Asal Usul Pasarean Batu Ampar

Fakta Jabar.co.id – Terdapat cerita mengenai asal usul keberadaan makam suci Batu Ampar ini yang dipercaya oleh penduduk lokal. Cerita ini telah berkembang sejak lama dan turun-temurun oleh para sesepuh dan keturunan penduduk asli wilayah ini. Cerita berikut ini bisa menjadi pelajaran berharga sekaligus menambah pengetahuan Anda mengenai objek wisata religi ini. Berikut ini adalah sebuah kisah yang diambil dari buku silsilah Batu Ampar:

Di sebuah desa di wilayah Bangkalan, Madura, hiduplah seorang ulama bernama Sayyid Husein. Beliau termasyhur dan memiliki banyak santri karena ketinggian ilmu, keluhuran budi akhlaknya dan karomah yang dimilikinya berkat kedekatannya dengan Sang Khaliq. Beliau sangat dihormati oleh penduduk sekitar, namun ada segelintir orang yang benci dan iri dengki kepadanya atas kedudukan beliau yang terhomat.

Suatu hari datanglah sekelompok orang yang iri tersebut dan berniat menghancurkan kedudukan Sayyid Husein. Mereka merekayasa berita bohong bahwa Sayyid Husein bersama para santrinya merencanakan pemberontakan dan berencana menggulingkan kekuasaan Raja Bangkalan. Berita ini terdengar ke telinga Raja dan ia menjadi gelisah. Tanpa berpikir panjang, raja mengutus panglima perang dan sejumlah pasukan untuk membunuh Sayyid Husein yang tidak bersalah.

Sayyid Husein yang sedang beristirahat di kediamannya pun dikepung dan dibunuh dengan keji tanpa sempat menjelaskan oleh para tentara kerajaan. Beliau wafat seketika dan oleh masyarakat setempat dimakamkan di perkampungan tersebut. Selang beberap hari sejak Sayyid Husein wafat, Raja pun memperoleh informasi yang sebenarnya bahwa Sayyid Husein tidak pernah melakukan apapun seperti rumor yang beredar. Raja sangat menyesali keputusannya yang tidak berdasar pada bukti kuat. Ia pun bingung harus dengan cara apa menebus kesalahannya. Akhirnya, Raja memberi gelar kepada Sayyid Husein dengan sebutan Bujuk Banyu Sangkah (Buyut Banyu Sangkah). (Baca: Tempat Wisata di Madura yang Wajib Dikunjungi)
Kedua putra Sayyid Husein pun pergi dari desa. Salah satu putranya bernama Abdul Manan pergi mengasingkan diri ke sebuah hutan lebat di wilayah Pamekasan yang terletak di perbukitan Batu Ampar. Beliau mendekatkan diri kepada Allah dengan bertapa di bawah pohon kosambi selama 41 tahun, sebelum akhirnya ditemukan oleh anak perempuan yang sedang mencari kayu bakar. Singkat cerita, Abdul Manan dibawa oleh ayah sang anak perempuan ke rumah mereka dan dinikahkan dengan anak perempuan tersebut. Keanehan terjadi pada hari ke-41 pernikahan mereka, istri Abdul Manan yang menderita penyakit kulit mendadak sembuh dari penyakitnya dan kulitnya menjadi putih bersih yang membuat parasnya cantik jelita. Pernikahan mereka dikarunia dua orang putra. Bertahun kemudian setelah berdakwah, Abdul Manan wafat dan dimakamkan di Batu Ampar. Beliau mendapat gelar Bujuk Kosambi. Sejak saat itu, keturuannya pun dimakamkan disana.

Hingga hari ini, banyak masyarakat yang berkunjung untuk berziarah di makam Batu Ampar tersebut. Baik masyarakat lokal maupun dari luar daerag ramai berziarah kesini terutama saat Bulan Ramadhan dan Maulid Nabi. Menurut cerita para sesepuh, bila peziarah dating dengan niat yang baik, mereka akan mendapatkan ketenangan batin yang membuat mereka betah berdoa lama-lama di tempat tersebut. Selain kesuciannnya yang memancarkan aura tersendiri, suasana makam tersebut juga sangat sejuk dan rindang. Dipercaya, bila kita dapat menamatkan ayat suci Al-Quran saat berkunjung kesini, hidup kita akan menuai keberkahan dan segala doa dan permohonan kepada Allah akan lebih mudah dikabulkan. Hal ini yang menjadikan tempat ini selalu ramai diziarahi oleh banyak orang.(*)

Sumber : tempat wisata unik.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

Upaya Dinas Kesehatan Menurunkan Angka Kebutaan Akibat Katarak

KARAWANG- Dinas Kesehatan memiliki target 400 mata dapat di operasi ...