PKM Dosen FISIP Unsika bekerjasama dengan Bappeda Gelar Sarasehan dengan Penggiat Pariwisata di Karawang

Karawang – Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Dosen FISIP Unsika bermitra dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kab. Karawang mengadakan kegiatan “Sarasehan Pengembangan Pariwisata Kabupaten Karawang Berbasis Masyarakat atau Komunitas”.

Sekitar 40 Peserta yang hadir dari berbagai kalangan penggiat pariwisata di Karawang sepert Para pengelola destinasi wisata, perwakilan Kompepar, perwakilan Pokdarwis, perwakilan Prawita Genppari Karawang, Forum Ekraf, Forum BUMDES, dan HIPMI. Kegiatan dilakukan dengan mode luring, namun tetap menjalankan Prokes sesuai PPKM level 2 di Karawang.

Dalam kegiatan tersebut menghadirkan narasumber yang terdiri dari Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab Karawang Yudi Yudiawan, SE., M.M., Ketua Umum Prawita (Pegiat Ragam Wisata Nusantara) Genppari (Gerakan Nasional Pecinta Pariwisata Indonesia) DR. Ir. Dede Farhan Aulawi, M.M., CHT, dan Dosen Ilmu Komunikasi Unsika Dr. Firdaus Yuni Dharta, M.M., M.I.Kom.
Kegiatan ini merupakan inisiasi Tim Peneliti Dosen Unsika yang bekerjasama dengan Bappeda Kab. Karawang yang ditujukan sebagai salah satu wadah para penggiat Pariwisata di Karawang untuk melakukan diskusi guna menyamakan pemahaman mengenai arah pengembangan pariwisata, yang difokuskan pada pengembangan pariwisata berbasis komunitas atau masyarakat di Aula Bappeda, Kamis (4/11/2021).


Jalannya acara dipandu oleh Dosen Unsika Rastri Kusumaningrum, S.I.Kom., M.I.Kom. mulai dari pembukaan hingga penyampaian materi dari ketiga narasumber yang dimoderatori oleh Dosen Unsika Lina Aryani, S.IP., M.I.P. dan Kasubid Pertanian, Ekonomi Kerakyatan, dan Perikanan pada Bidang Perekonomian Bappeda Kab. Karawang yaitu Nanang Fakhrurazi, SE., M.T.


Acara dibuka langsung oleh Kepala Bappeda Kabupaten Karawang Drs. Asip Suhendar, M.Si. dalam kesempatannya beliau menyampaikan tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang berhubungan dengan sektor pariwisata di Karawang. Pihak Bappeda akan terus mendukung destinasi wisata baik secara financial ataupun moral, tegasnya.


“Pemda sudah memiliki rencana terkait pembangunan jalan baru, infrastruktur yang mendukung, dan bahkan pengadaan kereta cepat. Namun, dalam hal dana pengembangan Bappeda tidak bisa langsung memberikan kepada seluruh destinasi yang ada di karawang, dikarenakan belum adanya dana yang memadai. Jadi, destinasi wisata akan dikembangkan secara berkala dan tidak serentak seperti yang telah di sepakati pemerintah daerah,” kata Kadin Asip lebih mempertegas. Menurutnya untuk sementara waktu akan difokuskan pada UKM dan infrastruktur destinasi wisatanya.
Sebagai narasumber pertama Kadisparbud Yudi Yudiawan menyampaikan, rencana pengembangan pariwisata Karawang.

Menurutnya Karawang masih belum memiliki branding pariwisata, karena hal tersebut penting bagi sebuah daerah. Selama ini banyak destinasi wisata yang sudah ada, belum bisa menjadi branding atau wajah bagi Karawang.


“Pemda sedang mengusahaakan dengan adanya kampung budaya sebagai branding pariwisata di karawang. Disparbud mengajak kepada seluruh stakeholder untuk mendukung, melestarikan, dan juga menjaga destinasi wisata yang ada terutama yang baru. Yang jadi permasalahannya adalah tempat-tempat wisata yang fasilitas infrastruktur yang belum memadai. Dibutuhkan sinergi antara warga setempat melalui SDM UMKM, dan fasilitas lainnya,” ungkapnya.


