925: seribu meteor perjam.
- 1935: seribu meteor perjam.
- 1985: 700 meteor perjam.
- 1995: 400 meteor perjam
- 2019: diperkirakan 100-1000 meteor perjam.
Peter juga mengatakan bahwa intensitas meteor akan berbeda-beda di tiap lokasi dan juga bergantung pada aliran meteoroid.
“Kami yakin bahwa alirannya akan berada di jalur Bumi tahun ini, karena gerakan jejak ditentukan oleh gravitasi planet dan matahari, yang dapat kita hitung secara akurat,” jelas Peter.
Diperkirakan hujan meteor intensitas tinggi lain akan tampak pada 2043.
Tak terlihat di Indonesia
Puncak hujan meteor ini dapat disaksikan dengan pemandangan terbaik oleh penduduk Eropa, kemudian Amerika Utara dan Amerika Selatan. Sayangnya menurut Forbes, wilayah Asia hingga Australia terancam tak dapat menyaksikan waktu puncak dari hujan meteor Unicorn Alpha Monocerotids ini.
“Fenomena outburst-nya (ledakan meteor) tidak bisa dilihat dari Asia. Ini adalah puncak dari aktivitas hujan meteor Alpha Monocherotids yang mencapai 400 meteor dalam waktu kurang dari 1 jam,” jelas Rhorom.
Puncak ledakan hujan meteor ini diperkirakan terjadi tanggal 22 November sekitar pukul 11.50 WIB. Selain berlangsung pada siang hari waktu Indonesia, saat itu rasi Monoceros pun ada di bawah ufuk sehingga tak bisa diamati. (*)