Karawang – Gelar Profesor diraih Rektor Universitas Buana Perjuangan (UBP), Dr. H. Dedi Mulyadi, SE., MM. Yang bersangkutan dikukuhkan menjadi guru besar bidang ilmu manajemen, pada Sidang Terbuka di Aula UBP Karawang, Rabu (30/3/2022).
Dikukuhkannya Dedi Mulyadi sebagai guru besar bidang ilmu manajemen berdasarkan surat keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia nomor 91807/SPK.A/KP.05.01/2021 Tentang Jabatan Akademik Dosen. Dengan demikian gelarnya bertambah menjadi Prof. Dr. H. Dedi Mulyadi, SE., MM.
Dalam kegiatan pengukuhan Rektor UPB menjadi Guru Besar bidang Ilmu Manajemen tersebut ikut hadir Ketua DPRD Kabupaten Karawang H. Pendi Anwar didampingi Ketua Komisi III H. Endang Sodikin S.Pdi , dan Ketua Bapemperda beserta Wakil Ketua Bapemperda menghadiri sidang terbuka Senat Universitas Buana Perjuangan (UBP) Karawang dalam acara pengukuhan Prof. Dr. H. Dedi Mulyadi, SE., MM. sebagai Guru Besar bidang Ilmu Manajemen .
Pengukuhan itu dibacakan langsung oleh Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah 4 Jawa Barat dan Banten, M. Samsuri, sebagai perwakilan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia.
“Kami percaya bahwa saudara akan melaksanakan kewajiban sebagai guru besar bidang ilmu manajemen sebagaimana mestinya,” katanya saat pengukuhan.
Sementara itu Dedi Mulyadi merasa bersyukur atas dikukuhkannya sebagai guru besar. “Tentu ini bisa menjadi penyemangat bagi yang lainnya, terutama para mahasiswa di UBP,” kata Dedi.
Diakuinya bisa menyandang sebagai guru besar ini ada peran besar dari orangtua, keluarga maupun orang-orang disekitarnya. Apalagi perjalannya bisa seperti ini penuh rintangan dan tantangan. Dedi ketika sekolah dasar kerapkali dibully atau diejek temannya.
Sebab, dia ke sekolah tak menggunakan alas kaki alias nyeker. Hanya satu kali saja pakai alas kaki itupun sendal jepit saat hendak mengambil ijazah pada kelas 6.
“Saya jalan dari Klari Kopel ke Pasir Panjang sekarang banyak perumahan dulu saya jalan kaki tanpa alas kaki dari kelas 1 sampai kelas 6,” katanya.
“Baru saya pakai alas kaki itu pun pakai sendal jepit bekas yang sudah rusak buat ambil ijazah waktu kelas 6, itu saya dibully habis-habisan tapi saya tidak sakit hati dan tidak cengeng,” ungkap dia.
Sampai akhirnya, orangtuanya berjuang untuk dapat masuk sekolah SMP Negeri, lalu masuk SMEA dan kuliah di Universitas Singaperbangsa Karawang.
Saat kuliah pun, dirinya beberapa kali nunggak bayaran semesteran. Bahkan kuliahnya hampir 7 tahun karena beberapa kali ditunda karena tidak memiliki uang untuk bayar uang sidang.
“Untuk sidang akhirnya orangtua saya ke sana kemari dan ketemu dermawan luar biasa bahkan dia jual motornya ke ayah saya buat dijual bayar uang sidang dan itu bukan hutang dikasih,” jelas dia.
Menurut Dedi untuk menjadi seorang profesor bukan melulu soal uang. Akan tetapi semangat untuk berjuang yang tidak pernah kendur.
“Makanya saya bilang tadi untuk jadi seorang profesor tidak harus punya uang, kita harus dengan perjuangan,” tandasnya.(red)