KARAWANG – Pondok Pesantren Al Muftaqir yang beralamat di Kampung Gempol, RT 03 RW 01, Desa Kertamulia, Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat kondisinya sangat memprihatinkan. Disana ada 30 santri yatim dan yatim piatu yang menetap, sementara kondisi bangunan yang menyatu dengan Tempat Pemakaman Umum (TPU) sudah sangat tidak layak huni.
Kondisi tempat belajar mengaji dan istirahat santri terbuat dari bilik bambu yang sudah rapuh dan nyaris roboh, untuk memenuhi kebutuhan makan para santri hanya mengandalkan dari hasil tumbuh-tumbuhan dan ikan di sungai yang ada di area pesantren. Ironisnya, sudah berdiri selama 20 Tahun lamanya, tetapi baru ada satu pejabat dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Barat yang berkunjung dan memberikan bantuan berupa material bahan bangunan dan pangan.
Hj. Sri Rahayu Agustina, SH. Anggota DPRD Jabar dari Fraksi Golongan Karya (Golkar) bersama rombongan berkunjung ke lokasi pesantren setelah mendapat informasi dari salah seorang relawannya. Minggu (20/06/2020).
Di sela – sela kunjungannya, politisi perempuan yang pernah menjabat sebagai unsur pimpinan DPRD Karawang ini pada saat di wawancara awak media mengatakan, terus terang saya baru tahu belum lama ini terkait kondisi pesantren yang mayoritas santrinya adalah yatim dan yatim piatu ini.
“Jika saja tahu dari dulu, tentu saya sudah membantu sejak dulu. Baik dari uang pribadi, mau pun mengusulkan kepada Pemerintah,” ujar Sri Rahayu.
Dikatakannya, mungkin karena minimnya informasi, sehingga pondok pesantren ini tidak pernah tersentuh bantuan Pemerintah dan kalangan dermawan yang biasa berdonasi untuk persoalan sosial dan kemanusiaan.
“Hari ini saya berkunjung setelah mendapat informasi dari relawan saya yang berdomisili di Kecamatan Pedes, kebetulan rumahnya tidak jauh dari lokasi pesantren,” jelasnya.
Setelah kita lihat kondisinya lanjut Sri Rahayu, memang sangat memprihatinkan. Selain bangunan alakadarnya yang di bangun menggunakan kayu serta bilik bambu, untuk memenuhi kebutuhan makan para santri pun sangat memprihatinkan. mereka hanya mengandalkan tumbuh – tumbuhan dan ikan yang berada di sungai dekat pesantren.
“Saya berharap ke depannya banyak pihak yang peduli terhadap keberadaan pesantren ini. Baik itu dari Pemerintah mau pun dari kalangan dermawan yang biasa berdonasi untuk persoalan sosial,” kata Sri Rahayu
Menurutnya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karawang juga harus segera memikirkan solusinya dan berperan aktif menyikapi hal ini. Pasca berakhirnya pandemi Covid – 19 atau Virus Corona.
“Saya minta Pemkab Karawang agar mencarikan solusi anggaran untuk meringankan beban para santri yang di dominasi oleh yatim ini,” pungkasnya.(rls)