Karawang – Keberhasilan penurunan angka stunting di Kabupaten Karawang hasil kerja keras dari seluruh pentahelix salah satunya desa
dr.Nurmala Hasanah, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang memaparkan saat ini telah terdapat kepala desa yang menyediakan anggaran dana desa untuk menangani dan mencegah stunting. Hal ini dikarenakan untuk menurunkan angka stunting diperlukan kerjasama dari seluruh pihak, salah satunya pemerintah desa.
“Sebenernya di Karawang, alhamdulillah Desa sudah menganggarkan untuk kebutuhan penanganan dan pencegahan stunting,” ujarnya Jumat (3/2/2023).
Saat ini perkembangan program penurunan angka stunting dapat dikatakan sukses. Hal ini terlihat dari data hasil Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) yang telah di rilis oleh Kementrian Kesehatan. Prevalensi stunting di Karawang pada tahun 2022 lalu telah mencapai angka 14 persen. Hal tersebut mengalami penurunan dari angka 20,6 persen di tahun 2021.
“Sudah mulai terlihatkan hasilnya dari data SSGI tahun 2021 20,6 persen sekarang 2022 turun menjadi 14 persen. Sudah kelihatan membaik,” tambahnya.
Ia melanjutkan saat melakukan program tersebut di desa tidak hanya dengan memberikan makanan tambahan (PMT), namun diadakan pula program penyuluhan dan pelatihan sebagai tindakan preventif dalam stunting. Ia memaparkan peran desa sangat vital, hal tersebut dikarenakan ujung tombak di gressot yang mengetahui kondisi masyarakat. Ia berharap agar dengan peran pentahelix dari semua pihak target penurunan angka stunting di Karawang bisa tercapai.
“Penganggaran dana desa sendiri bukan hanya pada pemberian PMT saja, bisa penyuluhan dan pelatihan. Peran desa sebenernya merupakan ujung tombak karena di gressot desa sangat berperan sekali karena yang lebih tau kondisi masyarakat dan yang bersinggungan. Desa memang sasaran utama kami supaya di desa lebih memahami apa yang menjadi masalah terutama berkaitan dengan kesehatan. Sebenernya kita inginnya lebih gencar lebih melihat faktor determinan bayi stunting, biasanya tidak hanya satu yah, sehingga kita sama sama untuk intervensi sensitif maupun spesifik. Untuk Dinas Kesehatan, Puskesmas dan tenaga kesehatan hanya di bidang spesifik untuk sensitif kita bareng bareng,” pungkasnya.(red)