FAKTAJABAR.CO.ID – Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon, hingga minggu ke delapan 2019, ada 202 kasus DBD di Kabupaten Cirebon.
Dari 202 kasus itu, ada empat orang yang meninggal. Korban meninggal dunia berumur 5 tahun, 7 tahun, 9 tahun, dan 50 tahun.
Dikutip dari Tribunnews.com, empat kecamatan yang mengalami kasus tertinggi yaitu Kecamatan Sindanglaut sebanyak 12 kasus, Kecamatan Susukanlebak sebanyak 11 kasus, Kecamatan Losari 11 kasus, dan Kecamatan Kubangdelek 9 kasus.
“Yang meninggal itu di antaranya ada dari Kecamatan Dukupuntang dan Kecamatan Sindanglaut. DBD ini memang tidak mengenal umur dan status sosial,” ujar Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Cirebon, Nanang Ruhyana, saat ditemui di Tuparev, Cirebon, Senin (4/3/2019).
Empat orang tersebut, kata Nanang Ruhyana, mengalami keterlambatan penanganan.
Akibatnya, mereka mengalami fase dengue shock syndrome (DSS) hingga akhirnya meninggal dunia.
Jumlah tersebut, meningkat dibanding tahun 2018 yang keseluruhannya ada 215 kasus.
“Ini baru minggu kedelapan tapi sudah 202 kasus. Tentu meningkat dari tahun 2018. Cuaca tidak bisa ditebak, kemarin ada peningkatan,” katanya.
Meski demikian, pihaknya mengaku kasus tersebut belum bisa ditetapkan sebagai kasus luar biasa (KLB). Hingga saat ini, Dinkes Kabupaten Cirebon masih waspada dan melakukan berbagai pencegahan.
Untuk mengantisipasinya, Dinkes memerintahkan setiap puskesmas untuk menerapkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) setiap minggunya.
Agar tidak terkena penyakit berbahaya itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon meminta agar masyarakat tetap melakukan gerakan 3M.
Gerakan ini dinilai mampu menghindari serangan penyakit DBD yang disebabkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti.
“Masyarakat harusnya menamkan 3M plus. Plus ini dimulai dari menanam pohon yang bisa menangkal nyamuk semisal pohon lavender dan pohon sirih. Bisa juga dengan memelihara ikan cupang,” kata Nanang Ruhyana.
Sumber: Tribunnews.com