Oleh : Siti Rokayah, S.Pd.
Guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Telagasari
KUNO, kumuh, tradisonal, dan tempat pembuangan anak-anak yang nakal, itulah anggapan sebagian besar orang selama ini tentang pesantren. Kendati demikian, Ahmad Fuadi yang merupakan seorang alumni dari pondok pesantren moderen di daerah Gontor mencoba menghilangkan anggapan buruk terhadap pesantren tersebut melalui karyanya, novel Negeri 5 Menara.
Novel Negeri 5 Menara menceritakan kisah seorang anak bernama Alif Fikri yang harus mengikuti keinginan orang tuanya untuk melanjutkan pendidikan di pesantren. Dengan berat hati Alif mengikuti keinginan orang tuanya, walaupun keinginan untuk melanjutkan pendidikan ke SMA negeri masih begitu kuat. Setelah menjalani hari-harinya di pesantren, Alif sangat terkesan dengan kehidupan di pesantren yang lebih moderen.
Berbagai ilmu pengetahuan umum diajarkan, kegiatan ekstrakulikuler seperti pramuka, olah raga, kesenian dan lainnya pun ada. Dari segi penampilan pun cenderung lebih moderen, para santri diwajibkan memakai kemeja dan celana yang rapi dan bersih pada saat belajar dan memakai sarung hanya pada waktu melaksanakan sholat. Selain itu, di pesantren modern para santri diwajibkan menggunakan bahasa arab dan Inggris dalam berkomunikasi. Singkat cerita, Alif
akhirnya memantapkan hatinya menempuh pendidikan di pesantren, dengan menjadikan pepatah “Man Jadda Wajada (siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil)” yang merupakan pelajaran hari pertamanya di pondok pesantren sebagai kompas menuju kesuksesan
yang dicita – citakan nya.
Refleksi kehidupan pesantren moderen dalam novel Negeri 5 Menara tersebut seolah menjawab pertanyaan kita selama ini mengenai pendidikan di pesantren. Pesantren modern menawarkan dua keuntungan, pendidikan ilmu agama dan pengetahuan umum. Ilmu agama sebagai pondasi untuk membangun nilai budi pekerti yang baik dan diimbangi dengan keilmuan umum sebagai modal melesat ke seantero bumi Sang Pencipta untuk menjadi manusia yang bermanfaat.
Pembahasan mengenai novel Negeri 5 Menara ini dapat dijadikan bahan ajar pada pokok bahasan sastra yang terdapat dalam mata pelajaran bahasa Indonesia kurikulum 2013.
Berdasarkan silabus kurikulum 2013, materi novel terdapat pada kelas XII SMA semester 1. Kompetensi dasar yang sesuai dengan bahan ajar pembahasan novel Negeri 5 Menara tersebut yaitu memahami struktur dan kaidah kebahasaan teks novel baik secara lisan maupun tulisan.
Selain itu, isi dari novel Negeri 5 Menara tersebut mengangkat tema pendidikan sehingga sangat tepat dijadikan sebagai bahan ajar materi novel pada siswa kelas XII. Pembahasan novel Negeri 5 Menara ini berkaitan dengan analisis struktur novel dapat dijadikan bahan ajar untuk kompetensi dasar yang berkaitan dengan pengetahuan. Pembahasan mengenai keterkaitan antar-unsur dalam novel ini dapat memberikan pengetahuan kepada
siswa mengenai analisis struktur novel secara lebih mendalam.
Melalui analisis keterkaitan antar-unsur dalam novel, siswa diarahkan untuk berpikir kritis dan logis. Siswa harus berpikir secara kritis ketika menganalisis makna yang terkandung dalam novel. Dalam proses mencari keterkaitan antar-unsur novel, siswa harus mampu menghubungkan setiap unsur cerita yang telah dianalisisnya sehingga cerita dapat diterima secara logis.(*)