KARAWANG – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Karawang masih membutuhkan ruang IGD untuk mengatasi jumlah pasien yang membludak.
Irwan Hermawan, Kepala Bidang Pelayanan Medik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Karawang menyampaikan strategi yang dilakukan dalam meningkatkan daya saing RSUD dengan rumah sakit lainnya dimulai dengan meningkatkan kualitas pelayanan. Selain itu ditingkatkan pula sarana dan prasarana serta Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu peningkatan pelayanan dengan menyediakan layanan pemasangan ring jantung yang telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
“Memang itu sudah menjadi perhatian dari managemen rumah sakit semenjak sebelum selesai Covid. Pertama kita meningkatkan kualitas layanan baik dari sarana dan prasarana serta SDM nya. Harapannya pasien dan keluarga bisa merasa nyaman walaupun menggunakan BPJS. Kemudian yang berikutnya SDM nya, kita coba mengembangkan layanan yang memang tujuannya hanya ada di RSUD seperti pelayanan jantung. Pelayanan jantung ini kita sudah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan semenjak 2022, tapi kita baru mendapatkan bantuan alatnya di tahun 2023 jadi kita baru beroperasional di Juni 2023,” ujarnya Kamis (21/3).
Setelah itu ada juga pemberian pelayanan penghancuran batu di saluran kencing. Perawatan ini menggunakan teknik dengan cara ditembak. Pelayanan ESWL ini sudah dapat digunakan oleh pasien BPJS. Tidak hanya itu RSUD saat ini telah ada pelayanan cuci otak bagi pasien. Cuci otak itu belum dapat digunakan bagi pasien BPJS.
“Kemudian layanan lain yang hanya ada di kitu itu penanganan kemoteraphy. Kita sudah bisa juga ESWL(penghancuran batu di saluran kencing dengan cara ditembak). Kita tingkatkan layanan terutama yang dengan BPJS karena hampir 99 persen pasien kita menggunakan BPJS. Kita juga sudah punya radiologi intervensi yang bekerjasama dengan BPJS tapi kasusnya sangat jarang. Pelayanan cuci otak masih di luar pelayanan BPJS, karena tidak bisa diakses oleh pasien BPJS jadi tidak secepat pelayanan pemasangan ring jantung dan ESWL,” tambahnya.
Bagi pasien umum, sudah disediakan klinik gizi yang berada di poli VVIP. Penyediaan layanan itu disebabkan oleh adanya tingkat kesadaran yang tinggi dari masyarakat tentang kesehatan gizi.
“Pelayanan baru di kita itu gizi klinik, ke depan ini orang sudah banyak yang peduli terhadap kesehatan khususnya gizi. Prinsip di kita tujuan utamanya membantu pasien yang dalam pelayanan kritis jadi itu butuh dokter yang khusus menanganinya. Kita juga coba meningkatkan pelayanan umumnya khsusunya di poli VVIP. Salah satunya kita punya dokter gizi klinik,” imbuhnya
Setelah memperbaiki pelayanan, RSUD pun sedang berfokus mengatasi permasalahan yang terjadi di IGD. Permasalahan ini terletak di jumlah ruangan yang tidak sebanding dengan jumlah pasien yang datang setiap hari. Ia mengaku hingga sekarang masih membutuhkan penambahan ruang rawat kritis bagi pasien. Ia berharap agar pembangunan gedung baru segera terlaksana, sebagai langkah dalam mengatasi permasalahan itu.
“Memperbaiki layanan yang memang harus kita lakukan seperti di IGD pasien banyak tapi ruangannya terbatas. Salah satu pelayanan yang sedang dan berproses itu pembangunan gedung baru, harapannya dapat memecah antrian pasien di ruang IGD. Kebutuhannya itu di ruang perawatan kritis, sebagai rumah sakit rujukan rebutan ruangan di IGD itu untuk ruangan kritis. Mudah-mudahan proses pembangunan gedung baru IGD dan perawatan kritis cepat terealisasi supaya kita dapat meningkatkan pelayanan dan daya saing kita,” lanjutnya.
Ia menjelaskan kapasitas tempat tidur yang dimiliki RSUD untuk IGD hanya ada sebanyak 30. Jumlah ini terdiri dari 8 tempat tidur di ruang rawat kritis, 11 tempat tidur di ruang intermediate, 9 tempat tidur di ruang HCU, 2 tempat tidur di ICU anak dan 4 tempat tidur di ICU khusus bayi. Penyediaan satu tempat tidur membutuhkan anggaran sebesar 5 milliar.
“Sebagai rumah sakit pemerintah kita harus menyesuaikan dengan regulasi. Di tahun 2024 ini yang menjadi konsentrasi itu IGD. Kalau sekarang IGD kita secara sistem hanya 30 bed tapi kenyataannya setiap hari 35 sampai 40 bed jadi artinya sudah overload. Ruang perawatan kritis kita hanya ada 8 bed, intermediate 11 bed, ruang HCU ada 9 bed, ICU anak kita punya 2, ICU bayi baru lahir ada 4 bed. Sementara secara realnya masih membutuhkan peningkatan kapasitas, karena di IGD banyak tertahan pasien untuk ruangan-ruangan seperti itu tadi. Kalau kita menghitung standart itu 10 persen dari total bed kita punya bed 400 jadi kalau dihitung kita membutuhkan kapasitas 40 bed. Terkendala untuk menyediakan satu tempat tidur pasien ICU itu membutuhkan 3 sampai 4 milliar karena untuk pemasangan ventilator dan alat lainnya. Idealnya kita butuh 5 milliar untuk satu tempat tidur.
Selanjutnya untuk gedung baru yang masih terbengkalai hingga sekarang telah mendapatkan bantuan anggaran yang bersumber dari APBD II. Ia melanjutkan pembangunan akan dilakukan pada tahun 2024.
“Kalau untuk gedung baru memang sudah beberapa kali tahun anggaran kita sudah tidak mendapatkan anggaran lagi dari provinsi untuk menyelesaikan, akhirnya akan diberikan dana dari kabupaten untuk menyelesaikan. Di tahun ini kita mendapatkan bantuan APBD II untuk bisa membangun gedung baru, targetnya satu lantai bisa beroperasi terlebih dahulu. Kalau untuk jumlah anggarannya kami di bidang pelayanan belum mendapatkan informasinya, lebih spesifiknya ada di bagian perencanaan dan anggaran. Kita sudah mulai rapat pra pembangunan untuk persiapannya,” pungkasnya.(red/fj)