KARAWANG – Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berdagang di atas trotoar Terminal Tanjungpura mengaku sudah puluhan tahun berjualan di tempat tersebut. Lapak tersebut dimiliki oleh perorangan. Ada yang digunakan sendiri untuk berjualan, ada pula yang disewakan dengan harga Rp 600.000 per bulannya. Para PKL juga harus membayar biaya kebersihan Rp 3.000 per hari dan membayar iuran listrik tiap bulannya.
“Lapak ini ada yang punya. Ada yang dipakai untuk berjualan, ada juga yang disewakan. Kami jualan disini sudah lama, sudah puluhan tahun mungkin. Kami sudah mendengar rencana pembangunan taman di Terminal Tanjungpura sejak dua tahun lalu, tapi ada yang menentang, karena tidak ada solusinya bagi kami,” tutur salah satu PKL, selasa (19/6/2019).
PKL mengaku siap mendukung program pembangunan taman dan trotoar di Terminal Tanjungpura. Namun PKL meminta tempat baru untuk berjualan, di dalam Terminal Tanjungpura.
“Seperti terminal pada umumnya, ada kios-kios yang disediakan pemerintah untuk kami para pedagang berjualan. Kami mau pindah, asal ada tempat untuk berjualan di dalam terminal,” katanya.
PKL meminta kepada Pemkab Karawang agar rencana pembangunan median jalan tidak menggusur para PKL. Pedagang berharap, pemerintah melakukan pembangunan lapak dagangan untuk para PKL di Terminal Tanjungpura. Keberadaan lapak dagangan cukup penting mengingat aktifitas orang di Terminal Tanjungpura cukup tinggi.
Sementara itu, aktifis lingkungan di Karawang berkomentar, menangani PKL yang berjualan di atas trotoar, pemerintah perlu melakukan pendekatan persuasif dengan komunikasi berupa diskusi. Peran Dinas Koperasi dan UKM serta Dinas Perhubungan dan Satpol PP Karawang sangat diperlukan dalam hal ini. Selain itu, perlu ketegasan dan perhatian dari Bupati Karawang sehingga dinas teknis dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
“Jadi tidak perlu penggusuran, melainkan penggeseran lokasi dagang mereka. Apalagi para PKL mengaku siap pindah asalkan direlokasi. Sebaiknya dipindahkan saja. Bangun lapak khusus bagi para PKL di Terminal Tanjungpura untuk berdagang, seperti terminal lain pada umumnya. Jadi ga berjualan di atas trotoar lagi,” kata Yudha Silitonga, aktifis lingkungan dari Forkadas C Karawang. (cim)