KARAWANG – Kelompok Tani di Desa Dayeuh Luhur, Kecamatan Tempuran bergotong royong melakukan pengemposan untuk mengendalikan hama tikus.
Petani di Kecamatan Tempuran telah mengalami gagal panen selama 3 musim akibat hama tikus. Rudi Masrudi, salah satu petani di Kecamatan Tempuran mengatakan lahan sawah miliknya yang terkena hama tikus seluas 1 hektar. Hama telah menyerang selama 3 musim, namun baru mendapatkan pengendalian di tahun 2024 ini.
“Sekarang ini hama tikus menyerang padi sudah 3 musim ini. Alhamdulillah sekarang ada pengendalian dari UPTD berupa pengemposan dan pengucuran pakai pompa air. Saya ada kurang lebih 1 hektar sawah yang terkena hama, kerugiannya sudah tidak terhitung,” ujarnya Senin (28/10/2024)
Sri Ida Variana, Ketua Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Kecamatan Tempuran mengungkapkan teknik pengendalian pengemposan untuk membasmi tikus di persawahan titik perak yang berlokasi di Desa Dayeuh Luhur, Kecamatan Tempuran. Bahan baku yang digunakan berupa belerang.
“Ini namanya teknik pengendalian dengan cara pengemposan dilakukan ketika umur tanaman sudah mulai tanam. Untuk lubang yang jangkauannya sulit dilakukan dengan cara pembongkaran menggunakan cangkul, jadi kita gunakan pengemposan dengan bahan baku belerang,” ungkapnya
Langkah awal, belerang akan di letakkan di sekam kering, kemudian menggunakan alat semawar untuk membakar. Setelah itu akan diarahkan di ujung mulut lubang tikus yang aktif. Penggunaan belerang mampu membuat tikus menjadi buta jalan dan terganggu pernafasan.
“Belerang ditempatkan di sekam kering untuk alat bantu membakarnya menggunakan semawar dengan bahan baku gas dengan pemantik. Kita bakar belerangnya di ujung mulut lubang aktif tikus, di identifikasi lubang aktif tikus. Belerang tujuannya mampu membutakan dan mengganggu pernafasan dari tikus,” jelasnya.
Lubang aktif mempunyai ciri ujung mulut yang licin, ditemukan adanya jejak kaki dan feses. Kemudian telah terbentuk jalur. Ketika sedang melakukan pengemposan di lubang masuk maka di jalur keluar akan langsung ditutup.
“Cri-cirinya lubang agak miring 35 sampai 45 derajat, ada juga yang lebih landai lagi, mulut lubangnya licin, jalur yang terbentuk dan jejak kaki serta ditemukan feses di ujung mulut lubangnya. Kita harus mengenali lajur yang dilalui tikus. Kita letakkan di mulut lubangnya dan memusatkan api mengarahkan asap masuk ke dalam lubang, lubang biasanya sambung menyambung di dalamnya. Ketika satu lubang kita kasih belerang, lubang lainnya akan kita tutup. Kalau populasi beranak akan semakin banyak membuat lubang,” terangnya.
Selain dengan pengemposan, pengendalian dapat juga dilakukan dengan teknik TBS, LTBS. Selanjutnya dilakukan pemagaran dan pemberian umpan beracun.
“Dayeuh Luhur gerakan masal baru ada di dua titik, pertama di blok perak dan ke dua di bendungan. Di titik bendungan tetap dilakukan secara terus menerus setiap hari secara swadaya. Teknik lainnya pengumpanan menggunakan umpan beracun, pemagaran Trep Barier System (TBS), linear Trep Barier System (LTBS),” terangnya.
Asep Suardani, Kepala UPTD Pertanian Kecamatan Tempuran memaparkan bagi petani yang sering mengalami serangan hama tikus secara terus menerus maka akan diberikan bantuan benih padi. Meski begitu adapula kelompok petani yang berada di Desa Jayanegara mempunyai inisiatif untuk mengganti benih padi tanpa menunggu bantuan dari pemerintah
“Kalau benih padi akan diberikan insedential, serangan hama begitu masif maka akan diberikan bantuan benih. Sementara yang bisa di inventarisir hanya di beberapa spot saja, seperti di Jayanegara petani langsung mengganti padi yang terserang tikus,” paparnya.
Ia menyatakan di kecamatan tersebut telah melakukan antisipasi sejak awal musim tanam. Selain itu telah ada Rumah Burung Hantu (Rubuha) yang dipasang di setiap persawahan milik petani.
“Memasuki awal tanam sudah disampaikan untuk segera melaksanakan kalagumarang agar tidak terlalu meledak seperti di kecamatan lainnya. Kecamatan Tempuran lahan sawahnya ada 7.177,2 hektar dibandingkan kecamatan lain ini cukup luas. Kalau mengandalkan manual seperti ini, kita juga menggunakan rubuha karena sebagai predator alami setiap malam memakan kurang lebih 10 ekor tikus. Setelah adanya rubuha di Desa Jayanegara serangan tikus bisa diredam dan dibuktikan dengan adanya bangkai kepala tikus,” pungkasnya.(rls/fj)