Karawang – Pemerintah Kabupaten Karawang melalui DLHK saat ini sedang berfokus menjalankan program Adiwiyata untuk diterapkan di semua sekolah. Namun, pada saat ini sebanyak 15 sekolah yang akan di ikut sertakan ke dalam program Adiwiyata tingkat Kabupaten tahun 2024.
Kepala Seksi pengendalian dampak lingkungan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Lingkungan (DLHK) Karawang Wendy Firmansyah menyampaikan, ada sebanyak 15 sekolah yang telah diajukan untuk mengikuti Adiwiyata tingkat kabupaten tahun 2024. Jumlah ini telah terdiri dari semua tingkatan. Pada tahun 2019 telah terdapat satu sekolah yang berhasil menembus tingkat nasional.
“Kalau untuk tahun ini ada 15 sekolah dari SD, SMP dan SMA. Mereka mengajukan ke kita untuk mengikuti program Adiwiyata kemudian usulan ini akan kita berikan ke pemerintah provinsi. Kalau progresnya baru pendataan sekolah yang akan ikut. Kita berkaca dari tahun kemarin mudah-mudahan tahun ini bisa lebih baik lagi. Tahun sebelumnya kita berhasil sampai ke tingkat provinsi dan nasional. Tingkat nasional itu di tahun 2019,” ujarnya pada Rabu, (17/4/2024).
Ia menegaskan, jika program ini bukan sebuah ajang perlombaan, namun program untuk pembudidayaan penghijauan di sekolah. Jika dalam program tersebut diwajibkan untuk memanfaatkan lahan kosong di sekolah sebagai tempat menanam tanaman. Bibit tanaman yang dapat ditanam akan disesuaikan dengan luas lahan sekolah.
“Adiwiyata ini bukan perlombaan tapi program membudidayakan penghijauan sekolah. Ketika bagus di tingkat kabupaten maka akan kita ajukan ke tingkat provinsi dan nasional. Indikatornya pemanfaatan luas lahan untuk penanaman bibit pohon, pengelolaan sampah. Intinya sekolah kita harapkan berbudaya lingkungan. Bibit pohon tergantung luas lahan yang dimiliki sekolah,” bebernya.
Analisis Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Karawang Diana Sari Asrul memaparkan, untuk program Adiwiyata merupakan program yang berasal dari pemerintah pusat. Sejak tahun 2023 telah ada aturan terbaru terkait batas waktu sekolah Adiwiyata. Bagi sekolah yang telah mendapatkan sertifikat sebagai sekolah Adiwiyata selama 3 tahun maka diperlukan perpanjangan sertifikat tersebut.
“Adiwiyata ini sebenarnya program dari pemerintah pusat untuk gerakan peduli lingkungan hidup terhadap anak-anak. Adiwiyata membutuhkan peran serta dari seluruh komponen sekolah. Dari tahun lalu itu ada ketentuan baru bahwa Adiwiyata hanya berlaku 3 tahun, jadi setelah 3 tahun harus di perpanjang. Di Karawang ini belum ada sekolah yang berminat untuk memperpanjang, sekolah Adiwiyata tingkat nasional di Karawang ada di SMP Negeri 3 Tirtajaya dan belum berminat memperpanjang,” paparnya.
Jumlah penurunan kuota sekolah yang di ikut sertakan dalam program ini dipengaruhi oleh anggaran yang diberikan. Tahun 2024 ini anggaran yang digunakan sebesar 50 juta. Program itu ada 4 jenis tingkatan, pertama tingkat kabupaten, ke dua tingkat provinsi, ke tiga tingkat nasional dan terakhir tingkat mandiri. Setelah menjadi sekolah Adiwiyata tingkat mandiri maka dapat mengikuti ke tingkat ASEAN, namun di Kabupaten Karawang belum terdapat sekolah yang mampu lolos untuk ke tingkat mandiri dan Asean.
“Tahun 2022 ada 20 sekolah tapi di tahun kemarin dan tahun ini hanya ada 15 sekolah. Ini karena anggaran, tahun ini anggarannya hanya 50 juta. Kita akan adakan bimbingan teknis Adiwiyata untuk calon sekolah Adiwiyata tingkat provinsi dan nasional. Ada 4 tingkat Adiwiyata, pertama tingkat kabupaten, kedua tingkat provinsi, ketiga tingkat nasional dan terakhir tingkat mandiri. Ketika sudah menjadi tingkat mandiri akan bisa masuk ke level ASEAN tapi di Karawang belum ada yang masuk ke tingkat mandiri,” jelasnya.
