Karawang – Pemberian telur bagi anak stunting kembali dilakukan di dua kecamatan.
Pemberian telur dari Wakil Bupati, Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) dan Dinas Kesehatan, BAPPEDA kembali dilakukan. Pada Selasa (21/2/2023) usai menyelenggarakan rapat koordinasi stunting, seluruh instansi tersebut menuju Kecamatan Rengasdengklok dan Kutawaluya untuk pembagian telur kepada masyarakat. Terdapat 2 anak stunting yang diberikan telur di Kecamatan Rengasdengklok. Pemberian telur ini bukan hal yang pertama kali, hal ini dikarenakan kondisi anak tersebut saat ini telah menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik dengan meningkatnya berat badan sesuai dengan usia.
H.Aep Syaepulloh, Wakil Bupati memaparkan telur tersebut wajib di konsumsi dalam 1 hari sebanyak 1 biji. Telur yang dibagikan selama 6 bulan sebanyak 8 kwintal. Saat ini telah membagikan 567 biji dan masih terdapat 379 biji yang belum dibagikan. Locus stunting terdapat di 7 kecamatan, 16 desa.
“Alhamdulillah kita di tahun 2021 dari 20,6 persen di tahun 2022 menurun menjadi 14 persen. Hari ini kita hadir di sini menjadikan prioritas stunting ini dengan memberikan makanan tambahan berupa telur. Dalam satu hari wajib mengkonsumsi telur sebanyak 1 biji,” ujarnya
Penanganan stunting dilakukan mulai calon pengantin. Ia menegaskan jangan terdapat calon pengantin yang memiliki anemia. Hal ini akan menimbulkan stunting bagi calon anak. Selanjutnya akan dilaksanakan penguatan posyandu dan pemberian asupan makanan bergizi. Ia menyebutkan anak yang terdapat di Kecamatan Rengasdengklok saat ini telah memiliki berat badan di angka 9,5 kilogram dari berat sebelumnya hanya sebesar 7 kilogram.
“Stunting ini harus mulai dari hulu sampai hilir, kita harus memberikan pendampingan kepada calon pengantin. Kedua dengan ibu hamil, penguatan posyandu dan pengecekan ibu hamil. Ketiga pasca melahirkan. Asupan makanan yang bergizi ini lah yang harus diberikan,” tambahnya.
Setelah dari Kecamatan Rengasdengklok, pemberian telur dilanjutkan menuju Kecamatan Kutawaluya. Nurmala Hasanah, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat menyampaikan Raisa anak stunting yang berusia 6 bulan saat kelahiran awal tidak menunjukkan gejala stunting dan berat badan normal sebesar 3,5 kilogram. Kemudian pada usia 3 bulan gejala stunting mulai muncul. Hal ini dikarenakan anak tersebut memiliki beberapa penyakit bawaan. Ia melanjutkan anak tersebut tidak diberikan ASI dan tidak dimandikan dikarenakan takut anak panas. Pihak dinas kesehatan telah melakukan beberapa upaya dan pendampingan untuk anak tersebut.
“Kita sebenernya sudah memantau balita ini dan pendampingan untuk berat badan dan tinggi badannya. Kita juga sudah merujuk ke RSUD terus kemudian sudah diberikan tata laksana pemberian pangan olahan untuk keperluan medis khusus. Ibunya tidak memberikan asi jadi kita harus memberikan nutrisi dan makanan cair,” ungkapnya.
Ia menambahkan anak tersebut memiliki berbagai faktor yang mengakibatkan terjadi stunting. Sekarang ini berat badan anak tersebut hanya di angka 3,8 kilogram. Meski begitu perkembangan baik telah ditunjukkan dengan diberikan respon motorik yang sudah merespon. Anak tersebut selama ini di asuh oleh kakak pertama yang telah menikah. Dikarenakan orangtua kandung yang bekerja.
“Kondisi rumahnya juga kurang begitu memadai, sarana air bersihnya juga tidak ada, bapaknya juga perokok, tidak memiliki jamban. Saya terakhir lihat pegangan tangan dan matanya sudah mulai merespon dengan baik,” lanjutnya.
Hj.Sofiah, Kepala DPPKB Kabupaten Karawang menuturkan cara pengkonsumsian telur dilaksanakan dengan merebus. Hal ini dikarenakan telur yang direbus memiliki kandungan gizi tinggi. Ia pun menghimbau kepada seluruh keluarga agar tetap menjaga kondisi asupan gizi dan mengkonsumsi telur dengan cara di rebus atau dimakan secara langsung.
“Di Dengklok tadi itu memang sudah sangat maju dari segi gizinya. Tadi juga pak Wabup langsung menyarankan kepada keluarga untuk telur direbus jangan di goreng atau sebagainya. Karena telur yang di rebus itu manfaatnya sangat baik buat anak-anak,”pungkasnya.(red)