KARAWANG – Korban kasus pamer alat vital di Jalan Ahmad Yani, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, bertambah. Para pria cabul tak hanya menyasar pelajar. Bahkan sejumlah guru perempuan turut jadi korban pria-pria mesum yang masih berkeliaran tersebut.
“Makin banyak yang mengaku pernah jadi korban. Tidak hanya siswi, bahkan ada enam orang guru perempuan yang mengaku pernah jadi korban mereka. Sepertinya korban kejahatan ini cukup banyak,” kata seorang guru salah satu SMP Negeri di Jalan Ahmad Yani Karawang saat dikutip dari Detik.com, Jumat (1/3/2019).
“Mereka baru mengaku kemarin, saya telusuri ke seluruh sekolah siapa yang pernah jadi korban. Rupanya tidak hanya siswi, guru perempuan juga ada,” kata guru pria tersebut.
Sedikitnya tiga sekolah di bilangan Jalan Ahmad Yani tengah bekerja sama mengungkap kasus pamer alat vital tersebut. Selain minta tolong pada petugas berpakaian preman, mereka menelusuri jumlah korban sebenarnya.
“Dalam pertemuan itu, terungkap ada korban di sekolah – sekolah tetangga. Kami sepakat mencari kemungkinan korban lainnya. Karena kebanyakan anak takut dan malu mengaku,” kata guru yang menjabat wakasek itu.
Guru tersebut mengungkapkan, rata – rata korban memendam peristiwa pamer alat vital itu. Bahkan perlu cara khusus dan privat saat membujuk para korban supaya berani mengaku. “Bahkan ada yang sudah 2 tahun baru mengaku pada kami. Perlu pendekatan khusus mengungkap kasus semacam ini,” kata dia.
Ia menuturkan, sekolah – sekolah di bilangan Ahmad Yani tengah proaktif membahas kasus ini. Sebab, mereka khawatir korban bertambah. “Ini bukan kasus sepele. Guru dan murid sudah resah, makanya kemarin berkumpul, membahas pencegahan kasus ini. Kami khawatir jika korban ternyata sangat banyak,” kata dia.
Sebelumnya, sekitar 50an korban yang baru diketahui pernah menjadi korban kelompok pria cabul. Para korban kebanyakan masih di bawah umur, syok oleh kelakuaan pria cabul yang gemar memamerkan alat vital. Kasus tersebut terjadi dalam rentang 3 tahun sejak pertengahan 2016 hingga awal 2019.
“Data tersebut baru sementara. Belum semua murid kami tanyai. Perlu waktu untuk menanyai murid perempuan. Kami khawatir jika korban sangat banyak,” kata guru tersebut.
Sumber: Detik.com