Komite Ekraf Karawang Akan Menciptakan Gebrakan Besar di Tahun 2024

Komite Ekraf Karawang

Karawang – Komite Ekonomi Kreatif Kabupaten Karawang mengadakan studi banding ke Jatiwangi Art Factory, Majalengka Creativ Center, Saung Eurih yang terdapat di Kabupaten Majalengka. Ketua Komite Ekraf Karawang, Rahmat Wiguna menyampaikan ada tiga hal yang membuat ia merasa iri dengan ekonomi kreatif yang terdapat di Kabupaten Majalengka. Ia menyampaikan hal pertama yang membuat iri yakni Kabupaten Majalengka telah dinobatkan sebagai kabupaten kreatif nomor 1 di tingkat Provinsi Jawa Barat dan nasional. Kemudian ia juga merasa iri dengan adanya gedung kreatif center yang telah di miliki oleh pelaku ekonomi kreatif. Di kabupaten tersebut pun pelaku ekraf dapat menciptakan suatu seni melalui alat yang sederhana.

“Pertama saya iri Majalengka sebagai Kabupaten Kreatif di Jawa Barat nomor 1 dan sebagai kabupaten kreatif di tingkat nasional, lalu iri yang ke dua karena mereka sudah ada gedung kreatif center kemudian juga pemerintah sangat mendukung kegiatan ekraf bahkan pemerintah daerah menjalankan ide dari Ekraf. Iri yang ketiga ini ternyata hal yang minimalis menjadi satu seni. Contohnya genteng menjadi suatu pertunjukkan, kemudian alat-alat kopi dan teh bisa jadi seni pertunjukkan,” ujarnya Sabtu (9/12/2023)

Dalam kegiatan tersebut juga dilakukan penandatanganan nota kesepahaman antara pelaku ekraf dan pemerintah Kabupaten Karawang dengan pemerintah Kabupaten Majalengka. Uniknya penandatangan itu dilakukan di atas tanah liat. Ia mengungkapkan akan menciptakan sebuah kolaborasi berskala besar dengan judul Goyang Pasundan.

“Kreativitas lebih sistematis, terimplementasikan baik di pengusaha lokal ataupun di pemerintahan. Hasil kita studi banding, saya merasa Majalengka satu langkah lebih di depan Karawang. Ke depan kita sudah tandatangan nota kesepahaman. Nota kesepahaman ini di atas tanah liat, kemudian nanti akan dibakar untuk dijadikan prasasti. Kita akan kolaborasi yang dinamakan Goyang Pasundan. Nantinya levelnya bukan dua kabupaten saja tapi akan dilihat oleh seluruh Jawa Barat bahkan nasional,” tambahnya.

Ia menegaskan untuk penyusunan konsep akan dilakukan setelah studi banding, namun waktu pelaksanaan akan diselenggarakan pada tahun 2024 mendatang. Hal ini disambut baik oleh Wakil Bupati Kabupaten Majalengka sekaligus ketua komite ekraf Majalengka dengan menunjukkan sikap akan langsung menghubungi Bupati Kabupaten Karawang.

“Persiapan kolaborasinya harus matang, potensi yang di kolaborasikan juga harus sesuai dan menyatukan original budaya dari dua kabupaten, kita juga akan menciptakan rekor muri. Wakil bupati Majalengka sekaligus ketua komite ekraf sangat memberikan dukungan kolaborasi ini dan beliau sudah siap untuk menghubungi pimpinan tertinggi di Kabupaten Karawang. Kita akan menyusun konsepnya mulai dari sekarang tapi untuk pelaksanaannya di tahun 2024 setelah pesta demokrasi selesai,” imbuhnya.

Salah satu upaya yang akan dilakukan sebagai ketua komite Ekraf di Karawang, ia akan membuktikan dengan menggelar kegiatan dari semua sub sektor. Hal ini ia lakukan agar pemerintah daerah dapat memberikan kepercayaan kepada pelaku ekonomi kreatif dan dapat membangun gedung kreatif center. Kemudian langkah kedua, akan menyampaikan usulan pembangunan untuk anggaran tahun 2025 atau 2026 mendatang.

