FAKTAJABAR.CO.ID – Kecelakaan kerap terjadi di ruas Tol Purbaleunyi (Cipularang) Km 90-an. Pengamat transportasi menyinggung soal perlunya pengawasan hingga pembatasan muatan kendaraan yang melewati ruas jalan tol.
Kecelakaan di Tol Purbaleunyi pada Senin (2/9) siang diawali karena tergulingnya dump truk muatan tanah. Pengamat transportasi Djoko Setiowarno menyebut perlunya pengawasan terhadap muatan barang.
“Jadi kalau truk bawa material itu memang nggak ada pengawasan, saya kira muatan-muatan tanah itu siapa yang ngawasi, berapa muatannya, kondisi sopirnya seperti apa,” kata Djoko kepada wartawan, Selasa (3/9/2019).
Selain itu, Djoko juga menyinggung perlu adanya petugas yang berjaga di ruas tol. Keberadaan petugas itu disebutnya akan meningkatkan kepatuhan pengendara terhadap peraturan lalu lintas.
“Kalau saya lihat, dengan adanya kecelakaan itu perlu ada petugas yang selalu standby. Intinya daerah-daerah rawan seperti itu selain kita perbaikan geometrik atau untuk kesalahan, tapi perlu juga ada (yang mengawasi). Dan kalau daerah-daerah yang dianggap black spot saya pikir ya tidak bisa tidak, kadang-kadang perlu juga polisi untuk selalu standby di sana, secara bergantian ya” ujarnya.
Sementara itu, pengamat transportasi Deddy Herlambang mengatakan kecelakaan di ruas tol sering disebabkan karena volume kendaraan yang melebihi kapasitas ruas jalan. Selain itu, perilaku pengguna jalan yang tidak mematuhi aturan juga kerap menjadi penyebab kecelakaan.
“Sering terjadinya kecelakaan karena volume kendaraan yang lebih dari standar kapasitas jalan tol. Behavioral dan attitude pengguna jalan juga tidak dalam standar keselamatan. Misalnya, kecepatan melebihi 100 km/jam, jalan dan menyalip di bahu tol, jarak antar kendaraan terlalu dekat sehingga ketika terjadi benturan tidak siap,” jelas Deddy.
Deddy pun menyarankan tarif tol dibuat mahal untuk mengurangi volume kendaraan. Selain itu, ia menyebut perlunya diberlakukan Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE) di ruas jalan tol.
“Di tol diberlakukan tarif mahal, jadi sedikit yang menggunakan tol. Juga diberlakukan ETLE atau pemantauan kecepatan secara OBU (on board unit), juga termasuk gakkum (penegakan hukum) serta tilang. Sekadar contoh, karena tol sudah terlalu padat, laka tadi siang di Tol Purbaleunyi, sekali laka langsung melibatkan 20-an mobil. Coba bandingkan bila tol volumenya tidak padat, laka paling hanya melibatkan 2-4 mobil,” ucap Deddy.
Terkait seringnya kecelakaan terjadi di ruas tol tertentu, menurut Deddy, hal itu bukan dikarenakan kesalahan desain jalan. Deddy mengatakan desain tol sudah sesuai dengan standar keselamatan.
“Desain jalan tol sudah standar keselamatan, rambu-rambu juga sudah cukup,” tuturnya.
Seperti diketahui, terjadi kecelakaan beruntun di Km 91 ruas Tol Purbaleunyi (Cipularang) pada Senin (2/9) siang yang melibatkan 21 kendaraan. Delapan orang tewas dalam peristiwa tersebut.(*)
Sumber: Detik.com