KARAWANG – Di tangan kreatif Jhon Dedi, potongan kayu berhasil disulap menjadi gitar acoustic dengan nilai jual tinggi. Karyanya banyak diburu para pecinta seni musik tanah air. Bahkan, sempat dilirik konsumen luar negeri.
’’Di Karawang kan banyak limbah potongan-potongan kayu dari pabrik , jadi saya manfaatkan untuk custom gitar. Dan alhamdulillah bisa di buat satu gitar dalam jangka satu bulan,’’ ungkap Jhon Dedi mengawali perbincangan.
Warga kampung santiong kelurahan nagasari kecamatan karawang barat , Kabupaten Karawang ini mengaku, menekuni pembuatan gitar acoustic ini sejak 1994 silam. ’’Awalnya sebenarnya memang karena hobi,’’ tambahnya.
Selain hobi, pria kelahiran 1969 ini sebelumnya pernah bekerja sebagai karyawan di perusahaan swasta. Dia juga kerap kali menerima jasa service dari rekan ~ rekan pecinta seni musik. Hingga akhirnya gayung pun bersambut. Dengan keahliannya mengutak-atik gitar, ada salah satu teman mempercayainya untuk meng-custom gitar. ’’Tak pikir panjang, tawaran itu saya terima. Dari situ saya mulai tertantang buat gitar. Semuanya saya pelajari dari nol secara otodidak,’’ tegasnya.
Berlahan, bapak empat anak ini belajar mengamplas, membentuk pola kayu, serta pengecatan. Meski awalnya kerap gagal, kondisi itu tak membuatnya terhenti. Berbagai eksperimen dilakukan hingga membuahkan hasil. Tiga bulan berjalan, Jhon Dedi berhasil membuat gitar acoustic. ’’Pesanan juga kalau mau saya layani sudah ada namun saya belum berani melayani karena keterbatasan bahan baku dan alat kerja ,’’ tegasnya.
Sejak itu, mantan pelaut ini mengaku, mulai serius membuat alat musik ini dengan mengajak salah satu temannya untuk membantu menggosok kayu yang sudah didesain pola bodi gitar, ’’Sekarang sebulan kami sudah mampu memproduksi sekitar 2 buah acoustic dengan alat seadanya,’’ tuturnya.
Produk buatannya banyak diburu para pecinta seni musik tanah air. Bahkan, belakangan dia menerima service gitar untuk kalangan rekan ~ rekan sekitar karawang kota dengan jumlah paling sedikit 4 unit gitar. ’’Mayoritas pemesanan melalui jaringan mulut ke mulut yang ada di beberapa daerah di seantero karawang,’’ tegas eks pelaut ini.
Sebenarnya, dia memiliki mimpi besar jika produk kerajinan gitar ini bisa menembus pasar di negeri ini. Hanya saja, hingga kini masih terkendala biaya produksi lantaran lebih mahal dibanding harga satuan gitarnya. Ditambah, dia juga masih tak tahu mekanisme penjualan.
’’Sebenarnya saya sempat beberapa kali dapat pesanan dari rekan – rekan musisi lokal tapi belum bisa saya layani karena saya juga belum paham pemasaran, Jadi selama ini sementara untuk koleksi pribadi saja,’’ pungkasnya.(cim/mil)