“Kalau untuk pembangunan gedung kreatif memang tidak bisa diciptakan dalam satu atau dua tahun, namun saya akan menunjukkan kegiatan kami dulu bahwa ekonomi kreatif ini sangat potensial untuk ekonomi kerakyatan kemudian di tahun 2024 saya akan sampaikan usulan kepada pemerintah untuk adanya anggaran di tahun 2025 atau 2026,” jelasnya.

Diperlukan adanya kompetensi, pelatihan dan pembinaan untuk dapat menarik minat generasi Z terhadap ekonomi kreatif. Selain itu diperlukan pula dukungan penuh dari pemerintah daerah terhadap pelaku ekraf di Karawang.

“Pertama memang harus banyak diadakan kegiatan yang berkesinambungan dan adanya kompetensi bagi anak muda. Misalkan di kuliner ada kurasi, saya mengusulkan setiap sub sektor diadakan kurasi dalam satu tahun harus dua kali. Kurasi ini untuk berlomba meningkatkan kualitas, kuantitas, inovasi produk. Selain itu diberikan juga pelatihan, pembinaan, dorongan berkompetensi di luar Karawang. Pemerintah daerah juga harus memberikan apresiasi kepada pelaku ekonomi kreatif,” paparnya

Fazriyan Wardani Adhitya, Kepala Bidang Ekonomi Kreatif Disparbud mengungkapkan setelah dilakukan uji petik beberapa bulan lalu, untuk aktivasi dari unsur ABCGM di Karawang belum berjalan dengan optimal. Meski begitu ke depan akan dilakukan upaya untuk dapat menyatukan semua elemen tersebut. Ia menginginkan agar tidak terdapat jarak antara pemerintah dengan pelaku ekraf.

“Enam bulan yang lalu kita sudah di uji petik untuk mencari jati diri sub sektor yang akan diunggulkan dan hasilnya Karawang bersepakat untuk menunjuk sub sektor seni pertunjukkan sebagai lokomotif, namun ternyata ketika melakukan aktivasi ekosistem kita masih lemah dan masih ada ketimpangan antara ABCGM. Pelajaran di Majalengka ini memang ada perbedaannya yakni ketua ekrafnya sendiri di ambil dari elemen pemerintah sedangkan di Karawang diambil dari elemen swasta. Mudah-mudahan di tahun 2024 mendatang aktivasi Ekraf di Karawang bisa lebih cair lagi dan tidak ada jarak antara pemerintah dengan pelaku ekraf,” ungkapnya.

Ia menceritakan jika pelaku seni pertunjukkan di Kabupaten Majalengka awal mula berjalan secara mandiri. Hasil tersebut dibuktikan dengan adanya investor dari tingkat internasional yang memberikan dukungan. Hal ini yang kemudian menarik pemerintah daerah setempat untuk ikut mendampingi dan memberikan dukungan secara penuh kepada pelaku ekraf.

“Di Majalengka ini seni pertunjukkannya lahir secara mandiri, mereka bergerak hingga mempunyai jaringan di tingkat internasional. Jatiwangi Act Factory juga dibangun dari anggaran komunitas dan sponsor luar negeri sehingga membuat investor yang lain tertarik. Pemerintah di kabupaten ini tinggal mendampingi dan ikut hadir ketika mereka berhasil diakui di tingkat internasional dengan menyediakan sarana dan prasarana serta ikut mempromosikan sehingga ada kolaborasi antara pemerintah dengan komunitas,” lanjutnya.

Ia menegaskan langkah selanjutnya yakni akan menjalin kerjasama antara pemerintah Majalengka dengan Karawang. Sebelum kerjasama terjalin, ia akan melakukan konsultasi terlebih dahulu kepada Bupati Karawang untuk menyampaikan hasil studi banding yang telah diperoleh.

