KARAWANG – Jelang akhir semester ganjil banyak sekolah setingkat smp mengadakan piknik untuk siswa kelas 7 dan 8 yang berkedok outing class, modus tersebut demi melancarkan ijin dari disdikpora dan kepercayaan orang tua murid itu sendiri, istilah outing class sendiri artinya adalah belajar diluar kelas bukan piknik belaka, harus ada yang dihasilkan dari outing class tersebut.
Salah seorang tokoh masyarakat Kutawaluya, H Jenal (49) mengatakan, “Pihak sekolah sebaiknya jujur saja, kalau mau mengadakan piknik ya piknik saja jangan disebut outing class belaka, belajar di luar kelas itu artinya luas dan hasil dari outing class tersebut seperti apa, apalagi kegiatan outing class tersebut harus merogoh kocek orang tua siswa sampai rupiah 350 ribu persiswa. Jangan sampai memberatkan orang tua murid hanya untuk mendapatkan kelebihan dari kegiatan tersebut. Apalagi berangkat menggunakan 6 buah bus, yang harus dihawatirkan bagai mana kalau ada kecelakaan sampai menimbulkan korban jiwa. Pertanyaannya siapa yang bertanggung jawab atas musibah yang sebelumnya tidak diketahui bersama” ucapnya.
Aan Rozanah kepsek SMPN 1 Kutawaluya mengakui bila disekolahnya ada kegiatan outing class brangkat ke Bandung belum lama ini. Dan bahkan menggunakan 6 buah kendaraan bus untuk membawa siswa tersebut.
“Disamping sudah ijin kedinas juga pihak kami hanya meneruskan program kepsek yang lama yaitu pak H Daud. Adapaun, kehawatiran dari orang tua takut adanya kecelakaan dalam perjalanan. Itu hanya dugaan yang belum tentu terjadi mungkin hanya rasa ketakutan sepihak saja. Buktinya mereka bisa pulang bersama para guru siswa selamat sampai kerumahnya masing masing” pungkasnya. (ded)