Karawang – Data HIV di Karawang sejak 4 tahun terakhir mengalami peningkatan.
Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang memiliki target sebesar 95 orang dengan HIV dapat mengetahui status, 95 persen mengetahui orang dengan HIV status HIVnya, 95 persen orang dengan HIV mendapatkan pengobatan ARV dan 95 persen non ARV ini virus HIV nya tersupresi.
dr.Yayuk Sri Rahayu Kepala Bidang P2P menyampaikan telah melakukan sosialisasi, penerapan kewaspadaan standart. Kemudian diadakan pula testing, tracing dan pengamatan epidemiologi. Testing dan tracing dilakukan pada ibu hamil, pasien TB, Hepatitis, Pasien kunci.
“Pengendalian HIV di Kabupaten Karawang kami mengikuti anjuran dari pusat dengan strategi menuju eliminasi HIV di tahun 2030. Target 95 persen mengetahui orang dengan HIV status HIVnya, 95 persen orang dengan HIV mendapatkan pengobatan ARV dan 95 persen non ARV ini virus HIV nya tersupresi,” ujarnya Jumat (3/2).
Ia melanjutkan terdapat istilah “STOP”, S untuk Suluh dengan melakukan edukasi, promosi kesehatan, T untuk temukan dengan testing dan tracing, O untuk obati dengan pemberian ARV, P untuk mempertahankan pengobatan supaya virus dapat tersupresi. Testing dan tracing dilakukan oleh Puskesmas dan Rumah Sakit, telah terdapat 15 rumah sakit yang dapat melakukan pemeriksaan dan 52 puskesmas. Ia menyebutkan sebanyak 412 masyarakat yang telah terdeteksi positif.
“Kalau di tahun 2022 ada sebanyak 412 yang terdeteksi positif, data 2023 kami belum dapat merilis karena belum kami verifikasi,” tambahnya.
Ia mengutarakan telah melibatkan yayasan dan komunitas untuk melakukan penanganan penyakit tersebut. Usia yang paling besar terpapar penyakit ini mulai dari 25 hingga 49 tahun. Ia pun menyampaikan terdapat anak bayi yang telah terpapar akibat bawaan dari ibu. Pada tahun 2022 ada sebanyak 34 ibu hamil yang positif HIV. Angka yang terpapar tersebut mengalami kenaikan sejak tahun 2019 lalu. Meski begitu di tahun 2021 mengalami penurunan akibat adanya Covid 19 dan deteksi dini menjadi kurang maksimal.
“Umur yang terbanyak di 25 sampai 49 tahun, dari 4 tahun terakhir angkanya naik. Di 2019 ada 253 kasus, 2020 menjadi 315 kasus baru, 2021 cuma 244, di tahun 2022 menjadi 412,” imbuhnya.
Penularan dapat melalui hubungan seksual yang berganti-ganti dan bukan pasangan, transfusi darah, ibu hamil ke janin, tenaga medis yang tidak menggunakan APD lengkap. Ia menegaskan cairan air liur pasien HIV tidak akan menularkan penyakit ini. Ia menghimbau kepada seluruh masyarakat agar melakukan perilaku hidup sehat agar menghindari terpapar penyakit ini.
“Cairan ludah tidak dapat menularkan HIV, jadi penularan hanya vertikal dan horizontal,” lanjutnya.
Penyakit HIV tidak terdapat gejala yang terlihat. Gejala akan mulai ada saat penyakit ini berkembang menjadi AIDS. Mengetahui gejala penyakit tersebut dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan dini.
“Kalau ada yang terkena HIV jangan dilakukan diskriminasi, berikan dukungan kepada orang tersebut. HIV ini tidak bisa diketahui harus secara klinis, kecuali kalau sudah AIDS baru diketahui gejalanya,” pungkasnya.(red)