Trik dan Cara Pembuatan Pupuk Kompos Jitu

KARAWANG – Memperkenalkan teknik membuat kompos kepada siswa sekolah

Setelah mendapatkan pelatihan dari salah satu perusahaan untuk membuat kompos pada beberapa bulan lalu, kini Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Karawang memberikan edukasi terkait proses pembuatan kompos kepada anak sekolah. Dede Pramiadi, Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Keanekaragaman Hayati DLHK Karawang mengatakan untuk kegiatan pertama ini mengundang sekolah yang telah menerapkan Adiwiyata.

“Hari ini kita berkolaborasi dengan bidang lain mengajak adik-adik dari sekolah Adiwiyata salah satunya SDN Mekarjatu II. Ini momen pertama kali dan mereka belum pernah ke sini, mudah-mudahan langkah hari ini RTH Ke Hati dapat dikenal lebih luas,” ujarnya Rabu (13/11)

Saat kegiatan tersebut siswa diperkenalkan tentang proses awal cacah daun hingga menjadi kompos. Dirinya mempunyai harapan agar teknik ini dapat diterapkan oleh guru di sekolah. Saat di lokasi pun telah ada 3 plenterback fermentasi sampah organik. Fermentasi di plenterback pertama dilakukan pada tanggal 17 Oktober. Kapasitas untuk masing-masing tempat seberat 200 kilogram.

“Memperkenalkan daur ulang tentang sampah organik dengan harapan dapat diterapkan di lingkungan sekolah. Jangka pendek harapannya teori yang tadi dapat diterapkan oleh guru-guru di sekolah. Untuk karung pertama rendaman tanggal 17 Oktober tapi sudah berwarna hitam, kapasitas satu plenterback itu 200 kilogram dan sekarang sudah ada 3 plenterback,” jelasnya.

Setelah melakukan fermentasi selama 3 bulan, pihaknya akan memanen dengan cara mengatakan. Selanjutnya hasil dari saringan akan dikembalikan ke dalam wadah agar dicampur kembali dengan bahan yang baru. Seluruh bahan untuk membuat kompos tersebut berasal dari lingkungan sekitar dan CSR

“Tahapan berikutnya adalah panen dengan cara pengayakan, bubuk hasil ayakan akan digunakan menjadi kompos dan digunakan sebagai media tanam. Kemudian hasil saringannya akan dikembalikan ke dalam plenterback agar tercampur dengan bahan yang baru, jadi tidak ada yang terbuang. Plenterback kita dapatkan dari bantuan CSR, tidak bekerja sendiri tapi kolaborasi dengan semua pihak,” terangnya.

Saat ini pun pihaknya telah menjalin komunikasi dengan Universitas Singaperbangsa Karawang untuk memperkenalkan teknik tersebut. Melalui kegiatan ini pun dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dan menghasilkan potensi nilai ekonomi dari emisi karbon

“Rencana dengan perguruan tinggi, sekarang sudah membuka komunikasi dengan Unsika untuk memperkenalkan teknik ini agar dapat dijadikan bahan penelitian. Proses pengomposan ini dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dan diperhitungkan ke nilai emisi karbon ada potensi nilai ekonomi. Kurang lebih dengan kapasitas yang sangat terbatas ini dalam satu tahun dapat menghasilkan 16 juta emisi karbon, tapi kalau dari potensi kompos sudah ada 7,8 ton yang dapat dihasilkan dalam satu tahun,” lanjutnya

Sementara itu Dede Ermila, Kepala Sekolah SDN Mekarjati II mengungkapkan selama ini telah menerapkan sistem Adiwiyata di sekolah. Ia menambahkan telah ada sejumlah kompos cair yang berhasil dibuat dengan menggunakan sejumlah bahan.

“Saat ini sekolah kami sudah verifikasi lapangan untuk Adiwiyata tingkat provinsi. Sekolah kami memang berfokus kegiatan Adiwiyata, sangat antusias karena di sekolah juga melakukan pembuatan kompos cair dari daun kering, sisa makanan, kulit buah. Sekolah kami peduli dengan budaya lingkungan. Siswa yang datang hari ini dari kelas V yang berjumlah 41 orang,” pungkasnya.(red/fj)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

BRI KC Kramat Jati Serahkan CSR Berupa Satu Ambulans ke DITKUMAD

Faktajabar.co.id – Dalam rangka melaksanakan tanggung jawab sosial lingkungan dan ...