KARAWANG – Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Lingkungan. (DLHK) Karawang telah meninjau secara langsung lokasi terjadinya pusaran air berwarna hitam yang berada di Desa Segaran dan Telukbuyung
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Lingkungan. (DLHK) Karawang telah meninjau secara langsung lokasi terjadinya pusaran air berwarna hitam yang berada di Desa Segaran dan Telukbuyung. Peninjauan dilaksanakan pada Selasa (17/9) bersama dengan BBWS dan Tim PJT II Wilayah Rengasdengklok. Meli Rahmawati, Kepala Bidang Penataan Peraturan Lingkungan mengatakan tinjauan terlaksana setelah menerima laporan aduan dari masyarakat sekitar.
“Kemarin itu kita sudah verifikasi ke lapangan sesuai dengan laporan dari warga, di Kecamatan Batujaya dan Pakisjaya. Ada pusaran air dari bawah sungai berwarna hitam dan ada gelembung udara. Pertama ke Desa Segaran dan satu lagi di Desa Telukbuyung,” ujarnya Rabu (18/9).
Berdasarkan hasil di lapangan, sudah tidak ditemukan kembali pusaran air di Desa Segaran. Lokasi kejadian berada di sungai dekat dengan penyebrangan rakit. Meski ditemukan fenomena yang unik, namun warga tidak merasa terganggu.
“Saat ini di Desa Segaran sudah tidak ada kejadian itu lagi. Sungai sekarang kedalamannya 5 meter karena sedang surut kalau normalnya 7 sampai 10 meter. Lokasinya dekat dengan penyebrangan yang menggunakan rakit. Warga di sana tidak terganggu tapi merasa kaget, karena ini pertama kali terjadi. Kejadiannya 20 sampai 30 menit,” jelasnya.
Selanjutnya untuk di lokasi Desa Telukbuyung tersebar di beberapa titik. Di lokasi tersebut masih terlihat adanya gelembung kecil. Kemudian mengeluarkan bau gas.
“Kita juga ke lokasi di Desa Telukbuyung, Kecamatan Pakisjaya. Disini daerah sana ada beberapa titik dan kejadiannya cukup lama. Kemarin masih ada sedikit gelembung tetapi tidak ada pusaran. Gelembungnya itu ada bau gas. Kalau di desa ini airnya sampai menyembur ke atas karena ada tekanan gas,” terangnya.
Hingga sekarang tim dari DLHK Karawang belum menemukan penyebab dari peristiwa tersebut. Ia menambahkan pada Rabu (18/9) tim DLHK mengirimkan surat kepada Badan Geologi Kementrian ESDM untuk meminta adanya penelitian lebih lanjut.
“Kita coba kumpulkan data untuk mengindentifikasi, khawatirnya terjadi lagi ke depan. Kemudian bersurat ke Badan Geologi Kementrian ESDM. Surat baru diberikan pada hari ini. Kita belum mengetahui penyebabnya sampai sekarang,” tambahnya.
Ia melanjutkan gas tersebut dapat membuat kesehatan pernafasan menjadi terganggu. Dihimbau agar tidak menyalakan api di sekitar lokasi.
“Kalau dengan konsentrasi yang pekat bisa bahaya untuk kesehatan. Masyarakat di sana tidak berani mendekat ke lokasi kejadian. Kami menghimbau agar lebih berhati-hati dan tidak menyalakan api di sekitar lokasi,” lanjutnya.
Kemudian Ramadhani, Geologi Wanadri Institute Teknologi Bandung mengungkapkan untuk sementara ini ada dugaan kejadian ini disebut fenomena Alam Lumpur Blow Up. Berasal dari adanya tekanan gas dari bawah.
“Diduga kejadian fenomena Alam Lumpur blow up, itu penyebabnya dari tekanan gas, biasanya gas dangkal dan pelepasan langsung. Kadang suka muncul dan hilang kalau tekanannya sudah terlepas semua,” pungkasnya.(rls/fj)