Faktajabar.co.id – Nestle Indonesia melakukan investasi sebesar 368 milliar untuk ikut serta dalam pembangunan ekonomi di Indonesia.
Sejak 1971, Nestlé Indonesia berkomitmen untuk selalu berinvestasi di Indonesia, dengan fokus untuk menggunakan sebanyak mungkin bahan baku setempat, berkontribusi pada pembangunan ekonomi Indonesia, serta mendukung keberlanjutan lingkungan. Hari ini, Nestlé Indonesia memperkuat komitmen ini dengan berinvestasi senilai Rp 368 miliar untuk penambahan instalasi mesin proses Vacuum Band Dryer (VBD 2) demi meningkatkan kapasitas produksi Nestlé MILO seiring dengan meningkatnya volume permintaan pasar lokal. Selain itu, untuk mencapai emisi net zero pada 2050, Nestlé Indonesia juga berinvestasi dalam penggunaan boiler biomassa yang mengolah sekam padi untuk menghasilkan uap yang menggantikan LNG di Pabrik Nestlé Karawang di Jawa Barat.
Pada Selasa (7/6) Nestle Indonesia memperluas kapasitas produksi Milo dan Instalasi Boiler. Kegiatan tersebut dihadiri oleh Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi serta Teten Masduki, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman mengatakan bahwa pemerintah akan mendorong sektor bisnis dan industri di Indonesia. Hal tersebut bertujuan agar dapat meningkatkan perekonomian pasca Covid 19. Ia menambahkan pula jika adanya penambahan mesin boiler biomassa dapat membawa dampak positif bagi masyarakat.
“Pemerintah terus mendorong masyarakat serta sektor bisnis dan industri untuk semakin memperkuat produksi dalam negeri demi semakin meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, terutama pasca pandemi. Seperti yang diwujudkan oleh Nestlé Indonesia dengan meningkatkan kapasitas produksi untuk MILO dan menggunakan boiler biomassa. Semoga hal ini memberikan dampak positif bagi produksi nasional bahkan nantinya diharapkan dapat membanggakan Indonesia di kancah Internasional,” ujarnya.
Budi Utomo, Factory Manager, Nestlé Karawang Factory memaparkan jika biomassa boiler pihak Nestle menggunakan bahan dari sekam padi yang telah dikeringkan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi pencemaran lingkungan di masyarakat. Sekam padi tersebut akan menghasilkan uap panas yang akan dimanfaatkan untuk proses produksi. Selain itu akan ada abu pula yang dapat dimanfaatkan oleh petani sebagai pupuk.
“Sepert kita ketahui bahwa emisi gas rumah kaca di sektor industri berasal dari bahan bakar fosil. Kita coba untuk mengurangi dengan memiliki inisiatif pembangunan instalansi boiler biomassa di pabrik kami. Bioler ini akan menjadikan sekam padi kering sebagai bahan bakar bioler kami secara teknologi merupakan sumber energi terbarukan. Nantinya akan menghasilkan uap panas yang akan menjadi membantu kami dalam proses produksi,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa adanya instalansi tersebut bertujuan untuk menggantikan bioler konvensial dengan sumber terbarukan. Selain itu akan memperbaiki kualitas air dan udara. Kemudian manfaat selanjutnya yakni dapat mengurangi limbah kegiatan pertanian. Sekam padi yang digunakan sebanyak 9000 ton. Pihak perusahaan akan memperoleh sekam padi berasal dari jarak tiga puluh hingga 100 kilometer.
“Secara umum dengan adanya instalansi ini ada beberapa. Pertama sebagai bahan pengganti boiler konvensial. Kedua jelas akan membantu memperbaiki kualitas air dan udara. Kita akan mengurangi limbah dari kegiatan pertanian. Untuk masyarakat sekitar dapat menggerakan roda ekonomi. Kami mendapatkan sekam hanya daerah tiga puluh sampai 100 kilometer di Karawang,” sambungnya.
Ganesan Ampalavanar, President Ditektur PT. Nestle Indonesia memaparkan akan berfokus dalam menangani perubahan iklim. Hal tersebut dikarenakan ingin mencapai tujuan nol emisi pada 2050 mendatang. Ia menambahkan telah bekerjasama dengan para petani lokal untuk memperoleh sekam padi. Ia mengatakan kembali jika investasi instalansi mesin tersebut sebesar 368 milliar.
“Kami sangat bangga, melalui investasi ini, Nestlé MILO kini akan diproduksi 100% di Indonesia. Hal ini juga merupakan kontribusi kami dalam mendukung gerakan dari pemerintah. Selain itu, kami juga fokus dalam penanganan perubahan iklim menuju tujuan mencapai nol emisi pada 2050. Kami turut mengambil andil dengan memanfaatkan boiler biomassa sebagai penghasil energi terbarukan bagi pabrik kami. Bekerja sama dengan para petani, mitra industri, pemerintah, organisasi non-pemerintah hingga konsumen dalam bertindak bersama menjalankan upaya ini, kami harap ini dapat membantu mewujudkan masa depan yang lebih baik untuk Indonesia,” paparnya.
Teten Masduki, Menteri Koperasi dan UMKM mengatakan bahwa pihak kementrian sedang melakukan revitalisasi koperasi susu. Saat ini produksi dari koperasi susu masih sangat rendah. Selain itu sedang membahas tentang pasokan pakan hijau dan suply bibit unggul. Ia menambahkan ingin diadakan kerjasama antara koperasi dan industri. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan pengembangan koperasi sapi perah dengan memanfaatkan pembiayaan KUR Cluster dan dana bergulir.
“Kami selama ini sedang melakukan revitalisasi di koperasi susu yang saat ini produktivitasnya sangat rendah. Kami mengaddres dua isu utama yaitu pertama suply bibit unggul dan pasokan pakan hijau. Kita ingin ada kemitraan antara koperasi dengan industri supaya bisa mengoptimalkan koperasi sapi perah,” pungkasnya.(rls)