Dokter Spesialis Jantung : Penderita Jantung Coroner di Usia Muda, Akibat Gaya Hidup

Pemeriksaan kesehatan oleh petugas Medis RSUD Karawang

KARAWANG – Saat ini banyak terjadi kasus meninggal dunia di usia muda akibat terkena penyakit jantung coroner.

Saat ini banyak terjadi kasus meninggal dunia di usia muda. Hal itu disebabkan oleh adanya penyempitan pembuluh darah jantung coroner.

Pramono Sigit, Dokter Spesialis Jantung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Karawang mengatakan pembuluh darah jantung coroner merupakan pembuluh darah yang memberikan makanan untuk otot jantung. Ia menambahkan otot jantung seperti pompa air yang mengalirkan oksigen dan makanan ke darah.

“Kalau sekarang itu banyak pasien yang terkena jantung dari usia yang masih muda. Kalau usia muda, ada beberapa kelainan seperti coronoer atau penyempitan pembuluh darah jantung coroner. Jadi pembuluh darah jantung coroner adalah pembuluh darah yang memberi makan otot jantung kita, otot jantung kita seperti pompa air tapi yang di pompa itu darah yang mengandung oksigen dan makanan. Itu sangat vital sebab otak tidak mendapatkan darah selama 5 menit saja itu bisa langsung mati,” ujarnya Kamis (13/6).

Ia memberikan perumpamaan seperti selang bensin, ketika terjadi penyumbatan maka fungsi jantung akan memburuk. Ia menjelaskan pembuluh darah jantung ada 3 aliran.

“Jadi harus bisa berdiskusi dengan baik tanpa ada gangguan. Umpamanya seperti selang bensin, kalau selang bensinnya tiba-tiba tersendat itu jantung fungsinya akan memburuk. Untungnya selang bensinnya ini ada tiga, biasanya tersumbat salah satu tapi kalau tersumbatnya parah bisa juga menyebabkan meninggal,” jelasnya.

Penyakit itu dapat dicegah dengan melakukan perbaikan gaya hidup dan mengendalikan faktor resiko. Faktor penyebab munculnya penyakit jantung coroner seperti hipertensi gula, kolesterol, merokok, riwayat keluarga yang meninggal mendaakak untuk perempuan di bawah usia 65 tahun dan laki-laki di bawah usia 55 tahun.

“Pencegahannya dengan perbaikan gaya hidup dan faktor resiko harus dikendalikan. Faktor resiko jantung coroner itu hipertensi, gula, kolesterol, ada pengaruh dari riwayat keluarga yang meninggal dunia untuk perempuan di bawah 65 dan laki-laki di bawah 55, merokok. Sebenarnya penyakit jantung coroner proses alami sesuai umur. Kalau kita hidup sehat umur 90 atau 80 baru muncul. Ada banyak faktor resiko itu jadi muncul pada usia yang lebih muda jadi semacam penuaan dini di pembuluh darah,” tambahnya.

Selanjutnya untuk faktor menimbulkan penyakit jantung coroner pada usia muda yakni rokok. Kemudian untuk faktor hipertensi wajib dilakukan monitoring dengan checkup rutin setiap 6 bulan hingga 1 tahun. Ia menerangkan untuk faktor gula sering terlewatkan oleh masyarakat. Terdapat pasien penderita gula yang tidak ada gejala apapun di awal. Pemeriksaan gula dapat dilakukan dengan cara HbA1C.

“Salah satu yang paling mempengaruhi di usia muda itu adalah merokok, karena merokok betul-betul faktor resiko yang kuat dan cepat menimbulkan penyempitan pembuluh darah otot jantung. Kalau hipertensi harus di monitor setiap 6 bulan atau 1 tahun sekali ketika usia muda sampai 2 hingga 3 kali. Kemudian gula yang seringkali terlewatkan, karena tidak bergejala. Banyak sekali pasien yang tidak ada gejala klasik penyakit gula, pemeriksaaan dapat dilakukan dengan HbA1C. Pemeriksaaan sel darah yang terglikusilasi nanti terlihat dari presentasinya,” terangnya.

Ia menjelaskan kembali terdapat faktor LDL kolesterol yakni protein yang mengangkut kolesterol dan membawa dari hati menuju pembuluh darah. Pramono menegaskan untuk LDL Kolesterol merupakan kolesterol jahat. Kolesterol dapat muncul akibat adanya 30 persen dari faktor makanan dan 70 persen telah terbentuk secara alami di dalam tubuh.

“Kemudian kolesterol, terutama LDL kolesterol yang paling berpengaruh. Jadi LDL kolesterol itu berkorelasi langsung dengan peningkatan cardioveskuler. Kalau LDL nya tinggi maka peningkatan cardioveskuler juga tinggi. Itu kolesterol jahat, semacam protein yang mengangkut kolesterol dan membawa dari hati ke pembuluh darah. Kadar di dalam darah itu tergantung dari kolesterol yang dibentuk sendiri sekitar 70 persen dan 30 persen dari makanan. Jadi yang berkaitan langsung dengan cardioveskuler itu adalah kadarnya di dalam darah. Di dukung oleh penyakit bawaan, secara genetik menghasilkan banyak sekali kolesterol,” lanjutnya

Ia pernah menangani pasien jantung coroner yang berusia 25 tahun dan 30 tahun. Dua pasien tersebut mengalami penyakit itu akibat merokok dan diabetes. Bagi pasien yang mengalami penyakit jantung coroner dalam kondisi parah, maka akan diberikan operasi pemasangan ring jantung. Meski begitu ring jantung hanya dapat bertahan selama 4 hingga 5 tahun jika tidak di imbangi dengan minum obat secara rutin dan mengubah gaya hidup.

“Pernah ada pasien serangan jantung di usia 25 tahun faktor resikonya karena merokok. Umur 30 tahun yang sudah banyak sekali operasi karena diabetes. Pasien yang merokok dan diabetes itu jarang aman, biasanya kalau tidak jantung ya stroke. Luangkan waktu untuk checkup dan stop merokok. Pada kondisi ada penyempitan di pembuluh darah, dan ada serangan harus di pasang ring segera. Itu bisa awet lama asalkan kita jaga, ring itu punya kemungkinan 4 sampai 5 tahun. Apalagi kalau kita jaga dengan gaya hidup yang baik bisa awet sampai puluhan tahun dan harus tetap minum obat. Pasang ring itu untuk melebarkan pembuluh darah dan minum obat itu agar tidak menyempit lagi, obat itu seperti perawatan rutin,” tutupnya.(red/fj)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

BRI BO Bekasi Siliwangi Apresiasi Nasabah di HPN 2024

Faktajabar.co.id – Hari Pelanggan Nasional (HPN) diperingati setiap 4 September. ...