Pasangan Prabowo-Gibran, Ihsanudin: Simbol Indonesia Maju dan Pembela Wong Cilik

Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Ihsanudin

Karawang – Suasana Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden RI (Pilpres) 2024 semakin menghangat. Tiga pasangan bakal calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) pun sudah mendaftarkan diri di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI.

Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Ihsanudin, berharap masyarakat bisa menyambut momentum pesta demokrasi ini dengan riang gembira. Jangan sampai masyarakat tidak menggunakan hak pilihnya nanti pada hari pemungutan suara, 14 Februari 2024.

Ihsanudin yang merupakan anggota dewan dari daerah pemilihan Kabupaten Karawang dan Purwakarta ini mengatakan berbagai opini dan isu seputar pasangan-pasangan capres-cawapres ini pun beredar hangat di masyarakat. Ia berharap hal ini akan menjadi diskusi dan kajian produktif di tengah masyarakat, terutama sebagai rujukan masyarakat menentukan pilihannya kelak.

“Ini menjadi pendidikan politik bagi masyarakat. Dengan semakin ramainya, semakin banyaknya fakta dan pergerakan politik yang ada, dapat menjadi bahan pengetahuan politik bagi masyarakat di tengah udara demokrasi yang sehat,” kata Ihsanudin di Karawang, Kamis (26/10/2023).

Anggota dewan dari Fraksi Gerindra ini mengatakan masyarakat pun tengah hangat-hangatnya memperbincangkan salah satu kandidat capres-cawapres, yakni Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Betapa tidak, pencalonan pasangan ini begitu mengejutkan sebagian masyarakat.

Dari sini, kata Ihsanudin, masyarakat pun mengetahui bahwa Prabowo memilih Gibran menjadi pasangannya karena  Prabowo mendapat pesan dari berbagai kalangan, termasuk para kiai bahwa program pemerintahan Joko Widodo – Ma’ruf layak untuk dilanjutkan. Seperti diketahui, Gibran merupakan putra Joko Widodo yang kini menjabat sebagai Wali Kota Surakarta.

“Para kiai berpendapat, ini sebagai langkah memelihara atau melanjutkan program-program lama yang bagus dan mengambil hal-hal baru yang lebih bagus,” kata Ihsanudin.

Kedua, katanya, bahwa dalam dinamika hubungan dan interaksi antara Prabowo Subianto yang merupakan Menteri Pertahanan RI dan Joko Widodo sebagai Presiden RI, dapat disimpulkan bahwa dua tokoh ini bukan hanya sekedar berhubungan simbiosis mutualisme, atau kerja sama berbasis kepentingan belaka.

“Tapi lebih dari itu, secara pribadi dan politik kebangsaan, dua tokoh ini dapat digambarkan sebagai tumbu ketemu tutup. Dinamika politik telah membuat dua orang ini adalah satu, mereka telah menjadi satu kesatuan, dipersatukan oleh dinamika bangsa,” katanya.

Hal ketiga yang dapat diambil masyarakat dari pasangan Prabowo-Gibran, kata Ihsanudin, adalah untuk keberlanjutan dan keberlangsungan hubungan antara Prabowo dan Jokowi, diperlukan simbolisasi, dan hal tersebut ada pada diri Gibran.

“Masyarakat bisa melihat jelas, dipilihnya Gibran bukanlah hal yang mendadak atau sekedar reaksi terhadap kedua capras-cawapres yang lain, namun telah melalui dialektika yang cukup panjang dan komprehensif,” kata Ihsanudin.

Ia mengatakan Prabowo didaulat untuk kembali maju sebagai capres di Pilpres 2024 pun bukanlah sekedar untuk meramaikan bursa pencalonan, namun dengan tujuan agar terpilih memenangi Pilpres 2024 untuk selanjutnya dapat melaksanakan program kerja kenegaraan yang telah dicanangkan. 

“Di sini, masyarakat kembali dapat mencermati bahwa berpasangan dengan Gibran adalah keputusan tepat yang telah melewati berbagai pertimbangan strategis,” kata Ihsanudin.

Hal kelima yang dapat dicermati masyarakat dari pasangan ini, katanya, termasuk di antara pertimbangan strategis tersebut adalah hasil survey internal yang independen. Arus dan suara rakyat yang menghendaki dicalonkannya Gibran sebagai cawapres Prabowo adalah sangat besar melebihi tokoh lainnya, bahkan melebihi pasangan capres cawapres lain dengan selisih angka yang meyakinkan.

“Kita tahu, Prabowo memandang survey bukanlah sekedar alat memperkirakan keadaan atau alat hisab maupun ru’yat politik. Tapi prabowo memandang survey adalah alat baca ke mana amanat rakyat akan dilabuhkan. Survey adalah mata dan telinga untuk membaca dan menerima kehendak rakyat,” tuturnya.

Ihsanudin pun mengatakan untuk itulah, Prabowo menyambut arah kehendak rakyat tersebut dengan mengambil Gibran sebagai calon wakilnya. Seorang pejuang seperti Prabowo, tuturnya, pasti akan menerima dan siap melaksanakan jika itu adalah arah amanat atau perintah rakyat. 

“Dengan logika sederhana dan merakyat bisa kita gambarkan Bukankah setiap kita pasti ingat betul bahwa saat kita diperintah oleh calon mertua kita, maka tanpa reserve kita sanggup penuh kesiapan melaksanakan permintaan sang calon mertua. Bukanlah dalam kehidupan sehari hari, seorang kakek atau nenek dengan sukarela melakukan permintaan cucunya untuk bermain main. Begitulah kiranya gambaran jiwa politik Prabowo dalam memandang dan menerima arah amanat rakyat,” katanya.

Hal ketujuh yang dapat ditarik masyarakat sebagai pendidikan politik dari pasangan ini, katanya, adalah Prabowo yang dengan mengambil Gibran sebagai cawapresnya telah melakukan ijtihad politik yang besar, dan suatu langkah terobosan dengan mengambil salah satu anak muda terbaik yang dimiliki bangsa ini. 

“Seorang anak muda yang memiliki hak politik yang sama dengan warga negara lain dan hak tersebut dilindungi oleh konstitusi kita. Semoga kita sebagai masyarakat Indonesia memiliki pengetahuan politik yang lebih luas dan mantap dengan adanya pasangan ini,” ujar dewan yang populer ‘pro rakyat dan pembela wong cilik ini‘.(rls/fj)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

KPU Pastikan Keamanan TPS  Hingga Proses Distribusi Logistik

Karawang – Pemerintah Daerah Karawang mengadakan Rapat Koordinasi Penyelenggaraan Pilkada ...