Kisah Ratno Wahyudi, Rela Tak Pulang-pulang Demi Pertamina untuk Rakyat Indonesia

“Kita kan produksi Migas terbesar ya di Jawa Barat. Misalkan kita ada trobel atau ada anomali di fasilitas pasti akan terganggu areal industry di Jawa Barat, karena pasokan migas terbesar dari field Subang ini. Saya termotivasi dari itu, juga motivasi bagi pekerja-pekerja semua untuk manfaatnya rakyat Indonesia. Di sini dari Majalaya, produksi migas untuk rakyat Indonesia,” kata Ratno, memberikan penjelasan di tempat istirahat Pertamina EP wilayah Karawang.

BUMN atau Badan Usaha Milik Negara merupakan perusahaan Negara. Didirikan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera dari segala bidang. Diharapkan dapat memenuhi segala kebutuhan rakyat dari semua lini. Tak terkecuali PT Pertamina EP Field Subang. Perusahaan Negara ini produksi minyak dan gas untuk kebutuhan masyarakat.

Laporan : Rosman Ochim, Fakta Jabar

Ini kisah Ratno Tri Prima Wahyudi (38), seorang senior supervisor di PT Pertamina EP Regional 2 Zona 7 Subang Field yang beralamat di Jalan Syekh Quro Desa Ciranggon Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang. Ratno, panggilan akrabnya, diwawancara awak media, Rabu 11 September 2024 pukul 13.15 waktu Indonesia bagian barat.

Raut mukanya terlihat sumringah. Kedatangan insan jurnalistik yang berkunjung ke perusahaan itu. Tubuhnya yang tegap dengan mengenakan pakaian khas pertamina, biru, putih dan merah yang berlambangkan Pertamina EP. Ratno sebagai pegawai perusahaan produksi minyak dan gas ini, diminta insan jurnalis menyampaikan suka dan dukanya menjadi pegawai plat merah. Dengan sigap, Ratno menjawab itu. Pertama, ia men-syukuri menjadi pegawai BUMN. Sejak diangkat tahun 2009 hingga sekarang tahun 2024. Sekitar 15 tahunan ia mengabdi untuk perusahaan.

Yang menjadi kebanggan ia adalah mengabdi untuk Negara demi kebutuhan masyarakat Indonesia. Perusahaan minyak dan gas ini, sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat yang membuka usaha, jualan, dagangan, usaha mikro, usaha makro dan semua lini. Termasuk perusahaan besar yang mempunyai ratusan bahkan ribuan karyawan, yang membutuhkan gas dan minyak hasil produksi Pertamina EP. Pagi hari, seorang ibu rumah tangga memasak menyaiapkan sarapan suami dan anak-anaknya dipastikan menggunakan gas. Setiap pagi, beraktivitas kerja dan lain sebagainya dipastikan menggunakan bensin. Bisa dibayangkan, jika Pertamina EP berhenti produksi itu.

Ratno Tri Prima Wahyudi dan Tim sedang melakukan kroscek tempat pengolahan minyak dan gas Pertamina EP wilayah Karawang

“Kita kan produksi Migas terbesar ya di Jawa Barat. Misalkan kita ada trobel atau ada anomali di fasilitas pasti akan terganggu areal industry di Jawa Barat, karena pasokan migas terbesar dari field Subang ini. Saya termotivasi dari itu, juga motivasi bagi pekerja-pekerja semua untuk manfaatnya rakyat Indonesia. Di sini dari Majalaya, produksi migas untuk rakyat Indonesia,” kata Ratno, memberikan penjelasan di tempat istirahat Pertamina EP wilayah Karawang.

Namun dibalik keceriaan Ratno, tersimpan cerita yang membuat haru. Ia tak pulang-pulang ke kampung halaman di wilayah Jawa Timur demi rakyat dan Negara. Menjaga kestabilan produksi 24 jam tanpa berhenti. Baik hari raya idul fitri atau tahun baru harus tetap operasikan untuk menjaga produksi.

Momen idul fitri yang menjadi dambaan umat muslim tiap tahun. Momen kumpul keluarga untuk silaturahmi dan berma’afan. Tetapi, Ratno masih menjalankan tugas. Ia teringat motivasi dan semangat juang agar bermanfaat untuk rakyat Indonesia. Meski duka, tapi semangat demi menjaga produksi minyak dan gas.

“Sehingga bapak atau ibu, masyarakat yang lainnya tetap bisa mudik. Stok bensin dan gas aman. Atau misalnya kita di stop aja produksinya, mungkin saja mudiknya jadi tidak lancar karena pasokan minyak habis. Kembali lagi, ke semangat awal kita kerja kita berkontribusi untuk kepentingan bangsa Negara dalam hal produksi migas,” kata Rano, yang setiap hari mempunyai kebiasaan ngopi tiga kali.

Ratno pernah di tugaskan berbagai tempat dari Cilamaya sampai sekarang di Majalaya. Jauh dari keramaian. Untuk mengatasi kejenuhan, Ratno bersama pegawai lainnya sering membuat kegiatan Olahraga dengan fasilitas yang telah disiapkan perusahaan.  Hal itu sebagai obat kejenuhan dan rasa kangen pada kampong halaman serta menambah kekompakan antar pegawai lain.

“Kalau di kantor Subang mungkin sudah lengkap fasilitas Olahraga. Tapi di Karawang masih seadanya. Tapi kita nikmati. Kemarin saja kita gelar nonton bareng sepak bola Indonesia. Itu menjadi keceriaan kita sesama pegawai Pertamina yang jauh dari keramaian,” kata ayah dari dua anak, kini tinggal di wilayah Cikampek.

Sumur PT Pertamina EP Regional 2 Zona 7 Subang Field yang beralamat di Jalan Syekh Quro Desa Ciranggon Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang

Mistis di tempat kerja

Tempat produksi Pertamina EP wilayah Karawang, dulunya area pesawahan bahkan perkebunan. Dikenal tempat angker atau masyarakat setempat kental dengan hal mistis. Ratno bertahun tinggal di mess yang telah disediakan perusahaan. Namun, bagi ia belum mengalami hal keganjilan itu.

“Alhamdulillah, belum ketemu makluk halus,” kata Ratno ketawa, sambil menyampaikan setiap hari ada bacaan Al-quran dari Musola sebelum kumandangkan adzan. Lalu, pegawai sholat berjamaah.

“Memang dibawah tanah ini kita tidak tahu ya ada apa, kita hanya bisa memprediksi saja. Maka itu, lantunan do’a kita selalu dipanjatkan untuk keselamatan kita semua pegawai Pertamina EP di sini (Karawang-red),” tandasnya.(***)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

KPU Pastikan Keamanan TPS  Hingga Proses Distribusi Logistik

Karawang – Pemerintah Daerah Karawang mengadakan Rapat Koordinasi Penyelenggaraan Pilkada ...