Mirip Kisah Guru Oemar Bakri, Ini Curahan Guru Honorer di Karawang

KARAWANG – Perempuan yang mengenakan pakaian batik itu seorang pendidik di Sekolah Dasar Negeri Pulosari I Kecamatan Lemabang-Wadas. Ia adalah Enyoy Sumiati, SPd guru kelas di SDN Pulosari. Kisahnya mirip dengan Oemar Bakri. Seorang guru yang mengabdi untuk negara. Enyoy mengabdikan menjadi seorang pendidik sudah 10 tahun lamanya. Tentu beragam rasa yang sudah ia alami.

Namun demikian, Enyoy panggilan akrab perempuan alumni SMAN 1 Telagasari ini tak mengenal lelah dalam berjuang menyampaikan ilmu kepada siswanya. Meski janji pimpinan di Kabupaten Karawang akan mensejahterakan profesi guru itu hanya isapan jempol belaka, tetapi Enyoy tetap gigih menjalankan tugas seorang guru.

“Karena saya punya tanggungjawab mencerdaskan anak bangsa. Rasa milintansi tinggi terhadap bangsa, sehingga bersedia menjadi seorang guru honorer bertujuan agar kelak anak-anak kami yang didik mampu menjadi seorang sukses. Jadi Presiden, jadi mentri, jadi gubernur, jadi bupati hingga akhirnya mereka sadar pentingnya mensejahterakan guru,” ungkap Enyoy Sumiati, kepada Fakta Jabar, Senin (25/11/2019).

Enyoy membayangkan, anak didiknya yang saat ini mengenakan seragam putih merah duduk dikursi dan meja kayu tiap hari ia berikan nasihat serta llmu 10 tahun kemudian menjadi seorang Bupati di Kabupaten Karawang. Suatu kebanggaan yang ia dapatkan, karena anak didiknya sukses dalam mewujudkan cita-cita mereka. Pahlawan tanda jasa, hanya tersenyum dan medo’akan agar kelak anak didiknya sukses dalam bidang yang mereka kehendaki.

“Itu menjadi suatu kesan terindah bagi saya. Melihat anak-anak sukses. Ya meski hari ini saya harus berjuang dalam mendidiknya. Selalu mengelus dada tiap hari. Ini merupakan bagian dari proses kami sebagai tenaga pendidik,” ujarnya alumni Universitas Singaperbangsa Karawang.

Enyoy sendiri menyampaikan alasan menjadi seorang guru. Karena ditempat tinggal ia pelosok perkotaan, sementara terjadi kekurangan tenaga pendidik di sekolah yang berjarak hanya puluhan meter dari rumahnya. Alasan itu ia bersedia menjadi seorang guru sekolah dasar.

“Seminggu baru masuk perkuliahan saya bagi waktu dengan mengajar, karena kekurangan guru di sekolah. Ya demi kepentingan semuanya saya bersedia menjadi guru. Sing penting barokah dan bermanfaat,” ceritanya.

Dalam perayaan hari guru nasional tahun 2019 tak besar harapan Enyoy kepada pemerintah. Pihaknya hanya berkeinginan guru honorer di Kota Pangkal Perjuangan ini mendapatkan perhatian serius. Pasalnya honor yang didapatkan seorang guru jauh dari harapan.

“Tetapi kami tetap semangat dan senyum setiap hari. Meski tidak seimbang antara siswa dan tenaga pendidik, sehingga kami berjuang keras. Pesan kami pak/bu yang duduk di kursi parlemen atau eksekustif, perhatikan guru honorer. Jangan pandang sebelah mata, kami berjuang demi bangsa. Siswa hari ini menjadi ujung tombak masa depan negara,” pesan Enyoy Sumiati.(cim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

Bank bjb Tawarkan Peluang Investasi Melalui Surat Berharga Perpetual dengan Kupon yang Tinggi

JAKARTA – Dalam dunia investasi, terdapat berbagai peluang menarik untuk ...