Menurut Kadin Yudi, sudah direncanakan oleh Disparbud untuk memperbaiki segala yang dibutuhkan oleh destinasi wisata di tahun 2022 mendatang. Yang paling penting menurutnya, prioritas wisata yanga harus diutamakan pertama keamanan, perlu dijaga ketertiban dengan berkerjasama pihak Dishub, dan kebersihan dengan KLHK dan juga rencana menciptakan wisata industri.


Mengenai pengembangan wisata berbasis masyarakat atau komunitas menurutnya bahwa, semuanya memang dikelola oleh komunitas atau masyarakat sehingga, berkontribusi bagi kesejahteraan masyarakat setempat. Akan tetapi, perlu ditunjang dengan adanya kolaborasi antar pemerintah, stakeholder, masyarakat, biro perjalanan untuk meminimalisir keterbatasan dana. Pengelola destinasi wisata harus tetap memaksimalkan potensi yang ada dan jika untuk pengebangan juga harus adanya konsep yang baik dan terstruktur. Selama ini Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), adalah salah satu perwujudan komunitas masyarakat yang memiliki kepedulian dalam mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat.


Selanjutnya melalui diskusi dan tanya jawab dengan Kadin Disparbud, pihak pengelola wisata menyampaikan aspirasinya. Harapan mereka pemerintah dapat memberikan pelatihan SDM destinasi pariwisata yang ada, agar dapat berkembang dan maju. Hal ini juga ditujukan untuk terciptanya “Sapta Pesona Pariwisata” yaitu Aman, Tertib, Bersih, Indah, Ramah dan Kenangan.


Dede Farhan Aulawi sebagai Narasumber kedua menjelaskan konsep pariwisata berbasis komunitas dan masyarakat. Menurutnya, melalui Comunity Based Tourism (CBT) dan Comunity yang dimaksud adalah masyarakat penggiat wisata. Basis pengembangan wisata melibatkan maysrakat setempat dengan menyamakan presepsi dan mindset antar masyarakat serta unsur kepala desa.

Konsep CBT berawal dari program pariwisata berkelanjutan dan konsep gotong-royong kepariwisataan. Tujuannya untuk memajukan pariwisata dengan potensi alam, seni budaya, UMKM, dan ekonomi kreatif.
Dede Farhan yang juga menjabat Ketua Umum Prawita Genppari, menyampaikan prinsip Produktif, Edukatif, Kreatif, Adaptif dan Tantangan (PEKAT) melalui pengembangan pariwisata, di mana menitik beratkan pada konsep wisata yang matang dan dapat berkembang bukan pada biaya. Kunci dari pengembangan pariwisata berbasis masyarakat atau komunitas, kunci utamamnya keterlibatan masyarakat dengan kolaborasi dan gotong-royong atas nama kepariwisataan. Prinsip yang paling mendasar yaitu 5A; Aksesbiliti (akses lokasi); Ameniti (obyek wisata) meliputi sarana prasarana pendukung seperti kamar mandi, mushola, dan fasilitas lainnya; Akomodasi (tempat tinggal) seperti homestay, Atraksi (daya tarik dari tempat wisata ) dan Activity ( pilihan aktivitas yang banyak).

Jika pemberdayaan komunitas atau masyarakat berjalan dengan baik, maka pengembangan pariwisata tidak lagi mengandalkan dana dari pemerintah atau investor tetapi akan berputar dengan sendirinya di kalangan masyarakat itu sendiri, katanya.


Sementara Dr. Firdaus Yuni Dharta sebagai akademis melihat bahwa, gambaran-gambaran apa yang perlu dilakukan oleh para penggiat pariwisata di Karawang berdasarkan studi-studi dari berbagai daerah yang telah berhasil menerapkan konsep pengembangan pariwisata berbasis komunitas. Dosen Ilmu Komunikasi tersebut memberikan rujukan yang sesuai untuk diterapkan berdasarkan hasil analisis dari berbagai studi kasus pariwisata di Karawang, seperti menggiatkan kembali kebudayaan asli daerah wisata ataupun daerah-daerah lainnya.

Tentunya melibatkan berbagai unsur masyarakat yang ada seperti, petani, nelayan, dan peserta didik untuk menyediakan atraksi maupun aktivitas wisata agar menjadi suatu ciri khas yang ditawarkan kepada wisatawan.(rls)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

Upaya Dinas Kesehatan Menurunkan Angka Kebutaan Akibat Katarak

KARAWANG- Dinas Kesehatan memiliki target 400 mata dapat di operasi ...