FAKTAJABAR.CO.ID – Umat Islam meyakini bahwa petir bukanlah sekadar peristiwa alam semata. Seperti kita tahu, petir menjadi salah satu nama surah dalam Alquran, yaitu surah ke-13, ar-Ra’du. Setidaknya ada tiga istilah dalam Alquran yang merujuk pada makna petir, yaitu ar-ra’du, ash-showa’iq, dan al-barq.
Dari sisi sains, para ilmuwan mengatakan, energi yang dilepas oleh sekali kilatan petir lebih besar dari pada energi yang dihasilkan seluruh pembangkit listrik di Amerika. Satu kilatan petir dapat menyalakan 100 watt bola lampu selama lebih dari tiga bulan. Di samping itu, petir juga menghasilkan molekul nitrogen yang dibutuhkan bagi tumbuh-tumbuhan di bumi untuk menunjang kehidupannya.
Begitu dahsyatnya petir, sehingga kita perlu mengkaji bagaimana Islam menyikapi fenomena petir ini. Dari ‘Ikrimah mengatakan bahwasanya Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma tatkala mendengar suara petir, beliau mengucapkan, سُبْحَانَ الَّذِي سَبَّحَتْ لَهُ , Subhanalladzi sabbahat lahu’ (Maha suci Allah yang petir bertasbih kepada-Nya). Lalu beliau mengatakan,” Sesungguhnya petir adalah malaikat yang meneriaki (membentak) untuk mengatur hujan sebagaimana pengembala ternak membentak hewannya.” (Lihat Adabul Mufrod no. 722, dihasankan oleh Syaikh Al Albani).
Apabila Abdullah bin Az Zubair mendengar petir, dia menghentikan pembicaraan, kemudian mengucapkan, سُبْحَانَ الَّذِيْ يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ, Subhanalladzi yusabbihur ro’du bihamdihi wal malaikatu min khiifatih’ (Mahasuci Allah yang petir dan para malaikat bertasbih dengan memuji-Nya karena rasa takut kepada-Nya). Allahu Alam. [red]
Sumber: www.islampos.com