KARAWANG – Era globalisasi atau zaman millenial menggeruskan nilai kebudayaan di tanah air. Salah satunya di Kabupaten Karawang. Pemuda lebih dominan hedonis dan cinta budaya barat, dibandingkan budaya warisan leluhur bangsa.
Dengan demikian, paguyuban atau paguron Dampal Bumi (Dabu)mempertahakan kebudayaan warisan leluhur itu dengan kegiatan positif untuk pemuda.
Saepul Anwar, sesepuh dari organisasi Dampal Bumi menyebutkan memberikan pemahaman, memberikan wawasan dan menciptakan rasa kecintaan kebudayaan di tanah air yang sulit adalah untuk kalangan pemuda.
“Namun kami berusaha secara berskala memberikan pendidikan dan pengetahuan untuk pemuda-pemuda. Kami mengakui cukup sulit karena pemuda memiliki kegiatan dan kesenangan dunia-nya masing-masing. Maka ada suatu cara khusus agar mereka cinta kebudayaan ini,” ungkapnya disela-sela kegiatan, Minggu (25/11/2018) di sekretariat yang beralamat di Dusun Pasir Jengkol IV Desa Pasir Jengkol Kecamatan Majalaya.
Hal sederhana yang dilakukan Dabu dengan “ngopi bareng”. Kegiatan itu akan terjadi komunikasi satu sama lain, sehingga Saepul menyisipkan suatu obrolan yang bermanfaat dengan membedah kebudayaan.
“Bicara budaya tradisional cukup luas. Kami lakukan dengan hal kecil dulu. Misalnya Silih Asah Silih Asuh dan Silihwangi-keun. Artinya satu sama lain memiliki jiwa kebersamaan, kepedulian dan satu rasa antar sesama,” ujarnya.
Selanjutnya mengupas lebih dalam tentang sejarah. Juga memperkenalkan budaya Pencak Silat untuk pemuda supaya mereka berminat belajar dalam melestarikan kesenian budaya leluhur bangsa ini.
“Belajar bela diri bukan untuk menjadi jagoan. Tapi membentuk karakter pemuda supaya tanggungjawab dan cinta kebudayaan,” ungkapnya.
Meski tiap kali mengadakan kegiatan sederhana. Namun antusiasme pemuda cukup signifikan. Hal ini dapat mengurangi nilai negatif para pemuda yang saat ini tengah tergerus zaman.
“Kalau bukan kita siapa lagi. Jangan sampai budaya asing menguasai pemuda. Yang akhirnya budaya kita tinggal sebuah cerita,” pungkasnya.(cim)