“Mudah-mudahan ke depan kita akan mengadakan MOU kerjasama antar Pemerintah Kabupaten Karawang dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Majalengka untuk dapat bertukar informasi kebudayaan, pariwisata, promosi budaya dan kita bisa mencoba memberdayakan jaringan yang sudah dimiliki oleh mereka. Kami harus melapor dulu ke bupati setelah hasil konsultasi akan kami informasikan lagi. Bergerak bersama untuk memperjuangkan kabupaten kreatif yang dapat dinilai oleh UNESCO,” imbuhnya

Ia mengaku jika memang belum tersedia gedung kreatif center bagi pelaku ekraf di Karawang. Meski begitu hal ini dapat diatasi terlebih dahulu dengan mengoptimalkan gedung dan fasilitas lainnya sebagai tempat untuk menggelar pertunjukkan. Ia menegaskan kembali akan menyatukan unsur ABCGM di Karawang.

“Gedung kreatif center ini memang menjadi tugas bagi pemerintah Kabupaten Karawang. Jangan sampai ketika sudah dibangun gedungnya belum dipersiapkan sistem pengelolaan. Kita dapat mengoptimalkan gedung galeri seni terlebih dahulu sebagai tempat menampilkan pertunjukkan bagi pelaku sub sektor seni pertunjukkan. Sambil menunggu pembangunan gedung kreatif center bisa mengoptimalkan gedung yang sudah ada. Beberapa tempat lainnya seperti Kampung Budaya juga bisa digunakan untuk pertunjukkan. Kita juga perlu cara untuk menyatukan ABCGM di Karawang,” jelasnya.

Adanya generasi muda di Ekraf Majalengka membuat ia merasa iri. Ia akan melakukan gerakan bersama dengan semua OPD yang ada untuk dapat mengubah pemikiran generasi muda terhadap ekonomi kreatif.

“Tentu saja Disparbud tidak dapat bergerak sendiri karena generasi muda perlu adanya edukasi dari adanya peran DPMD dan Dinas Pendidikan. Contohnya di Desa Karangjaya sudah dibiasakan saat rapat minggon menggunakan pakaian adat Sunda untuk laki-laki dan kebaya bagi perempuan kemudian anak-anak kecil setiap sore sudah latihan menggunakan Enggrang. Jadi anak kecil di sana sudah mulai meninggalkan handphone. Kepala desa yang mengerti masyarakat dan memberikan ruang kepada anak muda serta anak kecil. Perlu adanya peran serta dari semua OPD,” tegasnya.

Wakil Bupati sekaligus Ketua Komite Ekraf Kabupaten Majalengka, Tarsono Mardiana menjelaskan telah terjalin kerjasama untuk menghasilkan mahakarya antara dua kabupaten. Ia mengucapkan terimakasih atas kedatangan komite Ekraf Kabupaten Karawang.

“Secara prinsipil kita komite Ekraf Kabupaten Majalengka dengan Karawang sudah sepakat menjalin kerjasama untuk meningkatkan kebudayaan di masing-masing daerah. Kita akan mencoba sebuah kreasi dan insyallah akan menjadi mahakarya bersama. Saya mengucapkan terimakasih kepada pemerintah Karawang melalui komite ekrafnya yang sudah silahturahmi ke Majalengka, insyallah kami juga akan bersilahturahmi ke Karawang,” jelasnya

Ia mengungkapkan modal pertama untuk dapat menjalin komunikasi yang baik antara pemerintah dengan komunitas yakni berupa rasa saling percaya. Kemudian ke dua berupa adanya niat yang positif dan rasa saling memiliki.

“Modal pertama adalah saling percaya, ke dua semua berniat baik sehingga ke dua hal ini dapat berjalan insyallah kemudian akan menghasilkan hal yang baik. Masyarakat juga harus berkreasi di bidangnya dan pemerintah akan memberikan dukungan,” tutupnya.(red/fj)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

Bank bjb Tawarkan Peluang Investasi Melalui Surat Berharga Perpetual dengan Kupon yang Tinggi

JAKARTA – Dalam dunia investasi, terdapat berbagai peluang menarik untuk ...