FAKTAJABAR.CO.ID – Emiten rokok PT Gudang Garam Tbk. bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang kebandaraan PT Angkasa Pura I (Persero) tengah melakukan ekspansi jaringan pengelolaan bandara internasional di Kediri, Jawa Timur.
Direktur Gudang Garam, Istata Taswin Siddharta menyatakan nilai investasi untuk pengembangan bandara tersebut diperkirakan akan menghabiskan dana Rp 6 triliun hingga Rp 9 triliun yang ditanggung penuh oleh perseroan.
“Kita sendiri masih mengerjakan detailnya, kira-kira akan habis berapa (dana investasi). Tapi saya yakin keperluan dana yang harus kita keluarkan tahun ini akan bisa di-cover dari dana internal,” ujar Istata saat ditemui di acara penandatanganan MoU perseroan bersama PT Angkasa Pura I, di Jakarta pada Selasa (10/032020) dilansir dari Tempo.co.
Perseroan menilai proyek pembangunan bandara ini bukan unit bisnis murni untuk mendulang keuntungan. Lebih jauh, Gudang Garam melihat proyek ini sebagai investasi jangka panjang yang dapat meningkatkan kontribusi untuk daerah dan negara secara menyeluruh.
Istata sendiri mengharapkan groundbreaking Bandara Kediri akan dimulai pada 15 April 2020 mendatang dan nantinya proses penyelesaian akan memakan waktu hingga 2 tahun.
Namun, Gudang Garam sendiri menilai rentang waktu tersebut mungkin saja meleset jika memperkirakan kualitas pembangunan bandara.
Perseroan menegaskan pembebasan lahan untuk proyek bandara di daerah tersebut kini sudah mencapai angka 99 persen lebih. Istata menuturkan, dari total 380 hektar tanah yang diperlukan untuk proyek ini, hanya tersisa 2 hektar tanah yang belum dibebaskan lahannya.
Gudang Garam sampai saat ini tengah berusaha untuk melakukan pembebasan tanah sepenuhnya dengan mempertimbangkan upaya musyawarah dengan warga sekitar agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
Bandara Dhoho di Kediri akan dibangun di Desa Grogol, Kecamatan Grogol dan Desa Bulusari, Kecamatan Tarokan, Kabupaten Kediri. Jarak Desa Grogol ke Pusat Kota Kediri sekitar 13 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 30 menit.
Seluruh biaya pembangunan bandara Kediri, akan ditanggung perseroan. Gudang Garam punya permodalan yang terbilang solid.
Laporan keuangan perseroan menunjukkan, per September 2019, ekuitas Gudang Garam mencapai Rp 47,37 triliun, naik 4,96 persen dibandingkan periode September 2018. Bila pembangunan bandara menelan investasi Rp9 triliun, jumlah tersebut setara 18,9 persen ekuitas perseroan.
Dari sisi pendapatan, perusahaan rokok tersebut mengantongi Rp 81,72 triliun, tumbuh 16,93 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 69,89 triliun.
Pendapatan ini berasal dari penjualan segmen Sigaret Kretek Mesin (SKM) yang tumbuh 18,63 persen menjadi Rp74,90 triliun, diikuti segmen Sigaret Kretek Tangan (SKT) yang tumbuh 4,80 persen menjadi Rp 5,80 triliun.
Adapun, segmen rokok klobot turun 15,84 persen menjadi Rp 21,62 miliar, diikuti segmen kertas karton yang turun 7,04 persen menjadi Rp 789,31 miliar, serta segmen lainnya turun 37,81 persen menjadi Rp 217,32 miliar.
Laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp 7,24 triliun, tumbuh 25,73 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 5,76 triliun.
Gudang Garam memiliki jumlah aset sebesar Rp 71,97 triliun per 30 September 2019, tumbuh 4,16 persen dari jumlah aset per 31 Desember 2018 sebesar Rp 69,10 triliun. Adapun, jumlah liabilitas sebesar Rp 24,60 triliun dan ekuitas sebesar Rp 47,37 triliun.
Sumber: Tempo.co