Karawang – Pemerintah Kabupaten Karawang menjadi daerah dengan realisasi investasi tertinggi se-Jawa Barat (Jabar) di triwulan ketiga 2022 ini.
Karawang di urutan pertama dengan nilai investasi sebesar Rp 10,4 triliun. Menyusul Kabupaten Bekasi Rp 7,85 triliun dan Kabupaten Bogor Rp 4,92 triliun.
“Saat triwulan 1 dan 2 kita masih di bawah Bekasi, nah di triwulan 3 alhamdulillah kita bisa menyalip Bekasi,” ujar Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Karawang, Eka Sanatha, Rabu (2/11/2022).
Menurutnya, ada dua faktor yang menyebabkan realisasi investasi di Karawang menjadi yang tertinggi.
Pertama, faktor kondusivitas. Kawasan industri yang relatif kondusif dalam 3 bulan terakhir membuat investor tidak ragu menanamkan modalnya.
Hal itu dibuktikan investasi jor-joran seperti industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lain sebesar Rp 2 triliun, disusul industri kertas dan percetakan Rp 1,9 triliun, jasa lainnya Rp 1,8 triliun dan industri logam, mesin dan elektronika Rp 1,2 triliun.
Kedua, lanjut dia, dukungan infrastruktur dan konektivitas transportasi yang lengkap. Semisal Karawang dilalui jalan tol Jakarta-Cikampek elevated yang turunnya di Karawang, lalu jalan tol lingkar luar II Sentul-Karawang Barat yang saat ini dalam lelang konsesi.
Kemudian dari ketersediaan air ada Waduk Juanda Jatiluhur. Lalu di sektor energi ada PLTGU Cilamaya dan PLTA Juanda Jatiluhur.
“Dari target Rp 29 triliun yang ditetapkan, di triwulan ketiga saja realisasi investasi kita sudah Rp 25,31 triliun. Insha Allah di akhir tahun kita siap melampaui target,” katanya.
Baca juga: Banyak Dilirik Asing, Pemkab Karawang ‘Pede’ Nilai Investasi Tembus Rp 30 Triliun
“Bahkan kita (Karawang) optimis 1 atau 2 tahun ke depan Karawang akan juara di sepanjang tahun se-Jabar,” seru Eka.
Catatan Minor di Balik Tingginya Investasi
Kegemilangan Karawang dalam menarik perhatian investor rupanya masih berbanding terbalik dengan serapan tenaga kerja.
hingga September, Karawang hanya mampu menyerap 7.956 tenaga kerja.
Rinciannya, investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) menyerap 1.320 tenaga kerja, sedangkan penanaman modal asing (PMA) menyerap 6.636 tenaga kerja.
Catatan itu terbilang menurun jika dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 10.839 tenaga kerja. Bahkan medio 2020, serapan tenaga kerjanya mencapai 12.524 orang.
“Ada penurunan karena investasi yang masuk didominasi sektor padat karya,” terang Eka.
Kendati begitu, pihaknya tengah menyiapkan sejumlah langkah untuk mengantisipasi trend penurunan serapan tenaga kerja.
Semisal dengan bagi hasil pajak yang dinaikkan, lalu peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Dengan kata lain, masyarakat diajak sejak dini untuk mampu bersaing secara kualitas membangun usaha. Sehingga tidak melulu berorientasi bekerja di pabrik.(rls)