Harmonisasi Sosial di Desa Tanjung dengan Tradisi ‘Ngobrog’ Bentuk Pembinaan Karakter Remaja

Dr. Solehudin, MM

Oleh : Dr. Solehudin, MM
Founder Yayasan Graha Tani Ruminansia Subang

Ngobrog adalah tradisi yang memiliki sejarah panjang di beberapa daerah di Indonesia, terutama di daerah Jawa. Tradisi ini umumnya dilakukan pada bulan Ramadan, ketika umat muslim bangun lebih awal untuk mempersiapkan sahur sebelum waktu puasa dimulai.

Asal mula tradisi ngobrog tidak dapat dipastikan dengan pasti, namun konon katanya tradisi ini berasal dari zaman penjajahan Belanda di Indonesia. Pada saat itu, umat muslim diwajibkan untuk melaksanakan ibadah puasa, namun di sisi lain mereka juga diharuskan bekerja oleh penguasa kolonial.

Untuk memenuhi kewajiban puasa dan bekerja, umat muslim kemudian melakukan strategi dengan bangun lebih awal untuk mempersiapkan sahur, sehingga mereka memiliki cukup energi untuk bekerja sepanjang hari. Untuk membangunkan orang lain agar ikut sahur bersama, mereka kemudian memainkan alat musik dan bernyanyi dengan suara keras.

Seiring berjalannya waktu, tradisi membangunkan sahur tersebut menjadi semakin populer di kalangan masyarakat pedesaan di berbagai daerah di Indonesia. Mereka kemudian memberi nama tradisi ini sebagai ngobrog, yang berasal dari bahasa Jawa “obrog-obrogan” yang berarti “bermain musik dengan irama yang meriah”.

Dalam tradisi ngobrog, masyarakat setempat berkumpul di malam hari dan memainkan alat musik dengan irama yang meriah sebagai tanda bahwa waktunya untuk mempersiapkan sahur. Mereka kemudian berkeliling ke setiap rumah dan membangunkan penghuninya agar bersiap-siap untuk memasak sahur.

Tradisi ngobrog memiliki makna yang sangat penting bagi masyarakat setempat, sebagai bentuk kebersamaan dan gotong royong dalam mempersiapkan sahur, serta sebagai bentuk pelestarian budaya dan tradisi yang turun-temurun.

Tanjung adalah sebuah desa di Kabupaten Subang yang yang masih mempertahankan tradisi ‘ngobrog’ sebagai bagian dari budaya masyarakat setempat. ‘Ngobrog’ adalah kegiatan sosial yang dilakukan oleh masyarakat khususnya para remaja setempat untuk membangunkan sahur  dengan cara berkeliling kampung.

Untuk menciptakan harmonisasi sosial di Desa Tanjung, tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan pemerintah setempat memanfaatkan tradisi ‘ngobrog’ sebagai bentuk pembinaan karakter remaja. Para remaja di Desa Tanjung dilibatkan dalam kegiatan ‘ngobrog’, di mana mereka diajarkan tentang nilai-nilai sosial dan keagamaan yang positif, serta diberi pemahaman tentang pentingnya membantu sesama.

Melalui kegiatan ‘ngobrog’, para remaja belajar tentang arti solidaritas, empati, dan rasa tanggung jawab terhadap sesama. Dalam waktu singkat, upaya pembinaan karakter remaja melalui kegiatan ‘ngobrog’ ini berhasil menciptakan harmonisasi sosial yang kuat di Desa Tanjung. Para remaja menjadi lebih bertanggung jawab dan aktif dalam kegiatan sosial, serta saling menghargai dan menghormati satu sama lain.

Dengan terciptanya harmonisasi sosial ini, Desa Tanjung menjadi lingkungan yang harmonis, damai, dan penuh kasih sayang, di mana setiap orang saling membantu dan memperkuat kebersamaan. Hal ini membuktikan bahwa pembinaan karakter remaja melalui kegiatan ‘ngobrog’ dapat menjadi salah satu bentuk pembinaan karakter yang efektif dan dapat menciptakan harmonisasi sosial yang positif di masyarakat pedesaan.(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

Bank bjb Tawarkan Peluang Investasi Melalui Surat Berharga Perpetual dengan Kupon yang Tinggi

JAKARTA – Dalam dunia investasi, terdapat berbagai peluang menarik untuk ...