Ia melanjutkan, salah satu syarat untuk menuju level mandiri dengan adanya 2 sekolah yang telah berhasil ke tingkat nasional. Sejauh ini di Karawang baru ada satu sekolah yang berhasil menjadi sekolah Adiwiyata tingkat nasional. Selanjutnya untuk pengajuan ke tingkat provinsi diperlukan bukti telah menerapkan pengelolaan lingkungan di sekolah. Penerapan tersebut dapat dilakukan dengan memasukkan ke dalam kurikulum.
“Syarat untuk menjadi Adiwiyata mandiri itu harus ada 2 sekolah yang sudah berhasil mendapatkan Adiwiyata tingkat nasional, di Karawang saja baru ada satu sekolah. Kalau kita hanya mengambil 2 sekolah tapi tidak lolos jadi kita akan mengambil 4 sekolah untuk di bina ke tingkat nasional terlebih dahulu. Teknis Adiwiyata kabupaten, pertama ada surat permohonan dari sekolah. Kemudian untuk provinsi dan nasional nantinya surat permohonannya dari kita berupa surat pengantar tapi sekolah sudah menyiapkan persyaratannya. Seperti sudah memasukkan pengelolaan lingkungan hidup ke dalam kurikulum,” lanjutnya.
Selain itu syarat tambahan berupa dokumen data diri sekolah. Semua dokumen tersebut akan dikirimkan ke pemerintah provinsi berupa hardcopy. Pada tahun 2024 ini baru melakukan coacthing clinic dari pemerintah provinsi. Kemudian dari DLHK kabupaten akan memberikan sosialisasi yang telah direncanakan akan dilaksanakan pada awal ataupun pertengahan bulan Mei.
“Semua dokumen dikirimkan berupa hard copy jika untuk tingkat provinsi kemudian untuk tingkat nasional akan mengirimkan dokumen ke dalam aplikasi. Tahun lalu kita mengikutkan 2 sekolah ke tingkat nasional tapi satu sekolah dianggap tidak memenuhi syarat. Tahun ini provinsi dan nasional belum dibuka tapi kemarin dari pemerintah provinsi sudah mengadakan coacthing clinic. Sosialisasi belum kita lakukan, direncanakan akan kita laksanakan di awal atau pertengahan Mei,” katanya.
Sari mengaku program ini masih mempunyai kendala di lapangan. Kendala itu terletak pada belum semua guru dan staff pengajar dari sekolah yang telah mengajukan diri mengetahui. Kemudian kendala lainnya terjadi juga akibat adanya perpindahan kepala sekolah yang telah mengajukan.
“Kendalanya dari sekolahnya sudah ada surat permohonan tapi ketika kita sampai di sekolah, guru dan staff tidak ada yang tahu sedangkan kepala sekolahnya tidak ada di lokasi. Ada juga kepala sekolah yang sudah pindah. Tahun ini sudah melakukan kerjasama dengan Disdikpora untuk melakukan sosialisasi. Adiwiyata ini tujuannya membuat generasi muda tentang pengelolaan sekolah supaya mereka lebih tergerak untuk menjaga lingkungan,” ujarnya.
Program ini mempunyai 4 aspek utama, pertama konservasi air dan energi. Aspek ini dapat diterapkan dengan pembuatan lubang biopori, penghijauan tanah terbuka, memanfaatkan air wudhu dan air hujan untuk menyiram tanaman. Selanjutnya ada aspek penghijauan yang diterapkan dengan memberikan edukasi kepada siswa terkait pembibitan tanaman. Ketiga aspek tentang pengelolaan sampah dan aspek terakhir tentang inovasi lingkungan.
“4 aspek utamanya itu konservasi air dan energi, pengelolaan sampah, penghijauan, inovasi lingkungan. Konservasi air itu bisa dilakukan dengan membuat lubang biopori, penghijauan tanah yang terbuka, mempergunakan kembali air wudhu untuk menyiram tanaman, penggunaan kembali air hujan. Salah satu point’ untuk tingkat provinsi dan nasional itu tercantum pengurangan biaya listrik selama 3 bulan setelah mengikuti Adiwiyata. Sasarannya sebenarnya satu tanaman itu untuk satu orang, kalau bisa di sekolah ada green house tujuannya untuk mengajari pembibitan kepada anak-anak,” pungkasnya.(aip/cim/fj)