Karawang – Di bulan April tepatnya tanggal 21 pekan lalu merupakan Hari Kartini Tahun 2021. Di hari istimewa bagi kalangan perempuan itu, salah satunya petugas medis Covid-19. Banyak cerita yang dialami petugas medis saat menangani Covid-19 di Kabupaten Karawang.
Mungkin dari karakter masyarakat yang mengalami kepanikan. Salah satunya dialami drg. Veronica Maulana, MKm. Ia seorang Kepala Puskesmas Adiarsa Kecamatan Karawang Timur. Namun, sering turun lapangan menjadi petugas medis menangani Covid-19 di wilayah ia bertugas.
Kepada Fakta Jabar, Jumat (30/4/2021) Veronica menceritakan selama ia menangani Covid-19 setelah satu tahun berlangsung di Kota Pangkal Perjuangan. Vero mengaku tak kenal lelah dan waktu saat bertugas. Sadar akan menjadi kewajiban,tak menyurutkan semangat untuk kemanusiaan.
Meski caci dan makian yang ia dapatkan dari orang terkonfirmasi virus itu, tapi tidak dibalas dengan emosional. Justru diberikan pengetahuan, wawasan dari hati ke hati sehingga yang bersangkutan faham dan bersedia untuk isolasi.Yang membuat Vero teringat sampai sekarang ini adalah disuruh jagain kendaraan roda dua milik pasien terkonfirmasi. Waktu itu pasien terkonfirmasi positif, ia bujuk agar diisolasi ditempat yang sudah disiapkan pemerintah. Awalnya ngeyel, akhirnya pasien itu mau untuk diisolasi. Datang ke Puskesmas seorang diri menggunakan sepeda motor.
Lalu dengan kendaraan dinas Puskesmas pasien itu dibawa ke rumah sakit untuk diisolasi. Yang menjadi persoalan kendaraan dia disimpan di halaman Puskesmas, sementara tidak ada yang berjaga. Khawatir kendaraan hilang ia meminta kepada pasien agar ada pihak keluarga yang mengambil kendaraan tersebut.
“Saya masih ingat betul. Waktu itu awal-awal ada terkonfirmasi positif di Adiarsa. Belum ada Satgas dan yang lain. Rasa cemas pasti ada, tapi kita kerjakan saja dengan prosedur. Pasien yang kami tangani ngeyel sampai saya suruh jagain motornya dia (pasien) yang parkir di halaman Puskesmas. Saya bisa tersenyum saja dan memberikan pengertian kepada pasien agar pihak keluarga yang mengambil,” kata Veronica.
Belum lagi ia mendapatkan ancaman dari pasien yang tidak mau untuk diisolasi. Sementara peraturan mengharuskan pasien itu diisolasi ditempat yang disiapkan pemerintah.
“Sampai saya dibentak-bentak dan dapat ancaman. Terus diminta tanggungjawab lagi keluarga si pasien itu untuk kebutuhan sehari-hari. Ya, bagi kami itu adalah bagian dari proses penanganan Covid-19. Tapi sekarang alhamdulillah, banyak yang faham. Sudah tidak panik seperti awal tahun 2020 lalu,” cerita Vero.
Meski begitu, ia tetap bersemangat. Dukungan keluarga yang terus memberikan motivasi, karena ini berkaitan dengan kemanusiaan. Meski ia rela waktu bermain dengan anak-anak berkurang demi kepentingan masyarakat.
“Berkat dukungan semua. Dari keluarga, lingkungan dan tenaga medis yang lain. Kami tetap semangat,” tambahnya.
Di Hari Kartini, bagi Vero merupakan momentum refleksi diri untuk kaum perempuan. Dimana tokoh perempuan ini menjadi inspirasi bagi yang lain dalam melawan Covid-19.
“Habis gelap terbitlah terang. Semoga Covid-19 cepat berlalu dan kita semua diberikan kesehatan,” tandasnya.(red)