FAKTAJABAR.CO.ID – Selain menyandang status sebagai gunung tertinggi di dunia, Everest juga bisa dibilang merupakan ‘makam paling tinggi di seantero Bumi’. Ya, hampir 300 pendaki telah mati di sana sejak percobaan penaklukan gunung tersebut dimulai, dengan 2/3 dari mayat itu masih terkubur di bawah es.
Menariknya, satu fenomena alam berhasil membuat jasad-jasad tersebut muncul ke permukaan. Adalah mencairnya lapisan es di Everest dengan cepat sehingga mayat-mayat yang sebelumnya tersembunyi itu bisa terlihat.
“Karena pemanasan global, lapisan es mencair dengan cepat dan mayat-mayat yang sebelumnya terkubur selama bertahun-tahun kini mulai terlihat,” ujar Ang Tshering Sherpa, mantan presiden Nepal Mountaineering Association (NMA), saat dikutip dari Detik.com.
“Kami sudah menurunkan mayat sejumlah pendaki yang mati dalam beberapa tahun terakhir, tapi yang sudah lama meninggal dan terkubur kini mulai muncul,” katanya.
Sejumlah studi memang sudah menunjukkan gletser di Everest, atau di hampir seluruh pegunungan Himalaya, tengah mencair dan menipis dengan cepat. Salah satunya studi pada 2015 yang menunjukkan kolam di Khumbu Glacier, pendaki harus melewatinya untuk sampai ke puncak, tengah melebar karena percepatan melelehnya es itu.
Meluasnya Khumbu Glacier juga menyebabkan munculnya mayat-mayat pendaki. Hal tersebut diakui oleh Tshering Pandey Bhote, Vice President Nepal National Mountain Guides Association. Lokasi itu sendiri disebut-sebut sebagai tempat dengan tingkat kemunculan mayat tertinggi.
“Tapi kebanyakan pendaki sudah menyiapkan mentalnya untuk melihat pemandangan seperti itu ketika melintas,” katanya Tshering menambahkan, sebagaimana kutip dari BBC, Sabtu (23/3/2019).
Lalu, pada 2016, tentara Nepal harus mengeringkan Danau Imja di dekat Everest. Hal ini lantaran kapasitas airnya yang bertambah dari lelehan gletser sudah mencapai level bahaya.
Kemudian, tahun lalu, sebuah tim peneliti menggali Khumbu Glacier dan menemukan esnya menjadi lebih hangat dari perkiraan. Es terdingin suhunya -3,3 derajat Celsius, atau menjadi lebih hangat 2 derajat Celsius dari rataan suhu tahunannya.
“Jika aku mati di Everest, jangan usik mayatku”
Siapa sangka jika mengevakuasi mayat dari Everest ternyata membutuhkan biaya tinggi. Sejumlah ahli menyebut biaya untuk menurunkan jasad-jasad itu berada di kisaran USD 40.000 (Rp 567 juta) hingga USD 80.000 (Rp 1,1 miliar).
Sekadar info, biaya yang harus dihabiskan untuk mendaki Everest bagi satu orang berkisar dari USD 30.000 hingga USD 130.000. Jadi, ada kemungkinan, biaya pengangkutan mayatnya lebih mahal dari ongkos mendaki gunung itu sendiri. Selain itu, sangat tidak mudah untuk mengangkut mayat-mayat itu ke bawah.
“Salah satu evakuasi dengan tantangan terbesar adalah ketika melakukannya dari ketinggian 8.700 meter, dekat puncaknya. Jasadnya benar-benar beku dan bisa seberat 150 kilogram, dan itu harus dievakuasi dari tempat yang sulit di ketinggian tersebut” ujar Ang Tshering Sherpa, mantan presiden NMA.
Selain mahal dan sulit, urusan yang menyangkut mayat di Everest sejatinya sangat personal. “Kebanyakan pendaki lebih suka mayatnya ditinggal begitu saja di gunung jika mereka mati,” ucap Alan Arnett, penulis yang fokus pada kegiatan pendakian.
“Jadi jika mayatnya dipindahkan maka perbuatan itu akan dianggap tidak menghargainya, kecuali memang harus dipindahkan dari rute pendakian atau permintaan dari keluarga,” tuturnya menambahkan.
Sampai saat ini, tercatat sudah lebih dari 4.800 pendaki yang mencicipi gunung Everest. Jadi, jika suatu waktu kamu mau mendaki ke sana, siapkan mental, karena, tak menutup kemungkinan, akan semakin banyak mayat yang muncul dari ‘kuburan es’-nya nanti.
Sumber: Detik.com